FLOWER IN THE DARK

Disclaimer: Naruto hanya milik Masashi Kishimoto. Saya hanya meminjam karakternya saja

Warning: gaje, typo (maybe), alur terlalu cepat, craick pair

Happy Reading :)

Sakura merasakan sakit yang luar biasa di perutnya ketika sedang menonton dorama. Ia hendak mengambil botol ramuan itu namun botol tersebut tidak ada isinya. Tubuh Sakura semakin melemah dan wajahnya berubah menjadi pucat seperti mayat hidup. Ia berusaha berjalan menuju ke dapur namun ia terjatuh dengan memegang tembok.

"Sayaaang, jangan sakiti Mama ya? kau harus tenang di dalam sini," kata Sakura pelan dengan mengelus perut buncitnya. Kini usia kandungannya telah menginjak bulan ke tujuh.

"Sakura-chan," pekik Kizashi dan Mebuki secara bersamaan lalu mereka berdua membantu Sakura untuk berdiri.

"Tou-chan, Kaa-chan, a…ku bu..tuh ramuan i..tu. Ra..muannya sudah ha..bis," ucap Sakura terbata-bata karena menahan sakit.

"Tenang Sayang, kami akan menghubungi Tsunade-sama," ucap Kizashi lalu membawa Sakura menuju ke kamarnya. Sementara Mebuki menghubungi Tsunade melalui telepon.

"Tsunade-sama, tolonglah Sakura. Kandungannya sedang bermasalah sementara ramuannya sudah habis," kata Mebuki.

"Baik, saya akan segera kesana," ucap Tsunade lalu menutup teleponnya.

Sementara di lain tempat, pria berambut hitam cepak runcing ini sedang memikirkan kondisi Sakura yang kini usia kandungannya yang mencapai bulan ke tujuh. Ia memikirkan kondisi istrinya karena saat ini sedang hujan salju lebat. Ia menebak pasti Sakura sedang tidak enak badan karena tak mampu menahan dinginnya musim salju. Ia juga memikirkan gimana caranya agar ia dapat menemukan Sakura dan segera menggugurkan kandungan istrinya.

"Tobi, maafkan aku. Aku tidak menemukan Nona cantik," ucap Shiroi Zetsu.

"CARILAH SAMPAI DAPAT, BAKA!" bentak Obito hingga Shiroi Zetsu gemetaran.

"Ba..ba..baik Tobi," ucap Shiroi Zetsu lalu berlari dengan melesat.

"TOBIIIII aku menemukan Nona cantik di dalam sini. Aku mengambilnya di dalam saku celananya si rambut bob," ucap Guruguru lalu menunjukkan layar kamera foto yang menampilkan Sakura bersama Lee dan Tenten kepada Obito.

"Ini hanya foto dasar bodoh!" bentak Obito lalu merampas kamera dari tangan Guruguru.

"Cari lagi sampai ketemu," perintah Obito.

"Baik Tobi," ucap Guruguru lalu berlari melesat.

Obito melihat foto istrinya Rock Lee dan Tenten dengan mengerutkan dahinya. Ia melihat perut Sakura yang semakin membuncit dan juga latar fotonya berada di depan ramen Ichiraku. Obito menyimpulkan bahwa selama ini Sakura berada di Konohagakure. Padahal ia sering mengunjungi desa kelahirannya dan sama sekali tidak melihat Sakura. Bahkan pakai mata sharingan dan rinnegan pun tidak dapat melihat wanita berambut merah muda pendek itu.

"Aku harus memecahkan masalah ini!" ucap Obito dengan mengepalkan tangannya.


Di tengah hujan salju yang sangat deras, seorang gadis berambut coklat panjang sedang membawa kotak makan berwarna merah yang berisi ramen. Ia sengaja mengantarkan ramen di tengah hujan salju karena yang pesan adalah seorang ibu hamil. Tiba-tiba ia terjatuh karena kakinya tak dapat menahan dinginnya salju.

"Huuh untung saja ramennya tidak tumpah," ucap gadis itu lega.

"Bolehkah saya membantumu?" gadis itu menatap pria yang sedang mengenakan jubah berwarna hitam dan syal berwarna hijau.

"Te..terima kasih," ucap gadis itu lalu menggandeng tangan pria berjubah itu.

"Iya sama-sama," ucap pria itu.

Gadis itu menatap pria misterius itu dengan perasaan takut. "Tuan, bolehkah saya menyuruh anda untuk melepaskan tudungnya? Siapa tahu saya mengenal anda," ucap gadis itu.

