Chapter 16

[REMAKE] Unforgiven Hero

By Santhy Agatha

Cast: Park Chanyeol - Byun Baekhyun and others

Rated: M

Disclaimer: Aku hanya nge-remake dan membuang sedikit kalimat yang menurutku sulit untuk diubah/? Dan aku juga menambah sedikit. Cerita asli adalah milik Santhy Agatha. Jadi, ini bukan cerita aku, ya? Aku hanya nge-remake, oke?

YAOI . Typo(s) . M-preg

.

Chanyeol melangkah menelusuri areal pemakaman ini, yang amat sangat dikenalnya. Tadi di tempat parkir, dia melihat mobil Yoora di sana. Jadi kakaknya dan Baekhyun memang benar- benar sedang ada di sini. Dia sering sekali kemari. Meletakkan bunga di atas makam Ayah Baekhyun, kemudian menghabiskan waktu berjam-jam di sana untuk meminta maaf. Memohon ampun kepada ayah dan ibu Baekhyun.

Langkahnya terhenti ketika melihat dua sosok yang sangat familiar di kejauhan, itu, Baekhyun dan Yoora, Chanyeol mempercepat langkahnya untuk kemudian menemui Victoria yang sedang berseru panik sambil berusaha membimbing Baekhyun yang berjalan tertatih-tatih.

"Ada apa?" Chanyeol bertanya cepat, dan ketika melihat keadaan Baekhyun dia sudah tahu apa yang akan terjadi, bahkan sebelum Yoora menjelaskannya.

"Dia akan melahirkan." Yoora menjerit panik, "Kita harus segera membawanya ke rumah sakit, Chanyeol-ah!"

Chanyeol berdebar. Oh astaga. Baekhyun akan segera melahirkan, dan mereka masih di sini, di tengah areal pemakaman yang luas, yang harus ditempuh dengan jalan kaki beberapa ratus meter lebih sebelum mencapai parkiran mobil. Tetapi Chanyeol tidak sempat berpikir, dengan sigap dipeluknya Baekhyun dan diangkatnya ke dalam gendongannya.

"Berjalanlah dulu ke mobil, aku akan menyusul." Chanyeol memerintahkan Yoora yang segera berlari untuk mengambil mobilnya. Dengan langkah cepat, Chanyeol setengah berlari sambil mengangkat Yoora, sambil tetap berhati-hati agar tidak menabrak batu-batu nisan yang berjajar.

"Maafkan aku.. aku tidak tahu kalau sekarang saatnya."

"Tidak apa-apa sayang, Bertahanlah ya, aku akan membawamu ke rumah sakit."

Baekhyun berpegangan erat di tubuh Chanyeol yang sedang berjalan cepat. Pria itu tampak sedikit terengah. Tentu saja, dengan usia kehamilannya yang sembilan bulan ini, Baekhyun sangat berat, dan Chanyeol menggendongnya sambil setengah berlari.

Beberapa lama kemudian, mereka sampai ke areal parkiran, Yoora sudah menunggu di ujung paling dekat dengan pintu penumpang belakang yang terbuka. Chanyeol langsung masuk dan menutup pintunya. Lalu Yoora melajukan kendaraannya menuju rumah sakit terdekat.

"Bagaimana keadaanmu, Baek?" Yoora berteriak sambil melirik dari kaca mobil.

"Dia bertahan." Chanyeol yang menjawab karena Baekhyun sedang mengerang merasakan kontraksi, sementara itu ban mobil berdecit karena Yoora menghindari pengendara yang menyalip dari sebelah kiri, "Fokus ke jalan, noona!"

Chanyeol merasakan cengkeraman erat Baekhyun di lengannya ketika Baekhyun mengalami kontraksi. Jarak kontraksinya makin dekat dan Chanyeol makin cemas.

"Tarik napas dalam-dalam, Baek." Chanyeol mengingatkan Baekhyun cara menarik napas, seperti yang pernah diajarkan kepada mereka ketika mengikuti latihan persiapan kelahiran beberapa waktu lalu. "Nah begitu, hembuskan pelan, tarik napas lagi. Sebentar lagi kita sampai."

"Maafkan aku Chanyeol, akuㅡ" Baekhyun menarik napas panjang, di sela kontraksinya, "ㅡAku tidak tahu akan melahirkan sekarang, kalau tahu, aku akan diam saja di rumah."

