Part 21:

Declaration And Thank You

XXX

Pemberitahuan penting.

Sehubungan dengan tindak lanjut mengenai pelanggaran tata tertib dan kedisplinan di SMA Jaeguk, maka;

Nama: Lee Yumi

ID: 075

Kelas: 11-1 Ilmu Alam

Telah dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat berdasarkan keputusan komite tata tertib dan pelanggaran sekolah dengan laporan resmi dari tim kedisplinan yang telah disetujui oleh Direktur dan Kepala sekolah SMA Jaeguk.

Untuk itu, maka siswa yang bersangkutan dinyatakan dihilangkan hak dan kewajibannya sebagai siswa di SMA Jaeguk sejak hari senin, bulan xx, tahun 20xx.

Demikian pemberitahuan ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terimakasih.

Komite tata tertib dan pelanggaran SMA Jaeguk.

Baekhyun menatap kertas yang baru dipasang tadi pagi di papan berita utama sekolah itu. Ia melirik bagaimana murid-murid datang silih berganti, menatap papan berita dengan berbagai macam ekspresi dan ungkapan tidak percaya.

"Huh, Lee Yumi anggota organisasi kesiswaan? Pelanggaran apa yang ia buat sampai harus dikeluarkan?"

"Iya, bukankah itu terlalu berlebihan? Kita tahu sendiri bagaimana baik dan rajinnya Yumi, kan?"

"Hei, kalian belum liat beritanya di forum sekolah? Setelah kalian melihat itu, aku yakin kalian tidak akan lagi membela Yumi."

"Iya, kita semua benar-benar sudah tertipu dengan wajah baik dan polosnya. Kau tahu masalah Kyulkyung dan Chaeyoung kemarin? Mereka berdua hanya kambing hitam Yumi! Korban bully nya adalah mereka berdua sedangkan Yumi adalah pelakunya!"

"Benarkah? Astaga, Kyulkyung dan Chaeyoung sampai keluar dari sekolah, kan?"

"Bukan hanya itu, ternyata pelaku peneroran Chanyeol waktu itu adalah Yumi karena dia menyukai Killer Byun."

"Kalian benar-benar harus melihat isi kamar asrama milik Yumi. Haduh, mengingatnya saja sudah bikin merinding."

"Benarkah? Aku harus melihat forum sekolah kalau begitu."

"Hei Baek."

Suara panggilan itu membuat Baekhyun tersadar dari lamunannya. Menoleh kearah Kyungsoo yang baru saja menepuk bahunya.

"Ayo kumpul ke ruangan tim kedisplinan." Mendengarnya, Baekhyun hanya mengangguk lesu. Sambil berjalan keruangan mereka, Kyungsoo dengan raut cemasnya bertanya.

"Kau yakin tidak apa-apa, Baek? Kau bisa melewati pertemuan ini dan beristirahat di UKS."

"Tidak perlu, aku ingin tau hasil dari semua rencana kita 4 hari yang lalu," Balas Baekhyun dengan nada lemah dan tetap mencoba tersenyum.

Kyungsoo hanya bisa menatap Baekhyun sesaat sebelum mengangguk. Mereka berdua masuk keruangan tim kedisplinan.

Di dalam, sudah ada anggota tim kedisplinan inti yang terlibat. Kris, Minseok, Sehun, juga tambahan Jongin yang seperti biasa memasang muka resahnya tiap masuk ruangan ini.

"Woah, liat kantung matamu. Wajahmu tidak cantik lagi," Celetuk Sehun, yang langsung disikut Jongin disebelahnya.

Kris mengambil beberapa dokumen, melirik kearah Baekhyun khawatir, "Baek apakah kau benar baik-baik saja?"

Baekhyun melambaikan tangannya dan tersenyum kecil, "Aku tidak apa-apa. Hanya kurang tidur. Sebaiknya kau cepat mulai sebelum kelas pertama kita dimulai."

Kris menatap Baekhyun, tidak puas dengan jawaban yang diberikan ketuanya. Tapi tidak bisa berbuat apa-apa dan memulai rapat mereka pagi ini.