"Boleh," pria itu melepaskan tudungnya lalu menatap tajam gadis itu dengan mata sharingan.

Sontak mata gadis itu berubah menjadi mata sharingan dan tubuhnya menjadi tegak.

"Tunjukkan kepadaku di mana rumah Sakura!" perintah pria yang ternyata adalah Obito.

"Baik Tuan," ucap gadis itu.

DI RUMAH KELUARGA HARUNO…

Mebuki sedang sibuk memasak sup jagung kepiting untuk putrinya. Sementara Sakura dan Kizashi menonton acara televisi sembari memakan popcorn. Tiba-tiba ia teringat dengan Obito yang dulu pernah memberikan perhatian khusus kepadanya sebelum dirinya hamil.

"Hmm Tou-chan, bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanya Sakura.

"Tanya apa putriku?" tanya Kizashi balik.

"Apakah Tou-chan mengenali Obito sewaktu dia masih kecil?" tanya Sakura dengan pipi yang bersemu merah.

"Iya. Dulu dia adalah anak yang baik dan sangat ceria. Dia selalu membantu Baa-chanmu disaat beliau kesusahan membawa barang berat. Aku pun juga pernah dibantu olehnya hahahaha," kata Kizashi dengan tawa khasnya.

"Emang dia pernah membantu apa?" tanya Sakura.

Kizashi mendekatkan mulutnya ke telinga Sakura, "Membantu memakan lollipop pemberian Kaa-chanmu," bisik Kizashi.

"APA?!" pekik Sakura.

"Shuuut," Kizashi menutup mulut Sakura dengan telunjuknya.

"Selama ini bahkan sampai sekarang Kaa-chanmu tidak tahu kalau aku ini tidak suka dengan permen. Maka dari itu aku selalu memberikan bocah Uchiha itu permen. Kebetulan bocah itu sangat suka sekali dengan permen dan makanan manis," kata Kizashi.

"Iya. Dia sangat suka sekali dengan makanan gurih dan manis," gumam Sakura menundukkan kepalanya lalu menatap ayahnya.

"Dasar Tou-chan tidak menghargai pemberian Kaa-chan! Apa susahnya sih bilang tidak suka?" bisik Sakura dengan kesal.

"Aku ini orangnya seperti itu. Sangat susah sekali bilang tidak suka kepada orang yang kucintai. Daripada tersimpan sampai membusuk dan terbuang lebih baik diberikan kepada anak-anak yang suka permen," kata Kizashi.

"Iya juga sih," kata Sakura.

"Suamiku, Sakura-chan ayo makan," teriak Mebuki.

"Iya," ucap Kizashi dan Sakura secara bersamaan lalu mereka berdua berjalan menuju ke dapur.

Sementara di balik jendela, Obito memperhatikan Kizashi yang berjalan menuju ke dapur untuk makan malam. Kemudian ia menatap gadis di sampingnya yang sedari tadi diam.

"Ayame, apakah kau melihat Sakura?" tanya Obito.

"Iya. Aku melihatnya," jawab Ayame.

"Apakah Sakura memakai salah satu aksesoris baru?" tanya Obito.

"Iya. Dia memakai gelang pemberian Kaa-channya sejak dua bulan yang lalu," jelas Ayame.

"Jadi ini rahasianya. Akhirnya aku menemukanmu, istriku," gumam Obito tersenyum.

"Sekarang masuklah. Antarkan ramennya lalu lepaskan gelang itu," perintah Obito.

"Baik Tuan," ucap Ayame lalu berjalan menuju ke pintu rumah ini. Ia menekan bel di samping pintu.

Pintu telah terbuka. Ternyata yang membukakan pintunya adalah Sakura. "Eh Ayame-nee. Silahkan masuk," ucap Sakura ramah. Ayame segera memasuki rumah ini dengan tersenyum.

"Kau pasti kedinginan. Maafkan aku ya Nee-chan," ucap Sakura merasa bersalah.

"Iya tidak apa-apa. Kau pasti tidak sabar makan ramen buatanku ini hehehe," kata Ayame tersenyum.

"Bukan hanya aku saja. Tapi anakku juga tidak sabar makan ramen terenak di dunia shinobi," kata Sakura tersenyum sembari memegang perut buncitnya.

Ayame memegang perut buncit Sakura. "Sakura-chan, kau seperti hamil Sembilan bulan," ucap Ayame.

"Benarkah? Banyak yang bilang seperti itu. Padahal usia kandunganku masih tujuh bulan. Sungguh," ucap Sakura terkejut.