Chanyeol tersenyum frustasi, "Selama ini aku menahanmu di rumah supaya ketika kau melahirkan aku bisa dengan cepat membawamu ke rumah sakit, tetapi bayi ini rupanya punya maunya sendiri. Bertahanlah, Baek." Chanyeol menggenggam tangan Baekhyun ketika kontraksi itu datang lagi, "Kita sudah hampir sampai."

.

Mereka sampai beberapa waktu kemudian dengan kelihaian Yoora menembus kemacetan jalan raya. Ketika sampai di UGD, Baekhyun ditidurkan di atas ranjang dorong, dan Chanyeol terus memegangi tangannya. Sampai Baekhyun dipindahkan ke ruangan operasi.

Alat-alat dipasang. Dan alat pemindai detak jantung bayi disambungkan. Suara keras langsung terdengar, suara degup jantung si bayi yang mengencang ketika Baekhyun mengalami kontraksi.

Chanyeol di suruh menunggu di luar selama operasi berlangsung. Ia menggenggam tangan Baekhyun untuk memberinya semangat,

"Ayo sayang. Kita lahirkan bayi kita ke dunia."

.

Chelsea Park lahir satu jam kemudian dengan tangisan kerasnya yang memekakkan telinga. Dia bayi yang cantik, sehat, dengan kulit kemerahan dan rambut tebal dan gelap, sedikit ikal seperti rambut ayahnya.

Dokter memotong tali pusarnya dan para perawat membersihkannya untuk kemudian menyerahkan bayi yang masih menangis keras itu ke dalam pelukan Baekhyun.

Baekhyun bangun setengah jam kemudian. Ia berkeringat. Tetapi dia bahagia, mendengarkan tangis bayinya yang begitu keras dan sehat, memenuhi ruangan. Diterimanya tubuh bayinya yang lembut dan hangat itu dalam buaiannya, kepalanya mendongak menatap Chanyeol yang sedang menatap anaknya dengan terpesona. Sama-sama takjub. Pengalaman ini luar biasa, mengantarkan anak mereka lahir ke dunia ini.

Mereka menjadi orangtua sekarang, dari seorang bayi kecil yang tanpa dosa. Tanggung jawab yang membahagiakan melimpahi pundak mereka, tanggung jawab untuk membahagiakan anak mereka. Buah cinta mereka. Bagaimana mungkin Chanyeol bisa melepaskan Baekhyun setelah semua ini?

Chanyeol menyentuhkan jemarinya di pipi anaknya, matanya basah tanpa sadar, oleh rasa haru dan bahagia,

"Dia putri kecilku yang pintar..." Chanyeol berbisik, suaranya tercekat. Tidak tahu harus bilang apa.

Baekhyun tersenyum kepada Chanyeol, merasakan betapa dia mencintai Chanyeol-nya. Chanyeolnya yang lembut, penyayang, dan mencintainya sepenuh hati. Betapa kejamnya dirinya, mendera Chanyeol dengan hukuman kejam, tidak memaafkannya atas kesalahan masa lalu yang dilakukannya. Chanyeol sudah menebus dosanya, dia sudah berusaha. Baekhyun seharusnya membuka hatinya dan memaafkan Chanyeol dari dulu.

"Aku mencintaimu, Park Chanyeol." Baekhyun berbisik, membuat Chanyeol yang sedang mengamati putrinya terperanjat, di tatapnya Baekhyun dengan pandangan ragu,

"Apa, Baek? Kau tadi bilang apa?", Chanyeol sudah mendengarnya tentunya. Tetapi hatinya terlalu takut untuk percaya. Dia butuh mendengar sekali lagi...

Baekhyun memberikan senyumannya yang paling indah untuk Chanyeol, dan membuka mulutnya untuk mengulangi pernyataan cintanya kepada pria itu, tetapi para perawat tiba- tiba menyela mereka.

"Permisi Tuan Chanyeol, kami akan memeriksa jahitan Tuan Baekhyun. Mungkin anda bisa menunggu di kamar pasien. Kami akan mengantar Tuan Baekhyun dan putri anda ke sana nanti."

Chanyeol sebenarnya hendak membantah, tetapi kemudian melihat para perawat dengan cekatan menyelesaikan tahap akhir perawatan pasca operasi kepada Baekhyun. Dengan diam dia melangkah mundur dan keluar dari ruangan itu.

