Dalam mimpi itu, ia pulang ke Westeros bersama Missandei, ketiga naganya: Drogon, Viserion dan Rhaegal, Grey Worm dan pasukan Unsullied, Ser Barristan, juga Jorah. Perjalanan menyeberangi lautan terasa lama, sampai akhirnya mereka tiba di Pasukan Dothraki berjejer di sisi jalan utama kala Daenerys dan rombongannya berjalan menuju istana. Di depan istana tempat klan Targaryen bersemayam, berdirilah dua orang berambut perak yang belum pernah Daenerys lihat, kakak sulungnya Rhaegar dan ibundanya tercinta.

"Ibu!" seru Daenerys dalam bahasa Valyrian ketika ia turun dari kuda dan berlari menghambur ke pelukan sang ibu.

"Selamat datang kembali, putriku sayang." ujar sang ibu lembut sembari tersenyum dan memeluk Daenerys. Kala ibu dan anak itu bersitatap, Daenerys seperti bercermin: rupa ibundanya begitu mirip dengannya, tanpa terkecuali. Sedangkan Rhaegar berbadan lebih kekar dari Viserys dan memiliki raut wajah yang teduh, sehingga Daenerys yakin bahwa kakak yang sebetulnya sudah wafat ketika ia lahir mewarisi wibawa dan keberanian Sang Naga, seperti dirinya.

"Aku bangga kau pulang membawa pasukan dari Timur, Dany. Istirahatlah, perjalanan dari Meereen pasti membuat kalian lelah." sambung Rhaegar sambil membelai rambut Daenerys.

"Dari mana kau tahu aku dari Meereen? Kan kita tidak pernah-"

"Khal Drogo. Ternyata Viserys tidak sepenuhnya salah menjodohkanmu dengannya. Khal Drogo laki-laki yang baik, Ibu saja setuju." kata Rhaegar.

"Kakakmu benar. Dia mengawasimu dari atas sana bersama anak kalian, bahkan ia yang memberitahu kami keberadaanmu dan turun ke bumi hanya untuk menemuimu. Ibu sampai iri, ayahmu saja tak pernah sekalipun seperti itu.." ujar ibunya.

Daenerys terperanjat. Jadi surat semalam memang benar adanya. Seketika, rindunya pada Khal Drogo kian memuncak sehingga tubuhnya bergetar.

"Di mana dia sekarang?" tanya Daenerys. Rhaegar dan ibunya tidak menjawab, hanya mematung. Daenerys memandang sekeliling mencari keberadaan sang suami, namun ketika ia berbalik semuanya terbakar musnah, sehingga tidak menyisakan apapun kecuali kegelapan.

"Jalan atthirari anni.." suara Khal Drogo menggema di telinganya, nampun sosoknya tak kunjung ada.

"Matahari dan bintangku! Kau di mana?!" raung Daenerys.

"Aku selalu bersamamu, bulanku. Selalu."

Mentari Meereen yang menyengat membangunkan Daenerys dari mimpi panjang yang membuat mata Valyriannya sembab dan rambut keperakannya menempel di pipinya. Kemudian dibacanya pesan dari Khal Drogo, hatinya berdebar-debar tanpa henti. Menyadari pagi telah tiba, Daenerys segera mengusap air matanya dan menuju kamar mandi sebelum kembali berperan sebagai ratu Meereen. Tepat ketika ia keluar kamar, Missandei berdiri di hadapannya sambil tersenyum.

"Hari ini tidak ada yang harus kautemui, Your Grace." katanya.

"Bukankah hari ini utusan dari Iron Bank of Braavos akan datang pagi ini?"

"Tidak, Your Grace. Ternyata di sana juga sedang badai besar sehingga tidak bisa berangkat, Ser Barristan memberitahuku. Oh iya, kau jadi menemui Khal Drogo hari ini?"

Daenerys mengangguk. "Aku tahu dia di sekitar sini."

Wajah Missandei berseri-seri. "Waaah...pasti romantis deh! Semoga beruntung, Your Grace!"ujarnya, disertai tawa Daenerys.