"Baik, mengenai rencana yang kita lakukan 4 hari lalu, akan kuucapkan, selamat. Kita sukses besar. Kita berhasil menangkap basah Yumi dengan segala bukti kejahatannya. Pada awalnya, kita, sebagai tim kedisplinan sekolah akan menyelesaikan ini dengan peraturan sekolah. Yaitu mengeluarkan Yumi dari sekolah dan memberikannya denda yang setimpal. Namun karena kejadian yang tidak terduga..." Kris menjeda kalimatnya, melirik kearah Baekhyun.

"Lanjutkan," Ujar Baekhyun tenang.

"Karena kejadian yang tidak terduga, kita tidak lagi bertindak sebagai tim kedisplinan sekolah. Kita bertindak sebagai teman Park Chanyeol. Aku akui, tindakan kita sedikit gegabah. Mengekspos seluruh kejahatan Yumi di forum sekolah memang memberikan kita kepuasan batin dan rasa balas dendam yang terwujud. Namun itu bisa merusak citra sekolah yang bersih. Untung saja, Direktur Park tidak memiliki masalah sama sekali. Beliau hanya mengingatkan bahwa fakta Yumi melakukan percobaan pembunuhan pada Chanyeol tidak boleh disebar. Yumi dan Chanyeol memiliki latar belakang besar. Jika berita itu tersebar, suasana akan tidak kondusif. Urusan Yumi dengan hukuman yang harus diterimanya akan diurus oleh Direktur Park. Dan beliau bilang, kita tidak usah khawatir. Ia tidak akan memberikan ampun pada Yumi," Jelas Kris, menghela nafas setelahnya.

"Semua orang yang terlibat dalam kejadian ini akan diwawancari oleh pihak sekolah dan hukum. Kalian akan murni menjadi saksi. Tim kedisplinan dan organisasi kesiswaan juga jadi berantakan karena hal ini, kita akan benar-benar sibuk beberapa hari kedepan," Tambah Kris untuk yang terakhir.

"Kyulkyung, aku dengar ia pindah sekolah," Ujar Jongin, melanjutkan, "Ia titip pesan terimakasih dan minta maaf pada tim kedisplinan. Sekarang, ia ia tidak mempunyai muka untuk berhadapan dengan kalian. Tapi di masa depan, ia pasti akan berterimakasih dengan sungguh-sungguh. Ia berhutang budi pada tik kedisplinan."

"Jinseok, sudah 4 hari tidak masuk sekolah. Terakhir kali, ia mencoba menelponku semalaman. Tapi waktu itu Chanyeol berada dalam situasi kritis. Aku tidak sempat mengangkatnya. Sekarang ia tidak bisa dihubungi dan hanya meninggalkan pesan bahwa ia sungguh-sungguh minta maaf," Jelas Baekhyun, sebelum mendesah pelan.

"Baekhyun bagaimana keadaan Chanyeol?" Tanya Minseok hati-hati.

"Ia sudah melewati masa-masa kritisnya. Ia mengalami patah kaki dan tangan, juga gegar otak ringan. Kita hanya perlu menunggu ia bangun."

Semuanya menunduk, mengingat kondisi tempat kejadian begitu mereka semua sampai.

Begitu mereka datang, ada Baekhyun yang menangis kencang sambil memegang pipi Chanyeol yang penuh darah. Anak itu tergeletak di pinggir trotoar dengan kubangan darah. Siapapun yang melihatnya akan menahan nafasnya.

Ada juga Kris, dengan mata merahnya berdiri di belakang Baekhyun, tidak tahu harus berbuat apa.

Untung saja mereka datang tepat waktu dan berhasil menghadang Yumi yang sialnya baik-baik saja dan hanya mengalami sedikit lecet dan berusaha kabur.

"Hei, ada apa dengan suasana suram ini?" Suara Sehun memecah keheningan. Ia lalu melanjutkan, "Yumi akan membayar semua kejahatannya, Kyulkyung dan Chaeyoung terbebas dari jeratan Yumi, dan Chanyeol sudah baik-baik saja dan tinggal menunggunya siuman. Ayolah, kita harusnya berpesta bukan? Kita sudah sukses sebagai detektif keren. Aku dengar, sekolah akan memberikan hadiah atas kerja keras kita!"