Jantungnya masih berdebar. Tidak percaya dengan pernyataan cinta Baekhyun, ketika dia menemui Yoora dan ibunya yang menunggu dengan cemas di luar.

"Kami mendengar tangisannya, bagaimana Baekhyun dan bayinya?" Yoora berdiri menatap tidak sabar ke arah adiknya.

"Keduanya baik-baik saja. Bayinya... putriku sehat dan begitu cantik." Chanyeol tersenyum, lalu menatap kakaknya dengan rapuh. "Dia tadi bilang dia mencintaiku."

"Apa?"

"Baekhyun tadi bilang dia mencintaiku." Mata Chanyeol mulai basah dan panas, dadanya terasa sesak oleh berbagai perasaan yang bergejolak, Diusapnya wajahnya dengan tangan gemetaran. "Dia mencintaiku, Baekhyun mencintaiku."

Yoora menatap adiknya dengan haru dan mengerti. Ini adalah saatnya. Ini adalah ujung penantian Chanyeol. Pria itu hidup dengan menanggung rasa bersalah sebagai yang tak termaafkan. Beban itu luar biasa berat di pundaknya, membebaninya setiap saat. Dan sekarang, dengan pernyataan cinta Baekhyun, berarti Baekhyun sudah memaafkan Chanyeol. Chanyeol sudah dimaafkan. Yoora menyadari betapa beban itu telah terlepas sepenuhnya dari pundak Chanyeol.

Dengan lembut dipeluknya adiknya, Chanyeol tidak menolak pernyataan kasih sayang itu, dia menyandarkan tubuhnya kepada kakaknya, menumpahkan rasa harunya yang meluap-luap membuat matanya basah. Sementara Nyonya Park menyusut air matanya sambil mengusap punggung Chanyeol penuh rasa haru.

Ketika Baekhyun diantarkan ke kamar pasien, Chanyeol sudah menunggu dengan cemas. Menit-menit berlalu selama Chanyeol menunggu dan jantungnya berdebar. Apakah benar yang didengarnya tadi? Ataukah dia salah dengar?

Baekhyun tampak begitu tenang dan nyaman. Putri kecilnya terlelap dengan tenang di boks bayi kecil yang diletakkan di samping ranjang. Dengan hati-hati Chanyeol melangkah mendekati ranjang dan duduk di tepinya,

"Bagaimana keadaanmu?" dengan lembut dipinggirkannya sedikit poni Baekhyun ke samping.

Baekhyun melirik ke arah bayinya dengan lembut, lalu menatap Chanyeol dan tersenyum, "Aku baik-baik saja."

"Apakah kau mau mengulangi perkataan yang kau katakan di ruang operasi tadi?" Chanyeol langsung bertanya, tidak kuat menahan penantian yang membuat debaran jantungnya makin melaju,

"Perkataan apa?" Baekhyun mengerutkan keningnya menggoda Chanyeol. Hal itu membuat wajah Chanyeol menjadi pucat.

"Park Baekhyun." Chanyeol mengingatkan bahwa dia serius, tahu kalau Baekhyun sedang menggodanya.

Baekhyun tersenyum dan menghela napas, jemarinya menyentuh kerutan lembut di antara kedua alis Chanyeol, mengusapnya hingga kerutan itu hilang, "Aku mencintaimu Park Chanyeol... idiotku!"

"Baekhyun-ah!" Chanyeol memekik, dan langsung membungkukkan tubuhnya, memeluk Baekhyun erat-erat penuh kebahagiaan.

.

Mereka berdiri berdampingan di depan makam kedua orang tua Baekhyun. Chanyeol merangkul Baekhyun erat-erat. Dalam keheningan. Setelah itu, tanpa kata, Chanyeol meletakkan rangkaian bunga ke makam ayah dan ibu Baekhyun.

"Apa yang kau katakan kepada mereka?" Baekhyun menatap suaminya dengan lembut, ketika mereka berjalan pulang melalui areal pemakaman itu.

Hari ini Chelsea genap berumur dua bulan. Setiap bulan mereka mengunjungi makam kedua orang tua Baekhyun dan meletakkan bunga.

Chanyeol tersenyum dan mengecup dahi Baekhyun dengan lembut, "Kata-kata yang sama, bahwa aku meminta maaf dan berjanji akan menjaga putra mereka dengan sebaik-baiknya."

