The Only Thing I Wanted
Disclaimer : Eichirou Oda
Pairing : (Hancock x Luffy) x Nami
Warn : typo, OOCness, etc
Final Warn : Don't Like Don't Read (DLDR)
.
.
.
.
"Lucky Hammock kah?" Tanya Luffy menaikan alisnya.
Suasana di dalam ruangan itu menjadi hening, Luffy mengenal sang penyusup. Zoropun berinisiatif bertanya pada sang kapten "kau kenal bocah liar ini? "
"Ou, Dia anak dari Amazon Lily. " Jawab Luffy memutar ingatan para krunya kembali saat mereka berlabuh ke pulau perempuan itu.
"Ah, anak yang berteriak padamu waktu itu ya. " ujar Robin tersenyum mengingat anak yang sangat antusias bertemu dengan Luffy. "Ah, anak yang itu ya. " Susul Nami. Sanji menaikan alisnya tak mengingat anak itu, wajar saja ia hanya terfokus pada dada dan pinggul semok nan binal milik penduduk Amazon Lily itu dari kapal.
"Luffy-san, Kau ingat aku? " Lucky bertanya dengan mata yang berbinar-binar. Ia merasa bangga sang ayah masih mengingat namanya.
Luffy tersenyum hangat menunjukan rentetan gigi putihnya, "tentu saja " Mendengar respon demikian Lucky tak bisa menghindari perasaan hangat yang menjalar ke lubuk hatinya. Senyuman sang ayah seolah menular ke wajahnya, Lucky ikut tersenyum lebar menyerupai sang ayah.
Untuk sepersekian detik para kru merasakan sesuatu yang tidak biasa dalam interaksi sang penyusup dan juga sang kapten itu. Dan lihat cara tersenyum mereka seperti pinang di belah dua. Mereka terlihat seperti ayah dan anak. Tapi pikiran itu segera di tepis, mengenal kaptennya yang hanya bernafsu pada daging itu.
"Lucky, sedang apa kau disini? " Tanya Luffy menarik salah satu bangku dan duduk berseberangan dengan bocah yang dijerat tali itu.
"Err aku… " Lucky berpikir keras mencari jawaban yang tepat.
"Aku ingin bergabung dengan kelompok bajak laut milik Luffy-san " Lanjut Lucky memberi jawaban dengan lugas. Luffy sedikit terhenyak dengan keseriusan yang terlihat dari mata bocah itu.
Mata onix anak itu memohon-mohon, entah mengapa Luffy tak bisa menolak tatapannya itu "Bole…"
"Aku keberatan! Aku tau kau akan menerimanya begitu saja. " Tolak Nami melipat tangannya di dada. Apa saja bisa terjadi dalam kapal ini ada puluhan bahkan ratusan hal berbahaya bisa datang kapan saja, ia tak mau membahayakan nyawa anak bernama Lucky itu.
"Eeeh!? Kenapa? " Tanya Luffy mengernyit.
"Kau tau Luffy, dia masih terlalu kecil, kau bisa membahayakan nyawanya kalau kau membiarkannya tinggal disini. " Lanjut Nami berusaha menjelaskan alasannya menolak. Kebiasaan sang kapten yang merekrut anggotanya secara sembarangan tanpa berpikir konsekuensinya itu kambuh lagi.
"berapa umurmu? " Tanya Luffy pada Lucky.
"10" Jawab Lucky singkat.
"Kau dengar dia kan? Ia berumur sepuluh tahun. " Jelas Luffy.
"Terus kenapa? " Nami masih tak mengerti hal yang ingin ditunjukan kaptennya.
"Dulu Shanks pernah mengatakan padaku bahwa ia akan merekrutku kalau aku berumur 10 tahun, jadi tidak apa-apa kan kalau aku merekrutnya? Dia sudah 10 tahun. " Jelas Luffy polos. Lucky mengangguk-angguk seolah mengerti yang dijelaskan sang kapten bajak laut mugiwara itu.