Mendengar suara menggebu Sehun, membuat suasana suram menjadi sirna. Ruangan langsung diisi oleh suara tawa kecil.

"Hei, kau benar. Mungkin kita semua akan diberikan hadiah berupa kunci jawaban ujian nasional," Canda Minseok.

"Woah, aku suka hadiah itu," Timpal Kyungsoo.

"Hei kalian, aku sudah melupakan ujian nasional dan tiba-tiba kau menyebutnya. Sialan, aku belum belajar!" Protes Kris.

Baekhyun ikut tertawa kecil melihat teman-temannya. Namun tawa itu tidak bertahan lama. Mengecil dan kemudian hilang. Digantikan oelh tarikan kecil disudut bibirnya.

"Malam ini, ayo kita makan diluar. Jongin sebagai yang termuda akan mentraktir," Ujar Sehun enteng, membuat yang paling muda diruangan melotot tidak terima.

"Kenapa aku?!"

XXX

"Oh, hai dik! Ingin menjenguk pacarmu?" Tanya suster itu ramah.

Baekhyun menenteng buket bunga matahari ditangannya. Membalas sapaan suster lorong VVIP rumah sakit ini, "Ah, iya."

"Kau benar-benar pacar yang pengertian. Aku berdoa untuk kesembuhan pacarmu."

Mendengarnya, senyum Baekhyun makin dalam. "Aku sangat mengamini itu."

Langkahnya berhenti didepan pintu ruangan VVIP rumah sakit. Membukanya perlahan dan langsung disambut suara semprotan pengharum ruangan otomatis yang menyala beberapa menit sekali.

Membawa bunga ditangannya, Baekhyun meletakkan itu di meja sebelah ranjang Chanyeol. Membuang bunga matahari serupa yang ia bawa sekitar 3 hari yang lalu—malam kedua Chanyeol dirawat.

Bunga yang sudah lalu ia buang. Air dalam vas ia ganti sebelum memasukkan beberapa tangkai bunga matahari yang masih segar.

Ia yakin bunga ini tidak akan bertahan lama. Sedikit cahaya matahari yang masuk dan bunga matahari bukanlah bunga yang mudah bertahan didalam tempat artifisial berisikan air.

Tapi itu tidak masalah. Baekhyun akan selalu menggantinya.

Sehari, dua hari, seminggu, atau berapa lamapun dan berapa seringnya itu, Baekhyun akan menggantinya.

Memang terkesan dramatis. Chanyeol baru koma selama 4 hari, namun bagi Baekhyun, ini terasa sudah selamanya.

Baekhyun menarik kursi dan duduk disebelah ranjang Chanyeol. Melihat wajah yang biasanya tersenyum bodoh dan mulut yang selalu melontarkan gombalan picisan itu sekarang berubah pucat tanpa ekspresi.

Baekhyun mengusap pipi Chanyeol yang biasanya hangat itu terasa dingin ditangannya.

Lagi-lagi, ia merasakan matanya memerah.

Ia benar-benar berterimakasih pada Chanyeol dan disatu sisi mengutuk pria yang selalu menomor satukan Baekhyun namun melupakan betapa berharganya dirinya sendiri.

Baekhyun ingat bagaimana suara seruan Chanyeol yang lantang memanggil namanya menyadarkannya dari ketakutan. Bagaimana tangan besar Chanyeol mendorongnya ke tepi jalan. Dan ingat persis, bagaimana wajah panik Chanyeol berubah lega melihatnya selamat, tidak mempedulikan mobil yang siap menghantamnya beberapa detik lagi.

Chanyeol bisa saja mati.

Dan jika itu terjadi, Baekhyun akan ikut mati karena perasaan bersalahnya.

Ia benar-benar tidak layak untuk Chanyeol. Pengorbanan, cinta dan perhatian yang Chanyeol berikan beratus-ratus kali lipat lebih besar daripada yang Baekhyun berikan padanya.