"Wow pastu tubuh anakmu itu berat dan tinggi," kata Ayame.

"Mungkin. Aku merasa kalau anak ini berjenis kelamin laki-laki. Soalnya dia selalu menendang perutku," kata Sakura.

"Ayo masuk ke dalam kamarku. Aku sudah menyiapkan mangkuk, sumpit dan sendok," ajak Sakura.

"Oke," ucap Ayame lalu berjalan mengikuti Sakura menuju ke kamar wanita bermata emerald itu.

Sampai berada di dalam kamar, Ayame melepaskan gelang yang dikenakan oleh Sakura hingga terjatuh. Sakura langsung melihat ke bawah kalau gelangnya terjatuh.

"Biar kuambilkan," Ayame mengambil gelang berwarna merah itu.

"Terima kasih Nee-chan. Tolong taruh di meja rias ya?" perintah Sakura.

"Oke," ucap Ayame lalu menaruh gelangnya di meja rias.

Sakura berjalan menuju ke jendela. Ia membuka jendelanya lalu menghirup udara salju yang sangat lebat.

"Dingin sekali ya, Nee-chan," ucap Sakura.

"Aku sangat suka sekali musim salju tapi…aku kecewa dengan musim salju tahun ini. Karena aku tidak suka hujan salju yang sangat lebat. Padahal dulu tidak seperti ini. Bikin aku tambah kedinginan saja," lanjut Sakura lalu memejamkan matanya.

Tiba-tiba, ada seseorang yang memeluk Sakura dari belakang. Ketika menghirup aroma tubuhnya, Sakura yang awalnya merasa kedinginan berubah menjadi panas dingin. Bagaimana tidak? aroma tubuh dari orang yang memeluknya sangat mirip sekali dengan aroma tubuhnya Obito. Aromanya harum maskulin namun meninggalkan kesan kegelapan.

"Apakah kau merasa lebih hangat?" Sakura membelalakkan matanya.

"Suara itu..suara itu…," perlahan-lahan, Sakura menoleh ke belakang. Ia sangat terkejut sekali karena Obito telah memeluk dirinya. Ia baru ingat kalau gelangnya jatuh dan ia menyuruh Ayame untuk meletakkan di meja rias. Ia melirik Ayame yang tergeletak lemah di lantai.

"O..Obi..to..ba..gaimana kau..bisa…tahu…rumahku?" tanya Sakura gagap.

"Aku adalah suamimu jadi sudah tahu segalanya tentangmu," jawab Obito tersenyum lalu mata sharingan-nya mengeluarkan pusaran angin hitam.

Dalam hitungan lima detik, Sakura berada di markas Obito. Ia berusaha melepaskan dirinya namun tubuh Obito terlalu kuat untuk dirinya yang sedang hamil besar.

"Kumohon lepaskan aku!" pinta Sakura dengan meronta.

"Aku tidak akan melepaskanmu sebelum aku menggugurkan kandunganmu," ucap Obito lalu membaringkan tubuh Sakura di kasurnya. Setelah itu ia mengikat kedua tangan dan kaki Sakura di sisi ranjang dengan menggunakan rantai chakra.

"HEI BRENGSEK! IDIOT! LEPASKAN AKU!" teriak Sakura dengan sekuat tenaga.

Obito hanya terdiam saja dengan menyunggingkan senyumannya. Dia mengeluarkan kunai-nya dan hendak menusuk perut buncit Sakura.

"LEPASKAN…LEPASKAN AKU!" Sakura meronta berusaha melepaskan rantai chakra dari kedua tangan dan kakinya.

"Diamlah! Dasar wanita monster!" bentak Obito lalu kunai-nya sudah menyentuh perut buncit Sakura.

"Kumohon Obito jangan bunuh anak kita," kali ini Sakura menangis dihadapan Obito.

"Sampai kapanpun aku tidak akan mengakui anak itu," ucap Obito.

Tiba-tiba, Sakura merasakan sakit yang luar biasa dari perutnya. Ia merasa kalau perutnya seperti kontraksi dan bayinya akan segera lahir. Padahal usia kandungannya masih berusia tujuh bulan.

"AAAAAAAAA SAKIIIIIIIT," pekik Sakura.

Obito menjatuhkan kunai-nya. Ia heran mengapa Sakura kesakitan seperti itu. padahal ia tidak menusuk perutnya sama sekali. Hanya sekedar menyentuh kunai-nya ke perut Sakura. Obito melepaskan rantai chakra dari kedua tangan dan kaki Sakura lalu ia memegang kedua tangan Sakura.