"Tetap saja anak kecil, Luffy. " Jelas Nami, urat-urat dikepalanya mulai tegang setiap kaptennya yang bodoh itu mencoba beragumen dengannya. Ia tak mengerti logika sang kapten.
"Selain itu dia penyusup yang mencoba membunuhku dengan ularnya yang berbisa. " Tambah Zoro berpihak pada Nami, Ia menunjukan pergelangan tangannya yang tergigit ular.
Lucky menghindari tatapan Luffy, tubuhnya berkeringat dingin. Luffy pasti akan membencinya karena ia telah melukai krunya. "A…aku hanya membela diri saja kok. " Luffy mengernyit mendengar penjelasan Lucky.
"Tapi kau tidak mati kan? " Balas Luffy tak berperasaan dengan nada polosnya.
Zoro tersentak dengan respon dingin sang kapten. ia melihat Lucky menjulurkan lidahnya padanya di balik tubuh Luffy. Urat di kepalanya bermunculan, kesal dengan kelakuan bocah kurang ajar yang menyusup dalam kapal. Tetapi segera menutup kekesalannya dan menyeringai pada sang bocah seolah ia sedang memegang kartu AS dalam tangannya.
"Dia memakan habis persediaan makanan kita juga lho. " Tambah Zoro tersenyum pada bocah itu.
"APA!? BENARKAH ITU LUCKY? " Tanya Luffy sangar menyeret pandangannya kearah bocah tak berdaya di hadapannya. Zoro puas dengan respon sang kapten, walau dalam hatinya meringis bahwa sang kapten lebih peduli pada makanan dari pada krunya sendiri.
"Eh, eh. " Lucky terheran dengan respon sang ayah yang berlebihan saat makanan di sebutkan.
"errr…. Moja yang menyuruhku memakannya. " Tuduh Lucky menunjuk Ularnya yang baru sadarkan diri. Tubuh Moja langsung tegang saat sang majikan menyebutkan namanya. Moja merasakan aura gelap dan jahat menusuk ke tubuhnya, saat melihat kearah sumbernya sosok itu sudah membawa pisau dan garpu bersiap untuk menyantapnya hidup-hidup. Moja memberontak dalam ikatannya mencoba melarikan diri.
"Um, Luffy-san. Memang apa syarat yang harus kulalui untuk bisa masuk kedalam kelompok bajak lautmu? " Tanya Lucky mencoba mengalihkan pembicaraan dan menyelamatkan Moja.
"Eh… emmm…. " Luffy berpikir keras. Ia tak pernah memikirkan hal itu sebelumnya. Kru-kru yang direkrutnya adalah orang-orang dipilihnya secara spontan. Tak ada seorangpun yang pernah menawarkan diri masuk dalam anggotanya.
Selang beberapa lama Luffy menemukan jawabannya, "Apa kau suka berpetualang? " Tanya Luffy antusias.
"Ya! Tentu saja aku suka berpetualang! Aku bahkan sudah menjelajahi seluruh pulau Amazon lily! aku ingin mencoba menjelajahi laut tetapi peraturan di Amazon lily memperbolehkan jika aku berumur 14 tahun. Dan ini pertama kalinya aku masuk ke dalam kapal laut. " Jelas Lucky tak kalah antusias. Ia tak bisa menghitung berapa kali Sweat Pea menendangnya saat ia berusaha memasuki kapal bajak laut kuja.
"Baiklah kau kubolehkan bergabung! " Luffy mengacak-ngacak lembut rambut Lucky.
Hati Lucky berbunga-bunga, ini pertama kalinya ia merasakan sentuhan hangat dari sang ayah. Di tempat yang sama dimana ibunya menepuk kepalanya. Kalau tangannya tak diikat ingin sekali memegang kepalanya yang disentuh kedua orang tuanya.
"Percuma saja protes Nami. Kapten kita sudah membuat keputusan tak ada yang bisa menghentikannya. " Ucap Usopp menepuk bahu rekan perempuan berambut oranyenya.