Baekhyun memeluk Chanyeol dengan erat, "Kau sudah melakukan janji itu dengan sangat baik."

"Dan akan terus kulakukan tanpa mengenal lelah." jawab Chanyeol lembut.

Mereka melangkah menuju mobil mereka dan melanjutkan perjalanan pulang dalam keheningan, Suasana terlalu indah untuk dipecah dengan percakapan.

Sesampainya di rumah, Baekhyun langsung menuju kamar bayi. Menengok putrinya, Chelsea sedang tertidur pulas di balik selimut warna pinknya.

Chanyeol menyusul, berdiri di belakangnya dan memeluknya lembut, bersama-sama mereka menatap buah hati mereka yang tertidur dalam damai,

"Dia sangat cantikㅡsepertimu." Chanyeol mendesahkan pujiannya, lalu mengecup leher Baekhyun dari belakang, "Hmmmm kau sangat harum, aroma bedak bayi..." bisik Chanyeol mesra.

Baekhyun tertawa. Bekas memandikan anaknya telah meninggalkan aroma khas bayi di tubuhnya, dengan manja dia membalikkan tubuhnya dan mendongakkan kepalanya, lalu menatap Chanyeol menggoda,

"Mau tidur siang?"

Chanyeol mengernyitkan keningnya, menatap Baekhyun dengan ragu. "Memangnya kau sudah bisa?"

Chanyeol belum pernah menyentuh Baekhyun sejak pertikaian hampir setahun yang lalu. Bahkan ketika Baekhyun hamil dia juga tidak menyentuh Baekhyun, sesuai janjinya. Sampai kemudian Baekhyun melahirkan dan mereka menyelesaikan permasalahan merekapun, Chanyeol tetap tidak bisa bercinta dengan Baekhyun karena Baekhyun masih dalam masa pemulihan setelah operasi.

Oh. Jangan ditanya betara beratnya perjuangan Chanyeol hidup selibat hampir setahun lamanya. Tubuhnya selalu bergairah, apalagi ketika Baekhyun ada di sekitarnya. Kejantanannya selalu menegang keras, seperti sekarang, merindukan kenikmatan murni ketika dia membenamkan diri di tubuh Baekhyunnya yang manis.

Dan ketika melihat Baekhyun menganggukkan kepalanya, mengisyaratkan persetujuan untuk bercinta, Darah Chanyeol langsung menggelegak penuh gairah. Tatapannya berubah membara, diangkatnya Baekhyun dengan lembut dan dibawanya melalui pintu penghubung menuju kamar.

Dibaringkannya Baekhyun di tempat tidur dan ditindihnya, tangannya menumpu tubuhnya sehingga tidak membebankan berat tubuhnya di tubuh Baekhyun, wajah mereka berhadapan.

"Kau ingin cara yang bagaimana?" Chanyeol berbisik menggoda, tidak bisa menahan dirinya untuk menunduk dan mengecupi bibir Baekhyun yang ranum, "Aku sudah terlalu lama menahan gairahku untukmu, mungkin aku akan langsung meledak begitu memasukimu."

Chanyeol sudah siap. Kejantanannya sudah menonjol keras di balik celananya, menggesek Baekhyun dengan menggoda ketika dia bergerak. Jemari Chanyeol menurunkan kaus Baekhyun dengan lembut. Memuja tubuh Baekhyun yang semakin mempesona setelah melahirkan, membuat darahnya menggelegak. Chanyeol mengusap perut Baekhyun yang tidak mulus seperti dulu karena jahitan operasi kemarin masih berbekas, tetapi Chanyeol tetap suka itu.

Mereka saling menelanjangi dengan cepat, dan Chanyeol mendesakkan tubuhnya pelan, menyentuh hole Baekhyun dengan kejantanannya dan menggodanya. Tetapi pria itu masih sempat menatap Baekhyun dan berbisik parau.

"Kau benar-benar sudah tidak apa-apa?" suaranya serak oleh gairah tertahan, tetapi Chanyeol menahan diri, takut menyakiti pria mungilnya.