Chanyeol yang masih mengingatnya hanya karena kejadian singkat di masa kecil mereka, Chanyeol yang melamarnya dihari pertama ospek sekolah, Chanyeol yang merawatnya saat sakit, Chanyeol yang menyakinkan dirinya bahwa dirinya juga menyukai adik kelasnya ini, Chanyeol yang selalu berada bersamanya di masa-masa tersulit tanpa mengeluh dan Chanyeol yang selalu mengkhawatirkan juga membantunya disetiap saat.

Park Chanyeol, mahluk spesial ini cuma ada satu di muka bumi. Baekhyun tidak bisa dan tidak boleh kehilangannya.

Baekhyun menggengam tangan Chanyeol erat. Berharap suhu hangatnya bisa diberikan pada Chanyeol seutuhnya.

Pintu kamar yang dibuka membuat Baekhyun menolehkan kepalanya.

Sesosok pria paruh baya dengan badan masih tegap dan wajah tampan di usia tuanya masuk ke kamar rumah sakit dengan balutan jas mahalnya. Belakangnya, seoeang wanita cantik yang mungkin dikepala 3 nya masuk dengan gaun formalnya.

"Oh, menantuku sudah disini!" Sapa direktur Park dengan senyuman diwajahnya.

"Ah, iya, selamat malam Pak direktur." Baekhyun ingin berdiri, namun direktur Park buru-buru menghentikkan bangunnya dan melambaikan tangannya.

"Ah, lupakan formalitasnya. Panggil aku paman Park. Lagian di masa depan, kau berpotensi memanggilku ayah bukan?" Canda Direktur Park, membuat Baekhyun salah tingkah.

Direktur Park melirik sekertarisnya, Seolhyun, yang sedari tadi menatap lekat-lekat Baekhyun.

"Sekertaris Byun, apa kau kenal dengan calon menantuku ini?" Tanya Direktur Park.

"Byun?" Tanya Baekhyun, balik menatap wanita yang bermarga Byun juga.

Byun Seolhyun, sekertaris direktur Park tiba-tiba mempunyai bintang dimatanya melihat Baekhyun. Namun dengan cepat menggeleng kecil dan mengembalikkan wajah bisnisnya.

Ia tersenyum kecil, "Ah, tidak. Aku hanya terpesona dengan betapa tampannya dirimu. Aku dengar kau ketua tim kedisplinan dan juga yang membuat rencana penangkapan Lee Yumi. Kalian sungguh anak-anak hebat."

"Ah, terimakasih," Balas Baekhyun salah tingkah, tidak siap menerima pujian tiba-tiba itu.

"Baekhyun, bagaimana dengan kondisi Chanyeol?" Tanya direktur Park, mendekati ranjang dimata putranya berbaring menutup matanya. Mengusap rambut Chanyeol pelan.

"Dokter bilang, keadaanya stabil dan baik-baik saja sekarang. Kita hanya tinggal menunggunya bangun," Jelas Baekhyun, mendekat dan berdiri disamping direktur Park. Melihat bagaimana dahi Chanyeol diusap-usap oleh ayahnya.

"Hah, bocah nakal ini. Selalu saja menomor duakan dirinya sendiri. Entah merelakan ibunya berpisah dari ayahnya dan menangis sendirian di kamar diumur delapan tahun, rela diejek karena menjadi satu-satunya anak di sd yang saat pertunjukan seni orangtuanya tidak hadir karena takut menganggu waktu kerjaku, dan sekarang untukmu. Ia sudah berkorban banyak untuk semua orang yang ia sayangi," Ujar Direktur Park seraya tersenyum kecil.

Ia lalu menoleh ke Baekhyun, "Saat aku mendengar Chanyeol tertabrak demi menyalamatkanmu, satu detik, aku sebagai ayah merasa khawatir. Detik berikutnya aku marah. Namun selanjutnya aku sadar, dia Park Chanyeol. Hal ini sangat wajar ia lakukan. Memang seperti inilah dia, jadi jangan pernah merasa ini semua salahmu atau merasa tidak enak padaku."