"Ha…." Nami menghela nafas pasrah. Sampai mulutnya berbusapun dengan melemparkan 1001 logika dan fakta tak akan berpengaruh pada sang kapten untuk mengubah keputusannya.
"Luffy-san, bolehkan aku bebas? " Tanya Lucky menunjukan tali yang mengikatnya erat.
"Zoro tolong ya! " Luffy meminta rekan hijaunya memotong tali yang mengikat Lucky. Zoro mendecak lidahnya sebal namun ia tetap melakukan yang kaptennya perintahkan. Lucky tersenyum manis ke arah Zoro membuat pria itu mual. Semua keributan yang dialami berakhir manis untuk Lucky membuatnya jengkel.
Tak terasa matahari mulai memunculkan cahayanya dari permukaan laut. Sinar cahayanya menembus ruang makan seolah menyambut para kru bajak laut topi jerami. Suara perut Luffy bergemuruh, sang kapten menatap kokinya member isyarat. Sanji menggaruk tengkuk lehernya, sudah saatnya ia mulai menyiapkan sarapan untuk teman-temannya. "Suara perutmu seperti bunyi alarm pagi Luffy. " Ujar Sanji mengeluarkan pemantiknya dan menyundut rokoknya.
"Hei anak baru, karena kau telah menghabiskan beberapa bahan makan kami, sebagai gantinya kau tangkap beberapa ikan untuk dijadikan persediaan makanan " Perintah Sanji tangannya sudah sibuk mengambil peralatan masaknya.
"Baik! " Sahut Lucky sigap.
"Psst, Lucky… " Luffy memanggil Lucky berbisik.
" Luffy! Percuma kau bertanya password padanya. Aku sudah menggantinya. " Potong Sanji membuat Luffy cemberut seperti anak kecil. Anak kecil di kapal ini bertambah lagi, batinnya.
Lucky merasa kasihan dengan ayahnya ia pun berbisik "Jangan khawatir Luffy-san aku akan… "
"Dan jangan sekalipun bekerjasama dengannya atau kau tidak akan kuberi makan. Ingat itu ya! " Ancam Sanji serius.
Lucky dan Luffy menunduk kecewa.
"Aku mau tidur jangan ganggu aku sampai makanan siap. " Ucap Zoro merentangkan tangannya sambil menguap. Menghadapi bocah ingusan itu membuatnya lelah. Zoropun melangkah pergi keluar dari ruang makan menuju tempat peristirahatannya.
Nami duduk di kursi tangannya menopang dagunya mengamati Lucky dengan seksama, anak itu terlihat liar. Rambut pendek berantakan, tubuh kurus namun kekar hanya terbungkus oleh celana berbahan kulit, kakinya tak beralas dengan seekor ular hinggap di lengannya. Benar benar terlihat seperti anak dari suku primitif. Yang terlihat cantik dari anak ini adalah kulit putihnya. Mungkin kalau didandani ia akan terlihat sedikit lebih manis.
"Lucky kau ini perempuan kan? " Tanya Nami mempertanyakan gender anak yang terlihat seperti anak laki-laki itu.
"Tentu saja, aku kan dari Amazon Lily. " Jawab Lucky.
"Hm… apa orang tuamu memperbolehkanmu pergi jauh? " Tanya Nami menginterogasi.
Lucky nampak kesulitan menjawab pertanyaan wanita berambut oranye ini. Ia menggaruk dagunya berusaha mencari jawaban. Orang tuanya sendiri ada di dekatnya yaitu sang kapten kelompok topi jerami, Monkey D Luffy. Tetapi nampaknya Luffy tak mengetahui tentang dirinya. Apa sebaiknya ia memberitahukan bahwa Luffy adalah orang tuanya?
Lucky memandang Luffy. Lucky ingat bagaimana dirinya terkagum-kagum saat pertama kali melihat Luffy. Ia terlihat begitu gagah dengan wajahnya yang terdapat luka jahit dibawah matanya dan bekas luka bakar berbentuk x di dadanya. Ayahnya terlihat telah melewati banyak pertarungan, petualangan dan tantangan. Hatinya berteriak ingin mengikutinya, ia ingin tau lebih tentang ayahnya sehingga iapun memutuskan untuk menyusup ke dalam kapal tanpa berpikir panjang.