Jawaban Baekhyun berupa senyuman lembut, jemari Baekhyun naik dan mengelus rambut Chanyeol, lalu turun, mengusap pundak dan dada telanjang Chanyeol, membuat pria itu mengerang. Dan ketika Baekhyun menggerakkan pinggulnya menggoda, Chanyeol tidak dapat menahan diri lagi, dengan erangan keras, menyebut nama Baekhyun, dia mendesakkan diri, memasuki tubuh Baekhyun.

Awalnya memang sedikit susah, mengingat mereka lama tidak bercinta. Tetapi Chanyeol menggoda Baekhyun dengan dorongan-dorongan pelan sambil mencumbunya, menciumnya di mana saja, menggoda telinganya yang sensitif, sehingga Baekhyun semakin membuka dirinya, membiarkan pria itu memasukinya sepenuhnya. Kaki Baekhyun melingkari pinggul Chanyeol, erat dan membuka sepenuhnya, menyerahkan dirinya kepada Chanyeol.

Setelah itu Chanyeol tidak menahan dirinya lagi, dia menggerakkan tubuhnya dengan ritme yang bergairah, membawa Baekhyun menuju puncak kenikmatannya. Pelepasan pertamanya setelah sekian lama yang luar biasa nikmatnya.

.

Mereka berbaring berpelukan dalam kepuasan yang dalam, seperti saat-saat bercinta mereka dulu.

"Aku tidak pernah lupa rasanya, rasanya bahkan lebih nikmat dari yang kubayangkan."

Chanyeol mengelus paha Baekhyun dengan menggoda, lalu menyentuh holenya, "Di sini bahkan terasa begitu sempit, mencengkeramku hingga aku tidak bisa menahan diri."

Baekhyun mengerang karena gerakan-gerakan Chanyeol yang intim itu. Pahanya membuka, membiarkan Chanyeol mencumbunya dengan jemarinya. Kejantanan Chanyeol mengeras lagi, padahal baru beberapa menit setelah mereka meledak dalam kenikmatan bersama. Baekhyun mendongak dan mendapati Chanyeol menatapnya dengan intens dan bergairah, bibirnya membuka. Membuat Chanyeol tidak bisa menahan diri untuk melumatnya. Mereka berciuman dengan jemari Chanyeol bermain di kejantanan Baekhyun, memainkan titik sensitif di sana dengan begitu ahli, sehingga Baekhyun terengah dalam kenikmatan, dalam lumatan bibirnya dengan Chanyeol.

Permainan jemari Chanyeol sungguh membuat Baekhyun menggila. Semakin lama semakin cepat, dengan gerakan teratur yang menggoda. Baekhyun mengerang karena bibirnya masih dilumat oleh Chanyeol. Kenikmatan itu membakarnya, mengalir bagai aliran listrik dari kejantanannya ke seluruh tubuhnya. Gerakan jemari Chanyeol makin cepat dan bergairah menyebar ke tubuhnya, hingga Baekhyun hampir mencapai puncaknya, hampir sampai...

Dan di titik yang tepat, Chanyeol melepaskan jemarinya, membuat Baekhyun mengerang karena protes, dihentikan ketika dia sudah hampir mencapai puncak orgasmenya.

Chanyeol tersenyum lembut dan menatap Baekhyun yang larut di dalam gairahnya, dia mendesakkan kejantanannya ke hole Baekhyun yang merah.

Chanyeol menggeram penuh gairah sebelum menekankan dirinya dalam-dalam ke tubuh Baekhyun, membuat Baekhyun memekik karena rasa nikmat yang melandanya.

Chanyeol menggerakkan tubuhnya lagi, tidak menahan- nahan diri. Memuaskan dirinya dan Baekhyun. Napas keduanya terengah dalam pencapaian orgasmenya. Mereka berdua bergerak lama, dalam ritme yang bergairah, berusaha memuaskan dahaga akan tubuh mereka satu sama lainnya.

"Oh Ya ampun, Baek, kau nikmat sekali... sangat nikmat..." Chanyeol mengerang parau sebelum menekankan tubuhnya dalam-dalam dan untuk kesekian kalinya meledakkan kenikmatannya di dalam tubuh si mungil. Membawa Baekhyun ke dalam ledakan kenikmatan yang sama.

.

Ketika Yoora berkunjung keesokan harinya, dia melihat binar kebahagiaan di wajah Baekhyun dan Chanyeol. Dan dia bersyukur dalam hatinya. Kedua orang ini benar-benar telah berbahagia.