"Sakura, apa yang terjadi?" tanya Obito panik.

"Aku..aku akan melahirkan ARRRGHHHH," jawab Sakura lalu berteriak untuk menahan rasa sakit.

Obito membelalakkan matanya karena kaget. Dengan cepat ia menghubungi Kabuto untuk membantu proses persalinan istrinya. Pada awalnya Kabuto kaget namun Obito terus mendesaknya hingga Kabuto bergegas menuju ke pegunungan makam. Dalam hitungan lima detik, Kabuto telah berada di rungan ini bersama dengan Karin.

"Kabuto, mengapa kau membawa Karin?" tanya Obito.

"Aku tidak bisa membantu proses persalinan tanpa bantuan dari siapapun. Maka dari itu aku membawa Karin untuk membantuku," jelas Kabuto.

"Baik terserah kamu. sekarang bantulah Sakura untuk melahirkan anaknya," ucap Obito.

Karin sempat terkaget setelah Obito menyebut nama Sakura. Kemudian ia menghampiri Sakura yang sedang kesakitan dengan memegang perutnya.

"Sakura-chan, sejak kapan kau menikah dengan Sasuke-kun? Padahal ia sama sekali tidak kembali ke Konohagakure," tanya Karin.

"Aku tidak menikah dan memiliki anak dengannya, Karin. Anak yang kukandung itu adalahnya anaknya Obito," ucap Sakura menahan sakit.

"APA? KAU MENGANDUNG ANAKNYA?!" tanya Karin kaget dengan membelalakkan matanya. sakura menganggukan kepalanya.

"Oh Kami-sama, akhirnya aku ada kesempatan untuk memiliki Sasuke-kun," batin Karin tersenyum.

"Karin, peganglah kedua Sakura!" perintah Kabuto.

"Ba-baik," ucap Karin lalu memegang kedua Sakura.

"Sakura, kau ninja medis jadi kau harus melakukan apa yang dilakukan oleh wanita yang akan melahirkan," ucap Kabuto.

Dalam keadaan sakit, Sakura berusaha tarik nafas berulang kali agar bayinya keluar. Sekali-kali ia juga berteriak agar bayinya cepat keluar.

"Ayo Sakura, bayimu akan keluar," desak Kabuto.

"AAAAAAAAAAAAA AKU TIDAK KUAAAT," pekik Sakura.

"Ayo Sakura, keluarkan kekuatanmu," desak Kabuto.

Sementara Obito memperhatikan istrinya yang sedang berjuang melahirkan anaknya dari jarak yang lumayan jauh. Di sisi lain, ia tidak tega melihat Sskura yang kesakitan namun ia tidak sudi melihat bayi yang menurutnya akan membawa bencana untuknya. Setelah berjuang secara mati-matian, akhirnya Sakura berhasil melahirkan bayinya. Kabuto segera memperlihatkan bayi yang masih berlumuran darah kepada Sakura. Sakura langsung menitikkan air matanya setelah melihat bayinya.

"Selamat Sakura, kau melahirkan bayi perempuan yang sangat cantik," ucap Kabuto tersenyum.

Sakura mengulurkan kedua tangannya lalu menggendong bayinya yang masih berlumuran darah. "Rin-chan, kau cantik sekali," ucap Sakura lalu menatap Obito dengan tersenyum. Obito membelalakkan matanya karena Sakura menamai putrinya dengan sebutan Rin.

"Anata, kau tidak ingin melihat Rin-chan? Dia sangat mirip sekali denganmu," tanya Sakura lalu menyerahkan Rin kepada Karin. Perlahan-lahan, Sakura memejamkan matanya hingga ia tak sadarkan diri.

"Sakuraaa," pekik Obito lalu menghampiri Sakura.

Kabuto langsung mengalirkan chakra-nya kepada Sakura. Sementara Obito berusaha membangunkan Sakura. Ketika Kabuto memberhentikan aliran chakra-nya, Obito langsung menghampiri pria berkacamata yang sempat menjadi partner-nya dalam perang dunia shinobi ke-empat.

"Apa yang terjadi dengan istriku?" tanya Obito.

"Dia tertidur untuk mengumpulkan aliran chakra-nya selama dua minggu lebih," ucap Kabuto. Obito langsung bernafas lega.

"Tapi…," Obito menatap tajam Kabuto.

"Ada kemungkinan dia mati," ucap Kabuto hingga Obito kaget.

"Bohong! Kau pasti bohong!" kata Obito menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak membohongimu! Lihatlah dia! Tubuhnya semakin pucat setelah dia melahirkan," kata Kabuto.