"Nah, sekarang waktunya memancing! " Luffy berseru tangannya dikepal keatas menunjukan semangatnya. Tangan kirinya menyeret Lucky pergi.
"Hei Luffy, aku sedang bicara dengannya! " Nami berteriak namun percuma saja sang kapten sudah lenyap dari pandangannya.
Robin yang duduk disebelah Nami tertawa manis. Mulai dari sekarang kelompok bajak laut ini akan lebih ramai lagi.
"Aku harap dia tidak seperti lainnya yang selalu membuat masalah. " Ujar Nami pada Robin.
"Aku ragu akan hal itu. " Balas Robin tersenyum.
Nami meresponnya dengan menghela nafas.
****Amazon Lily, Istana kerajaan ****
"Paduka Ratu, kami sudah mengerahkan seluruh pasukan untuk mencari Lucky Hammock ke seluruh penjuru pulau namun tak ada hasilnya. Anak itu tak ada dimanapun. " Lapor Kikyo ketua pasukan militer kerajaan Kuja itu sambil berlutut menunduk dengan kepala menghadap pada Ratu Amazon Lily, Boa Hancock.
Hancock memasang ekspresi datar berusaha menutupi kecemasannya agar tak mencuat ke permukaan. Ia sangat khawatir dengan kabar hilangnya Lucky Hammock, anaknya sendiri. Namun ia harus bersikap tenang demi menjaga kerahasiaan hubungan darah yang dimilikinya dengan Lucky. Belakangan ini Angkatan Laut semakin tak mempercayainya sebagai anggota Shichibukai. Kalau sampai kabar Lucky adalah anaknya dan Luffy D Monkey- yang sekarang telah menjadi Raja Bajak Laut- semua akan menjadi runyam. Kerjaan Kuja akan terancam bahaya. Tentu saja Hancock sebagai pemimpin kerjaan tak akan membiarkan hal itu. Ia harus melawan naluri seorang ibu untuk menyangi buah hatinya.
"3 Hari sudah ia menghilang bertepatan dengan kepergian Luffy dari pulau ini. Kemungkinan besar anak itu menyusup kekapal milik beliau. " Lanjut Kikyo.
Ya, Hancock sudah menduga akan hal itu.
Lucky tampak sangat tertarik dengan sosok ayahnya, terlihat dari sorot matanya saat ia berbicara dan memperkenalkan diri pada Luffy. Saat melihat pemandangan tersebut hatinya menghangat. Seperti reuni sebuah keluarga.
"Baiklah, segera hubungi Luffy. " Perintah Hancock tegas. Kikyo memerintahkan salah satu bawahannya untuk membawa den den mushi.
Setelah menekan beberapa tombol ia mengaturnya agar den mushinya dalam mode loud speaker.
"Moshi moshi, dengan siapa? " Suara lembut seorang wanita terdengar dari den mushi. Ekspresi manis wanita itu tercopy oleh keong telepon itu.
"Saya Kikyo dari pasukan tertinggi kerajaan Kuja, ingin menanyakan apakah ada seorang anak dari suku Kuja yang masuk ke dalam kapal anda? " Tanya Kikyo tanpa basa basi.
"Aaah, maksudmu Lucky Hammock? Ya dia ada disini. Tunggu sebentar biar aku panggilkan "
"Luckyyy—Kikyo dari Amazon Lily menghubungimu. " Seruan wanita itu terdengar samar-samar dari seberang telepon.
"Aah, si nenek sihir " Balas Lucky terdengar dengan jelas.
Urat-urat jengkel keluar dari kepala Kikyo mendengar pernyataan Lucky.
"Ternyata anak itu ada disana…. " Gumam Kikyo meletakkan tangannya di kepala.