Baekhyun mengerjapkan matanya. Tidak tahu harus apa ketika dirinya tertangkap basah karena sedari tadi sibuk memikirkan perasaan tidak enak dan bersalahnya kepada Chanyeol dah ayahnya.

"Aku hanya berharap, Chanyeol bertemu dengan seseorang yang rela mengorbankan dirinya sebanyak Chanyeol mengorbankan dirinya pada orang itu. Memberikan Chanyeol segalanya yang ia butuhkan karena anak ini tidak meminta banyak. Ia hanya ingin seseorang itu selalu berada disisinya apapun terjadi." Direktur Park tersenyum, menatap Baekhyun tepat dimatanya.

"Apa menurutmu Chanyeol sudah menemukannya, Baekhyun?" Tanya Direktur Park selanjutnya.

Dna tanpa berpikir panjang, Baekhyun mengangguk.

"Sudah. Ia berada tepat didepanmu."

Mendengar itu, direktur Park tidak bisa menahan tawanya. Disela tawanya, ia kembali bertanya, "Kau yakin? Jalan kalian masih panjang. Saat kau memasuki dunia baru sebentar lagi, Chanyeol barulah remaja kelas 2 SMA. Apa kau yakin?"

"Aku yakin." Baekhyun melirik Chanyeol yang masih memejamkan matanya, "Jika aku tidak disisinya, Chanyeol akan merengek. Lebih parah lagi mungkin merajuk dan menangis. Jika sudah begitu, ia akan sangat merepotkan. Daripada itu terjadi, lebih baik menempel terus padanya, kan?"

Direktur Park mengangguk, masih tertawa kecil. "Kalau begitu, aku serahkan padamu."

"Terimakasih. Aku akan menjadi pacar yang baik untuknya." Baekhyun membungkuk berterimakasih.

"Oke, kalau begitu aku pamit undur diri. Tadinya aku ingin menemani Chanyeol semalaman disini. Namun pria tua ini harusnya tidak menganggu kencan kalian malam ini, bukan?" Direktur Park mencubit hidung Chanyeol, membuat kerutan kecil samar tercipta diantara kedua alis putranya. "Kalau begitu, aku pamit dulu. Jaga Chanyeol dengan baik, Baekhyun."

"Ah, tentu saja. Hati-hati dijalan," Balas Baekhyun sebelum kembali membungkuk.

Direktur Park keluar dari kamar, diikuti oleh sekertaris Byun dibelakangnya. Begitu mereka sudah berjalan beberapa langkah dari kamar Chanyeol, sekertaris Byun tidak bisa menahan pertanyaanya.

"Bukankah kita buru-buru kesini karena rumah sakit menelpon dan mengatakan bahwa Chanyeol sudah sadar?"

"Ah, itu. Kita hanya membantu kejutan kecilnya. Kau dan aku sama-sama bisa melihat bagaimana anak itu menahan senyuman ketika Baekhyun mengobrol padaku tadi." Direktur Park tertawa renyah, sebelum menatap sekertaris Byun penasaran.

"Kau sendiri memiliki hubungan apa dengan menantu kecilku?"

Kini, giliran sekertaris Byun yang tertawa renyah. "Bisa dibilang, kami saudara yang baru saja dipertemukan kembali."

XXX

Usai kepergian Direktur Park dan sekertarisnya, Baekhyun menghela nafasnya lega. Yang tadi itu benar-benar menegangkan untuknya. Rasanya mentalnya terkuras untuk berbicara dengan direktur sekolah sekaligus ayah dari pacarnya itu.

Baekhyun menuangkan segelas air untuk dirinya sendiri, namun sebuah suara hampir membuat air keluar dari hidungnya.

"Kak Baekhyun."

Baekhyun bersusah payah menelan airnya. Matanya membelalak kaget melihat sosok diranjang tiba-tiba membuka matanya dan tersenyum lemah kearahnya.

Perasaan rindu dan senang yang membuncah tidak bisa lagi ia tahan. Matanya memerah ingin menangis saking senangnya. Tanpa berpikir panjang ia berlari kearah ranjang dan melompat keatas Chanyeol.

"PARK CHANYEOL KAU SUDAH SADAR?!"