Baekhyun sedang mengeluarkan kue dari oven dan meletakkannya di meja dapur untuk mendinginkannya sebelum diiris, bau harum kue strawberry dan kelapa memenuhi penjuru ruangan. Baekhyun mendapatkan resep kue itu dari Jinsuk ketika mereka berada di pulau itu dan baru sempat mempraktekkannya sekarang.

"Sepertinya kau berhasil. Aku pernah mencoba resep dari Jinsuk Ajusshi dan hasilnya berantakan, bagian dalamnya masih mentah." Yoora memandang penuh nikmat ke arah kue itu dan menghirupnya, "Hmmmm dan baunya sangat harum."

Baekhyun tertawa melihat Yoora tampak sudah ingin mencicipi kue itu, "Harus dibiarkan dingin dulu, kalau tidak lidahmu akan terbakar."

"Aku akan mengambil resiko." Yoora tidak peduli, dia mengiris kue itu dan mendorongnya ke piring, lalu membawa piring itu sambil meniup-niupnya. "Kau hebat, Byunㅡoh maksudku Park Baekhyun."

Chanyeol sedang menggendong putrinya sambil menggodanya dengan boneka karet bebek yang bisa berbunyi kalau ditekan. Chelsea selalu tersenyum lebar ketika mainan itu berbunyi. Chanyeol melirik ke arah Yoora dan tertawa melihat tingkah kakaknya.

"Biarkan saja lidahnya terbakar Baek, Noona sangat menyukai kue kelapa buatan Jinsuk Ajusshi, dan sepertinya buatanmu tidak kalah enaknya." Pria itu lalu berfokus menyuapi putri kecilnya sambil menggodanya supaya si kecil tertawa.

Baekhyun menatap Yoora di sampingnya, dan tersenyum tulus, "Terima kasih noona atas bantuanmu mengantarku ke makam... lalu kau membantuku yang hampir melahirkan.. aku tahu itu berat untukmu mengingat pengalaman di masa lalumu..."

"Pengalaman di masa laluku?" Yoora menghentikan gerakannya meniup-niup kuenya, menatap Baekhyun dengan bingung.

Baekhyun menelan ludahnya gugup. Bukankah Chanyeol dulu pernah bilang kalau Yoora pernah mengalami masa lalu kelam, dikhianati kekasihnya dan kemudian menggugurkan kandungannya, lalu tidak mau jatuh cinta lagi, "Eh, Chanyeol bilang kalauㅡkalau..."

"Wah." Yoora tiba-tiba mengerti jalan pikiran Baekhyun, dia melirik geli kepada Chanyeol yang tiba-tiba tampak pura-pura fokus menggendong putrinya, "Si bodoh itu belum menjelaskan tentang yang satu itu ya." Sengaja dia mengeraskan suaranya sambil melirik ke arah Chanyeol, dan langsung mendapatkan hadiah pelototan dari adik idiotnya. Yoora tiba-tiba tidak bisa menahan tawanya, dia meletakkan piring kue itu di meja dapur, "Sepertinya memang aku harus mendinginkannya" Yoora lalu melangkah dan mengambil Chelsea dari gendongan Chanyeol, menimangnya lembut, "Aku akan mengajak Chelsea main, sambil menunggu kuenya dingin." Lalu dia tertawa, suara tawanya masih terdengar sampai kejauhan ketika dia melangkah pergi.

Baekhyun mengamati kepergian Yoora, lalu bersedekap dan menatap Chanyeol dengan tatapan menuduh,

"Well?" gumamnya, meminta pengakuan ketika Chanyeol masih tidak mengatakan apa-apa.

Chanyeol mengangkat kepalanya dan menatap Baekhyun dengan tatapan meminta maaf yang meluluhkan hati,

"Maafkan aku. Tentang yang satu itu aku juga membohongimu."

"Jadi Yoora noona tidak pernah mengalami masa lalu kelam, keguguran, dan trauma akan percintaan? Dan alasanmu yang mengatakan menikahiku demi tanggung jawab kepada Yoora noona itu omong kosong belaka?".

Chanyeol mengangkat bahunya, tersenyum menggoda kepada Baekhyun, "Aku tidak pernah menikahimu demi tanggung jawab kepada siapapun. Aku menikahimu karena aku mencintaimu" Suaranya sensual, menggoda Baekhyun supaya tidak marah kepadanya.