"Maaf sebelumnya, bisakah anda memberikan dimana posisi kapal anda? Biar kami menyusulnya kesana. " Tanya Kikyo dengan formal.
Terdengar suara bisik-bisik dari telepon. "Kuberitahu ya! Aku tidak mau kembali kesana! " Seru Lucky merebut telepon.
Suara pertikaian terdengar, sepertinya sedang memperebutkan telepon.
"Tidak! Aku tidak mau pulang! " Suara Lucky terdengar lantang dari telepon.
"Eeh~ tapi orang-orang disana mengkhawatirkanmu lho. " Wanita dari seberang telepon berusaha membujuk.
"Aku tidak mau tau, pokoknya aku mau disini! Katakan itu pada nenek sihir disana " Balas Lucky keras kepala.
" ahaha anak itu cukup keras kepala ya. " Ujar Wanita dari seberang telepon tertawa canggung.
"Nami, ada apa? " Suara berat dari telepon terdengar.
"Luffy, sepertinya orang dari Amazon Lily menginginkan Lucky kembali. " Balas wanita bernama Nami itu.
"Biar aku yang bicara dengannya. " Suara yang tak asing itu membuat jantung Hancock berdegup kencang.
"Halo, ini siapa? " Tanyanya gamblang.
"Ah, saya Kikyo. " Jawab Kikyo pada sang kapten Mugiwara.
"Ah, Kikyo… Anak itu baru saja bergabung dengan kami. Dia sendiri yang memintanya padaku. Apa kau tak bisa membiarkannya saja dengan kami? " Tanya Luffy.
"Tidak bisa, ini perintah langsung dari paduka Ratu, Hancock-sama. " Jawab Kikyo melirik Hancock yang sekarang terlihat tegang.
"Apa Hancock ada disana? Aku ingin bicara dengannya. "
Degup jantung Hancock semakin cepat mendengar Luffy ingin berbicara dengannya.
"Ah... um, beliau ada disini. " Jawab Kikyo menghampiri Hancock dan memberikan den den mushinya.
Hancock menelan ludah mempersiapkan diri berbicara dengan Luffy.
"Halo Luffy… " Sapa Hancock mematikan mode speakernya dan berbicara empat mata dengan sang raja bajak laut itu.
"bukannya aku tidak memperbolehkannya bergabung bersamamu, tapi aku takut dia akan menambah bebanmu nanti" Jelas Hancock canggung, ini pertama kalinya ia berbicara tentang Lucky pada Luffy —ayah kandung dari buah hatinya itu.
"Aku tidak keberatan kok. "
"Kau mau menerima anak itu, Luffy? " Tanya Hancock gugup dengan keambiguan pertanyaannya.
"Tentu saja. " Balas Luffy tanpa ragu.
Jawaban tegas Luffy membuat sang ratu terdiam seribu bahasa. Wanita cantik itu menggigit bibirnya sendiri.
.
.
.
Seandainya saja….
Seandainya saja Luffy mengatakan hal seperti itu dengan maksud yang ia harapkan.
Tapi itu tidak mungkin.
Luffy bahkan tidak tahu menahu tentang keberadaan Lucky.
Jantung Hancock berdenyut nyeri membayangkan ekspresi Luffy jika ia mengetahui tentang jatidiri Lucky. Apa ia akan menerima dengan mudah kenyataan bahwa Lucky adalah anaknya?
Hancock sangat takut jika Luffy tidak menginginkannya. Sangat takut.
Bukan hanya hatinya saja yang akan hancur tetapi ia juga takut melukai hati Lucky.
.
.
.
"Hancock? " Luffy memanggil Hancock yang tiba-tiba terdiam, menyadarkan sang ratu dari lamunannya.
"Eh… maaf Luffy aku malah melamun. "
"Kau kenapa? Sakit? " Tanya Luffy khawatir mengingat penyakit aneh yang Hancock derita jika ia dekat dengan dirinya.
"Tidak... tidak kok. " Wajah Hancock memerah menyadari perhatian Luffy padanya.