"AKH—KAK BAEKHYUN KAU BISA MEMBUATKU TAK SADAR LAGI!"

Menyadari ia baru saja menimpuk Chanyeol dengan badannya sendiri, Baekhyun buru-buru bangkit dari tubuh Chanyeol. Yang lebih muda meringis, perutnya bagai ditimpa meteor. Namun, rasa sakitnya tentu kalah dengan perasaan senang melihat Baekhyun yang sangat bersemangat melihatnya bangun.

Chanyeol baru saja ingin menggoda Baekhyun untuk mengambilkannya air putih untuk ksatrianya ini sebelum menyadari tatapan bahagia Baekhyun berubah drastis.

Berubah menjadi tatapan khas Killer Byun miliknya.

Oh tidak.

"Park Chanyeol, apa kau pikir yang kau lakukan itu keren?" Tanya Baekhyun dengan tatapan tajam dan tangan yang dilipat, "Mendorongku tiba-tiba, sok menyelamatkanku tapi tidak memikirkan diri sendiri. Itu tidak keren, itu bodoh. Super bodoh. Kau sangat ultra mega bodoh. Kau bisa saja mendorongku dan ikut terjatuh bersamaku sehingga kita berdua bebas dari hantaman mobil itu. Tapi apa yang kau lakukan? Berdiri dan menatapku lega karena diriku selamat, mengabaikan mobil yang siap menghantam dibelakang? Kau bodoh—tidak, kau idiot. Mungkin ada yang salah dengan cara berpikir otakmu atau mungkin kau memiliki masalah intelektual."

Chanyeol menganga, mengerjapkan matanya. Reaksi ini benar-benar diluar perkiraanya.

Dimana Baekhyun yang tadi mengobrol dengan ayahnya, berjanji akan selalu berada disisinya dan mengucapkan hal-hal manis?

"Kau benar-benar tsundere..." Ujar Chanyeol kehabisan kata-kata.

"AKU APA?!" Balas Baekhyun tidak terima, bersiap menjitak Chanyeol.

"Hei, jangan lakukan kekerasan. Aku ini pasien!"

Mendengarnya, Baekhyun mengurungkan tangannya dan berdecak. Menuangkan air kedalam gelas sebelum memberikannya pada Chanyeol.

"Melihat mulutmu sudah aktif begini padahal tidak sadar selama 4 hari, sepertinya aku khawatir berlebih. Kau tampak sangat sehat," Cibir Baekhyun.

Chanyeol mengambil gelasnya dengan tangan kiri, berhubung tangan kanannya patah. Ia juga melirik bagaimana kaki kirinya dibalut gips tebal.

"Sehat apanya, aku tampak bagai mumi. Patah sana sini. Dan apakah aku pitak karena operasi? Sial, sungguh tidak keren," Gerutu Chanyeol sebelum meminum air putihnya.

Baekhyun menatap Chanyeol yang sudah bangun. Benar-benar tidak tampak seperti seseorang yang koma selama 4 hari. Dan Baekhyun benar-benar bersyukur.

"Jadi pahlawan Park, bagaimana rasanya ditabrak mobil dan tidak sadarkan diri selama 4 hari?" Tanya Baekhyun, kembali melipat kedua tangannya didepan dada.

"Aku minta maaf sudah membuatmu khawatir. Saat itu, pikiranku kosong. Hanya ada kakak dimataku dan kalimat aku harus menyelamatkanmu satu-satunya yang terlintas dibenak." Ekspresi galak Baekhyun langsung mencair begitu mendengar alasan Chanyeol.

"Dan rasanya? Tentu saja sakit. Tapi aku tidak menyesalinya. Aku sudah menyelamatkan pacarku dari bahaya dan pasti dihatinya sekarang aku berlipat-lipat kali lebih keren. Ia hanya tidak mau mengakuinya dan terus-terusan mengataiku bodoh," Lanjut Chanyeol diakhiri cengegesannya.

Mendengarnya, Baekhyun hanya tersenyum pasrah sebelum menggeleng. "Kau benar-benar terlihat terlalu bugar untuk orang yang baru sadar dari koma."