Tetapi Baekhyun bertahan, dia melemparkan tatapan mencela kepada Chanyeol, "Kau membuatku memandang Yoora dengan sedih dan iba selama ini. Teganya kau!" Nadanya memarahi, tetapi Baekhyun tersenyum, tiba-tiba bisa mengerti betapa menggelikannya kejadian ini, Chanyeol menatapnya dan ikut tersenyum geli, akhirnya mereka tertawa bersama-sama.

Baekhyun mendekat dan memukul lengan Chanyeol dengan main-main, "Aku malu sekali pada, noona."

"Dia tidak akan memikirkannya. Aku yakin dia masih tertawa geli di sana, menertawakan kita."

Chanyeol lalu menarik Baekhyun ke dalam pelukannya.

"Aku telah banyak berbohong kepadamu, dan kemudian menyakitimu. Mulai sekarang aku berjanji kepadamu. Kau akan mendapatkan kejujuranku, keseluruhan diriku, Nyonya Park."

"Ya! Jangan panggil aku seperti itu,"

Baekhyun mendongak dalam pelukan Chanyeol dan tersenyum, "Kau harus memegang janjimu, kalau tidak kau akan mendapatkan hukuman." Ancamnya.

Mata Chanyeol bersinar nakal, "Hmmm... aku memikirkan ada banyak sekali 'hukuman' yang bisa kita praktekkan di atas ranjang. Mungkin kita bisa memakai pita sutra dan borgolㅡ"

"Ya! Tuan Mesum." Baekhyun menyela Chanyeol dengan nada mencela, tetapi senyumnya melebar penuh cinta.

Chanyeol tertawa dan mencium bibir Baekhyun dengan lembut, ciuman itu diperuntukkan untuk luapan kasih sayang, tetapi kemudian bibir Chanyeol terlalu menggoda, pria itu melumatnya, memainkan bibir atas dan bawahnya bergantian dengan hisapan dan jilatannya. Lalu ketika Baekhyun membuka mulutnya untuk mengerang. Chanyeol memasukkan lidahnya dan melumat keseluruhan Baekhyun.

Suara pintu terbuka membuat Chanyeol dan Baekhyun melompat kaget dan memisahkan diri, mereka menoleh ke arah pintu, Yoora sedang berdiri di sana, menggendong Chelsea dan rupanya kaget melihat Chanyeol dan Baekhyun sedang berciuman. Senyumnya melebar melihat pipi Baekhyun yang memerah dan Chanyeol yang tampak salah tingkah.

"Oh Ya Ampun. Kalian sepertinya harus mencari kamar." Yoora masih tersenyum lebar sambil menutup pintu dapur kembali. Meninggalkan Baekhyun dan Chanyeol yang berpandangan salah tingkah.

Chanyeol tersenyum nakal sambil menatap Baekhyun, "Mau ke kamar?"

"Ya Park Chanyeol!", Baekhyun tertawa mendengar godaan Chanyeol. Dibiarkannya Chanyeol memelukknya dengan sayang dan mengecupinya. Pria ini adalah pahlawannya. Pahlawan yang menanggung beban berat, tetapi pria maaf darinya, beban itu sudah hilang. Dan Baekhyun berharap mereka akan hidup bahagia selamanya, seperti kisah-kisah dalam dongeng.

END.

HUWAAAAAA akhirnya selesai juga yaaaa. Btw aku mau ngucapin HAPPY NEW YEAR TO MY READERSS;33 semoga tahun ini lebih baik dari tahun kemarin ya buat kalian! Semoga 2015 bakal jadi tahunnya exo lagi, exo makin sukses, makin solid, tetep ot10;') dan chanbaek makin mesra amin!

Oh iya, soal nama anak chanbaek chelsea, sebenernya aku mau make chanhyun. Tp kayaknya ga cocok ya buat nama cewe. aku udh bingung mau make nama siapa lagi. Aku teringat chelsea jesper twins jdi aku make chelsea jesper aja gpp yaaa.

Untuk ff ku yang lain seperti hi cupid, itu sedikit lagi, akan aku post secepetnya. Tp kalo erase, aku ga janji deh kapan hehehe

Yaudah itu aja, terakhir terima kasih untuk para readersku yang udah ngikutin ff ini dari awal, thank you and i love you so much guysss!