"Kau selalu saja seperti itu. " Luffy menghela nafas dari balik telepon.
"Kau tak usah sungkan padaku. Ayolah katakan saja apa yang membebanimu pasti aku datang membantu. Aku masih berhutang budi padamu, Hancock " Ujar Luffy dengan lembut.
"Aku baik-baik saja Luffy-kun… " Balas Hancock tersenyum.
"apa? Kau ingin bicara dengan Hancock? " Dari balik telepon Luffy tampak berbicara dengan orang lain.
"Hancock, Lucky ingin berbicara denganmu. " Ujar Luffy memberikan den den mushinya pada Lucky.
Lucky….
"Hebihime-sama " Panggil Lucky dengan suara lucunya yang kekanakan.
"Lucky, kenapa kau menyusup ke kapal Luffy? "Tanya Hancock lembut, ini pertama kalinya ia berbincang empat mata dengan buah hatinya.
"Aku ingin bersama dengan Luffy-san dan berlayar bersamanya… "
"Tapi Lucky, disana berbahaya. Kalau kau kenapa-napa dan kau hanya jadi penghambat, bagaimana?" Ujar sang ibu penuh perhatian.
"Tidak… " Lucky menggeleng.
"Aku bisa menjaga diriku sendiri. Aku kuat kok. " Lanjut Lucky meyakinkan sang ratu agar mengizinkannya pergi. Sang ibu perhatian padanya sudah menjadi sebuah kebahagian besar baginya.
"Lucky dengarkan aku, "
"Aku mohon… " Potong Lucky dengan suara memohon.
Hancock terdiam.
"Aku tau siapa diriku sebenarnya . " Gumam Lucky pelan.
Ucapan Lucky bagaikan sambaran petir bagi Hancock. Apa maksudnya?
.
.
"Aah, aku juga tau tentang Luffy-san. " Bisik Lucky pelan agar tak terdengar siapapun kecuali Hancock sendiri.
"Kau… kau tahu? " Tanya Hancock tak percaya. Bagaimana bisa? dan Sejak kapan ia mengetahuinya?
"Ya. Aku tahu semua bu… " Bisiknya sangat pelan hampir tidak terdengar ke telinganya.
DEGG
.
.
.
Jantung Hancock terasa di remas. Jari lentiknya menutup bibirnya yang ternganga.
Lucky memanggilnya ibu.
Apa dirinya salah dengar?
Atau mungkinkah ini hanya mimpi?
Tidak ini bukan mimpi, ia merasakan sakit saat ia cubit pipinya sendiri.
"Lucky… " Hancock tidak percaya anak itu mengetahui siapa dirinya sebenarnya. Ia tak tau harus mengatakan apa pada anaknya sendiri.
"Hei ada apa bisik-bisik? " Suara penasaran terdengar dari balik telepon. Ya, itu adalah suara Luffy yang kepo.
"Um… Kata Hancock-sama aku boleh tinggal disini selama yang aku suka. Hehehe " Balas Lucky berbohong.
"Hei aku tak mengatakan itu… " Ucap Hancock protes.
"Hancock? Apa itu benar? "Tanya Luffy meminta konfirmasi.
Hancock terdiam beberapa detik.
.
.
.
"U… um… " Balas Hancock tampak ragu.
"Luffy, aku ingin bicara dengan Lucky. " Lanjut Hancock
"Baiklah. Lucky, ambil ini. " Luffy memberikan den den mushinya pada Lucky.
"Aku mengizinkanmu disana dengan syarat kau tak boleh merepotkan Luffy, jangan membuat masalah, jadilah anak yang baik… dan yang terakhir jaga dirimu baik-baik. Aku ingin kau kembali dengan selamat " Lanjut Hancock menyender pada Salome sambil menutup mata, ia memutuskan untuk mengalah. Ia tak bisa menolak permintaan buah hatinya apalagi kalau sampai memohon. Hati Hancock mudah luluh jika berhadapan dengan dua makhluk itu. Luffy dan Lucky.