Chanyeol hanya tersenyum. Tentu saja fakta bahwa ia sudah sadar sejak tadi siang tidak akan ia ungkap. Ia menikmati semua reaksi Baekhyun saat ini.

"Kak, bagaimana dengan Yu—"

"Oke Chanyeol, stop. Jangan bahas itu dulu. Kau baru sadar dan aku harus memanggil dokter untuk mengecekmu. Lalu kau harus makan dan kembali istirahat. Semuanya nanti akan kujelaskan perlahan, mengerti?" Potong Baekhyun, melotot tajam.

Chanyeol hanya menutup mulutnya dan mengangguk nurut. Dalam hati lega ia sudah bekerjasama dengan dokter dan mengatakan ia akan pura-pura belum siuman didepan pacarnya tadi.

"Oke, kstaria ini akan menuruti semua perintah rajanya."

XXX

Sudah tiga hari sejak Chanyeol bangun dari komanya. Dan selama dua hari itu pula kamarnya selalu dipenuhi kebisingan sampai suster rumah sakit terus-terusan bolak balik mengatakan Chanyeol tidak boleh banyak bergerak karena masih pemulihan.

Dimulai dari ayahnya, Direktur Park yang terus-terusan mengirim makanan mewah untuk Baekhyun, tim kedisplinan yang hampir menangis haru ketika melihat Chanyeol bangun, sahabat-sahabat dekatnya yang langsung membuat pesta dadakn dan mendandani Jongin sebagai badut di kamar rumah sakit Chanyeol juga teman-teman sekelasnya yang mendoakan kesembuhannya.

Baekhyun kembali ke kamar Chanyeol usai teman-teman sekelas Chanyeol pulang. Ia tidak ingin membuat isu tidak penting ditengah suasana damai ini dan memilih kabur ke kantin rumah sakit untuk makan onigiri selama teman-teman sekelas Chanyeol menjenguk.

Begitu ia kembali, dirinya disambut oleh senyuman lebar khas Chanyeol.

"Teman-teman sekelasmu sudah pulang?" Tanya Baekhyun, meletakkan seplastik berisikan onigiri, makanan ringan dan minuman kaleng dimeja samping ranjang Chanyeol.

"Iya, tapi mereka tidak percaya aku terluka separah ini hanya untuk menyelamatkan seekor anak kucing dari tabrakan di jalan raya," Balas Chanyeol dengan nada menggoda.

"Serius Park? Itu alasan yang kau bilang pada teman-temanmu?" Baekhyun memutar bola matanya malas.

"Loh, apa aku salah? Kakak dan anak kucing, aku tidak bisa melihat apa bedanya."

"Ah, aku bisa menunjukkan perbedaanya jika kau mau." Baekhyun tersenyum tapi matanya penuh aura jahat, bersiap menggulung lengan kemejanya.

"Ah, tiba-tiba aku bisa melihat perbedaanya. Anak kucing itu lucu. Kalau kakak itu lucu dan juga pacarku," Jawab Chanyeol cepat, tersenyum bodoh.

"Menggelikan." Itu kata Baekhyun, namun kupingnya yang memerah tidak bisa menyembunyikan apapun.

Chanyeol tertawa kecil sebelum menatap Baekhyun lembut.

"Kak, apa tidak apa-apa kau setiap hari disini? Aku dengar dari hari pertama aku dirawat, kau selalu menemaniku. Bahkan ayahku tidak serajin kau. Apa kau yakin sekolahmu akan baik-baik saja? Bagaimana dengan ujian masuk ke perguruan tinggi?"

"Tenang saja, seniormu ini murid jenius," Balas Baekhyun enteng, sama sekali bukan masalah besar.

Chanyeol masih memasang wajah khawatirnya, membuat Baekhyun memutar otaknya untuk merubah topik pembicaraan.

"Oh, apa mereka melukis ini?" Tanya Baekhyun, menunju gips yang membalut tangan kanan dan kaki kiri Chanyeol. Gips yang tadinya putih bersih kini dipenuhi coretan-coretan.