"Apa itu berarti melahirkan anak itu efeknya akan semakin membahayakan nyawanya?" tanya Obito.

"Bisa jadi. Tapi itu tergantung Sakura sendiri," jawab Kabuto. "Oh ya anakmu tidak perlu diinkubator karena kondisinya sehat seperti bayi yang baru lahir pada waktunya," lanjut Kabuto.

Obito langsung mencengkeram kerah baju Kabuto, "Kumohon! Selamatkan Sakura!" pinta Obito.

"Aku sudah memberikan banyak chakra kepadanya. Namun chakra-ku sudah terbatas. Maafkan aku," ucap Kabuto.

"Sial!" umpat Obito lalu melepaskan tangannya dari kerah baju Kabuto.

"Kenapa tidak anak itu saja yang mati?!" ucap Obito.

"Kau jangan seperti itu, Obito. Bagaimanapun juga dia adalah darah dagingmu sendiri," kata Kabuto.

"Aku tidak akan mengakui anak itu jika Sakura mati," ucap Obito lalu menghampiri Sakura. Kemudian ia mengalirkan chakra-nya ke seluruh tubuh Sakura.

"Ayolah Sakura kau harus bangun," ucap Obito. Tanpa sadar ia menitikkan air matanya.

"Sakura, tunjukkan padaku bahwa kau wanita monster! Ayo cintaku, bangunlah. Aku tidak ingin kehilanganmu," Obito terus mengalirkan chakra-nya kepada Sakura. Namun, Sakura masih belum terbangun dari tidurnya.

Tubuh Obito langsung lemas setelah mengalirkan chakra yang begitu banyak kepada Sakura. Ia melirik Rin yang masih digendong oleh Karin dalam keadaan berlumuran darah. Obito berdiri dengan tegak lalu berjalan menghampiri Karin untuk mengambil Rin secara paksa.

"Hei bayi itu belum aku mandikan," ucap Karin.

"Tidak usah! Lebih baik kalian pergi dari sini!" bentak Obito menatap Karin dan Kabuto.

"Ta…tapi," kata Karin.

"Pergi dari sini!" bentak Obito.

Dengan terpaksa, Kabuto dan Karin keluar dari tempat ini dengan berlari ala ninja.

"Nii-san, aku takut jika Obito akan membunuh anaknya," kata Karin.

"Tenang saja, dia tidak akan membunuh anaknya dengan mudah," kata Kabuto.

"Tetapi dia sudah pernah membunuh ribuan orang," kata Karin.

"Tidak akan," kata Kabuto tersenyum kepada Karin.

Kembali lagi di markas Obito. Pria berambut hitam cepak runcing ini menatap anaknya dengan tatapan tajam.

"Sudah kuduga, kau telah membawa bencana bagiku dan juga Sakura. Kau harus segera dimusnahkan!" Obito mengeluarkan batang besi dari telapak tangannya. Perlahan-lahan ia mencapkan batang besi ke perut anaknya.

Tiba-tiba tangannya terpaku setelah Rin membuka matanya. Ketika melihat Rin membuka matanya, Obito jadi teringat dengan Sakura.

"Tatapan itu…mirip dengan tatapannya Sakura meskipun warna matanya hitam sepertiku," kata Obito lalu menjatuhkan batang besinya.

Setelah itu ia membersihkan tubuh Rin dari darahnya Sakura. Setelah memandikan Rin, Obito membalut tubuh Rin dengan kain berwarna merah muda. Tiba-tiba, Rin menangis cukup kencang. Obito bingung harus berbuat apa. Yang dia tahu, seorang bayi yang baru lahir menangis, biasanya ingin meminum susu dari Ibunya. Itu berarti Rin ingin meminum susunya Sakura. Sementara Sakura masih dalam keadaan koma

"Diamlah. Aku akan memberikanmu susu untukmu," ucap Obito lalu menghampiri Sakura.

Kemudian ia membuka setengah jaket dan bajunya Sakura hingga menampakkan payudaranya yang lumayan besar. Setelah itu ia mendekatkan Rin ke dada Sakura lalu bayi itu menghisap puting payudara istrinya. Rin tampak menikmati air susu dari Sakura.

"Minumlah yang banyak. Supaya kau tumbuh sehat," kata Obito dengan wajah datarnya.

To Be Continue

Yossh akhirnya sempet juga rilis chapter ini setelah sekian lama disibukkan dengan tugas kuliah. Mohon maaf ya updatenya lama dan juga penulisannya banyak kesalahan. Jangan lupa di review :)