Lagipula ia tak pernah sekalipun mengabulkan ataupun memanjakan Lucky. Rasa bersalahnya semakin bertumpuk seiring berajalannya waktu melihat Lucky tumbuh tanpa kasih sayang dari sang ibu. Lucky tak mendapatkan haknya semenjak ia lahir. Mengingat bagaimana anak itu bertumbuh dengan baik membuat Hancock bahagia namun hati kecilnya juga berteriak dan meronta ingin memeluk putrinya.
"Baik " Balas Lucky mematuhi ibunya.
Hancock terheran mengapa sejauh ini Lucky tak menunjukan kebenciannya pada dirinya, orang yang telah menelantarkannya.
"Kau tidak membenciku? " Tanya Hancock lirih.
Lucky terdiam beberapa detik membuat Hancock menggigit bibirnya takut.
"Tidak. Aku tidak membencimu. Atau lebih tepatnya aku tak bisa membencimu… "Jawab Lucky mengatakan apa yang ada di dalam lubuk hatinya.
Kata-kata Lucky bagaikan anak-anak panah menusuk jantung Hancock, hampir persis seperti slave arrow miliknya, bedanya panah kata-kata milik Lucky lebih maut dan lebih dahsyat dampaknya pada Hancock.
Hancock menutup wajahnya dengan kedua tangannya menutupi air mata yang hampir keluar dari pelupuk matanya "Terimakasih... karena tak membenciku. "
"Um… "
TUTT – TUUTT— TUTT
Hancock menutup teleponnya. Air mata membasuhi wajahnya.
"Hebihime-sama! Kau kenapa? " Tanya Kikyo khawatir langsung menghampiri sang ratu bajak laut kuja itu.
"Tolong tinggalkan aku sendiri. Semuanya keluar dari sini! " Perintah Hancock. Jari telunjuknya yang gemetaran menunjuk kearah pintu, mengusir semua penghuni yang ada di ruangan tersebut.
Tak ada yang mau membangkang perintah ratunya para hadirin yang ada di ruangan tersebut keluar satu persatu dengan tatapan khawatir dan terheran ke arah sang ratu.
"Ada apa dengan kakak? Sepertinya serius …" Tanya Marigold melihat sang kakak dari ambang pintu.
"Entahlah. Lebih baik kita turuti dulu permintaannya. " Sandersonia menyentuh bahu Marigold memandunya pergi dari ruang dimana kakaknya ingin menyendiri lalu menutup rapat pintunya.
.
.
.
.
Suara tongkat mematuki lantai mengisi ruangan dimana Hancock berada. Suara itu perlahan semakin mendekat.
"Aku sudah bilang kan semuanya keluar, kau juga termasuk Nyon! " Ujar Hancock marah pada sosok nenek tua pendek yang membawa tongkat itu.
"Dasar anak kurang ajar! " Nyon memukul Hancok dengan tongkat yang dibawanya.
"Kau itu kenapa tiba-tiba menangis seperti itu!? Kau membuatku khawatir! " Lanjut Nyon membentak balik.
"Apa Luffy mengetahui tentang Lucky? Apa dia menolaknya? "
Hancock menggeleng. Nyon menekuk dahinya, lalu kenapa Hancock terlihat sedih?
"Lalu apa yang membuatmu menangis? " Tanya Nyon mengusap kepala Hancock lembut.
"Lucky… " Jawab Hancock lirih.
"Ada apa dengan Lucky? " Tanya Nyon penasaran.
"Dia mengetahui tentang aku dan juga Luffy ... "
Nyon terkejut dengan ucapan Hancock.
"Bagaimana bisa? Kapan dia mengetahuinya? " Nyon kembali bertanya sambil mencengkram bahu Hancock memintanya untuk menatap matanya.
Hancock kembali menggeleng "Entah, aku juga tidak tau menahu bagaimana rahasia itu bocor langsung padanya. "
"Apa dia memberitahu Luffy tentang itu? " Tanya Nyon menatap Hancock serius.