Malamnya, Daenerys menyelinap keluar istana. Bulan purnama bersinar terang laksana mutiara. Di sekitarnya, bintang-bintang bertaburan sehingga membuat Daenerys terpana. Sepanjang ia singgah di Meereen, ia belum pernah memandang keindahan malam di luar istana. Kendatipun udara dingin menusuk, ia terus berjalan sambil mendekap tubuh dengan jubahnya. Kemudian di salah satu sudut luar piramida, Khal Drogo berdiri tepat di luar katakombe dimana Rhaegal dan Viserion dikurung.

"Jadi, rembulan di Meereen berbeda dengan rembulan di Negeri Malam?"ujar Daenerys sambil berjalan mendekat, memastikan penglihatannya bukan ilusi.

"Istriku," Tangan besar Khal Drogo meraih wajahnya, memandang belahan jiwanya lekat-lekat. "Tidak dengan rembulan di hadapanku."

Mata Daenerys tiba-tiba basah ketika melihat senyum hangat Khal Drogo tersungging di hadapannya, lalu dua insan yang telah dipisahkan The Great Stallion kini bersatu dalam pelukan.

"Di mana Rhaego?" tanya Daenerys. Khal Drogo mengedikkan matanya ke arah katakombe, lalu betapa terkejutnya Daenerys ketika melihat putera semata wayang mereka sedang asyik bermain bersama Rhaegal dan Viserion sambil tertawa-tawa geli.

"Rhaego sudah bisa berlari, bicaranya bawel sekali." kata Khal Drogo sembari mengamati Rhaego yang mencoba memasukkan tangannya ke hidung Viserion. Daenerys takjub, kemudian ia panggil putranya dengan penuh kerinduan. "Rhaego!"

Rhaego menoleh. Ia sangat mirip dengan Khal Drogo tanpa janggutnya, namun Rhaego mewarisi darah Valyrian yang nampak di matanya yang keunguan.

"Mica!" panggil Rhaego cadel, kemudian berjalan susah payah menaiki tangga untuk memeluk ibunya.

"Oh Rhaego...kau cepat sekali besar, ya.. Andai Ibu bisa merawatmu setiap hari.." kata Daenerys penuh sayang sembari menggendong Rhaego.

Khal Drogo terkekeh sambil memeluk istri dan putranya. "Anak-anak Dothraki memang cepat besar, bulanku. Sayang malam ini kami harus pulang dan mengucapkan selamat tinggal padamu."

"Secepat ini?" Daenerys terperangah.

"Sudah hampir tengah malam. Aku hanya memastikan kau baik-baik saja di sini. Walaupun begitu, melihat keluarga kita berkumpul seperti ini adalah saat-saat paling membahagiakan bagiku." ucap Khal Drogo, mengecup puncak kepala Daenerys, kemudian memindahkan Rhaego ke gendongannya.

"Baba! Uyang!" celoteh Rhaego sambil menunjuk-nunjuk bulan.

"Iya, Nak, kita pulang. Sekarang ucapkan selamat tinggal pada ibumu." kata Khal Drogo.

"Dadah Naga!" celoteh Rhaego sambil melambaikan tangan ke arah katakombe, disambut pekikan sedih Rhaegal dan Viserion.

"Dadah Mica..."suaranya terdengar parau kala mengucapkan selamat tinggal pada Daenerys, yang anehnya tidak menitikkan air mata sedikitpun.

"Aku senang kau tetap tegar tanpaku di sisimu, bulanku. Dan aku yakin kaulah yang akan memerintah Tujuh Kerajaan. Selamat tinggal, sayangku." kata Khal Drogo sambil memeluk Daenerys erat-erat.

"Selamat tinggal, suamiku, anakku...kalian akan selalu bersamaku, kan?"

"Selalu. Di sini." Khal Drogo menekankan tangan Daenerys di dada kirinya. "Sekarang pejamkan matamu. Sinar bulannya akan sangat menyilaukan. Alisku saja tak mampu menahannya." Khal Drogo melepas pelukannya, lalu berjalan ke bawah sinar rembulan.

Maka Daenerys memejamkan mata, dan mendapati dirinya berdiri sendirian. Baru kali ini setelah bertahun merindu, Daenerys ikhlas menerima kepergian Khal Drogo.

Waktu memang berubah, namun rembulan akan selalu sama: di Westeros, Essos, maupun Negeri Malam. Seperti cinta Daenerys dan Khal Drogo.