"dari cara bicara Luffy, aku rasa Lucky belum memberitahukannya tentang hal itu. " Jawab Hancock.
"Lalu kenapa kau menangis kalau bukan karena Luffy menolakmu? " Nyon tak bisa menghentikan dirinya untuk terus bertanya. Perhatiannya fokus pada wajah Hancock. Menilik ekspresinya.
Hancock menatap Nyon lalu membuangnya kebawah, "Lucky memanggilku 'bu…' dan ia mengatakan padaku bahwa ia tak bisa membenciku… " Jawabnya lirih.
"Eh… " Nyon mundur beberapa langkah.
"Apa itu benar? " Tanyanya lagi.
Hancock mengangguk, "Setelah semua yang ku lakukan padanya. Aku membuangnya, mengasingkannya, dan juga menelantarkannya…"
Air mata kembali turun dari matanya membasahi wajahnya yang ayu. "Aku benar-benar tak pantas menjadi ibunya. "
Nyon memeluk Hancok dan membiarkannya menangis di pelukannya sambil membelai rambut halusnya. "Kau seharusnya bangga, anak itu bukanlah anak yang menyimpan dendam. Dia memilih memaafkanmu dibandingkan membencimu. Dia anak yang baik hati. " Ucap Nyon menghibur.
"Tetapi aku tak pernah melakukan apapun untuknya. Apalah hak ku untuk merasa bangga!? " Balas Hancock marah. Marah pada dirinya sendiri.
Nyon terdiam, apa yang dikatakan Hancock ada benarnya tetapi Hancock menelantarkan anaknya sendiri demi penduduk pulau yang dipimpinnya. Menjaga rahasia itu sendiri sudah berat, ditambah ia harus melawan nalurinya sebagai ibu, dan percayalah hal itu bukanlah hal yang mudah dilakukan.
Setiap mendengar kabar bahwa Lucky sakit, Hancock selalu khawatir setengah mati dan tak bisa tidur. Terkadang ia nekat sembunyi-sembunyi untuk menjenguk sang buah hati. Nyon tak bisa menghentikannya kalau sudah seperti itu. Ia hanya mengawasinya agar tak ada orang yang tahu hubungan Lucky dan juga Sang ratu Amazon Lily yang sudah dianggapnya anaknya sendiri.
Boa Hancock yang selalu berwajah congkak dan dingin itu jika disuguhkan cerita tentang kenakalan Lucky pasti langsung berubah 180 derajat sehingga Nyon harus menegurnya agar tak terlalu menunjukannya. Ia tau betul bahwa Hancock sangat menyayangi Lucky.
Pasti menyakitkan tak bisa menyentuh orang yang disayangi padahal orang tersebut di depan mata.
Nyon mengeratkan pelukannya.
.
.
.
A/N : Mwahahaha mellow~ meellow~ Mellow~ chapter ini banyak mellownya. Mulai chapter depan Ochi berusaha buat lebih ke adventure dan komedinya. Semoga bisa dan ga garing huhuhu
Gimana pendapat kalian ttg chapter ini? Kritik dan sarannya ditunggu ya~
kalau mau Tanya2 juga boleh… Asal jangan Tanya gimana caranya Hancock bikin anak nanti ini fic ini naik ke rating ke M. lol
Untuk yang mereview di chapter sebelumnya, Terimakasih banyak terutama untuk iib. Junior dan Blank yang udah memberitau kalau di chapter itu banyak yang salah. Huhuhu gomen dan juga terimakasih~
Ah untuk yang minta pair lain, Ochi berpikir untuk membuat
Luffy x Nami (slight aja kok mwahaha)
Zoro x Robin.
Zoro x Perona (Shippan Ochi)
Franky x Robin
Sanji x usopp (Tapi boong wkwk)
Brook x Susu Bendera. (dafuq wkwk)
Dan yang terakhir
Ochi x Shanks *kaburrrrrr
Oke udah segitu aja bacotannya. Jangan lupa reviewnya~~