"Iya, tentu saja ini ide Jongin. Dia bahkan sudah membawa spidol 12 warna. "

Baekhyun tertawa kecil, sebelum mengeluarkan pulpen dari kantungnya.

"Keberatan jika aku menambahnya?"

"Suatu kehormatan." Chanyeol menyengir, menunjuk bagian kosong di gips tangannya.

"Jangan mengintip atau kutabok kau," Ancam Baekhyun sebelum menulis sesuatu di tangan Chanyeol seraya menutupinya dengan tangan sebelahnya.

Chanyeol hanya mengulum senyumnya sambil menggeleng-geleng.

Beberapa detik kemudian selesai dan Baekhyun tersenyum puas dengan hasil tulisannya.

Chanyeol menarik tangannya, melihat apa yang Baekhyun tulis untuk dirinya di gips yang membalut lengannya.

cepat sembuh, ayo kita kencan setelah kakimu membaik— pacarmu.

"Argh, benar-benar memalukan. Aku merinding saat menulisanya... PARK CHANYEOL KENAPA KAU MENANGIS?!" Rasa geli Baekhyun berubah menjadi panik melihat Chanyeol tiba-tiba menangis seraya memeluk gips ditangannya sendiri.

"Hiks, seorang Byun Baekhyun mengajakku berkencan, aku senang sekali," Isak Chanyeol drama.

Baekhyun benar-benar tak habis pikir dengan pemandangan yang ia lihat di depannya. Kemana perginya Park Chanyeol, remaja yang tingkah lakunya tidak sesuai umur mudanya itu? Kenapq sekarang mentalnya menciut menjadi mental anak bayi?

"Kalau orang lain lihat, bisa-bisa mereka pikir aku ini pacar jahat yang tak pernah mengajakmu berkencan," keluh Baekhyun.

"Huhu, Byun Baekhyun memanggilku pacar. Mimpi apa aku semalam."

"Serius hentikan itu Park. Suara berat om-om itu benar-benar tidak cocok dijadikan suara rengekan."

Begitu katanya, tapi semburat merah di telinga Baekhyun tidak bisa bohong kalau ia tidak menahan gemas akan kucing besar di depannya ini.

XXX

"Kau pikir aku bodoh? Jelas-jelas kau memakai lipstick. Cepat hapus dan serahkan pounch make-upmu!"

"Rambut bewarna hijau? Sedang menyatu dengan alam? Sampai kau mengubah warna rambutmu kembali menjadi hitam, kau tidak boleh masuk sekolah."

"Jangan berlarian di koridor!"

Melihat Jongin yang tersenyum-senyum sendiri, Jongdae dan Junmyeon saling bertatapan sebelum menatap Jongin yang tersenyum-senyum melihat anggota tim kedipslinan melakukan sidak pagi harian mereka. Sama-sama bingung kenapa sahabat mereka ini sudah tidak waras di pagi hari.

"Semua kembali normal. Sungguh akhir yang bahagia," monolog Jongin sebelum mengusak hidungnya, merasa terharu.

Jongdae dan Junmyeon kembali bertatapan, sebelum mengangguk dan diam-diam pergi tidak ingin tertular ketidak warasan Jongin.

Sudah 1 bulan sejak semua kejadian itu. Tim kedisplinan dan organisasi siswa sudah kembali normal dan kembali aktif. Byun Baekhyun, sebagai ketua tim kedisplinan kembali dengan wajah garangnya, membuat seisi sekolah yang sempat kendor peraturannya kembali was-was.

Park Chanyeol sudah kembali sekolah. Berita tentang dirinya sampai koma 4 hari hanya demi menyelamatkan seekor anak kucing yang padahal eksistensinya hanya bualan Chanyeol belaka. Namun cerita heroik nya ini membuat pamor Chanyeol sebagai laki-laki sesempurna malaikat menyebar cepat. Membuat orang-orang yang tahu kebenarannya tidak tahan untuk mengejek.

"Kak..." Suara panggilan familiar itu membuat Baekhyun mendongak. Mengernyit saat matanya berhadapan langsung dengan silaunya sinar matahari sebelum kepala besar menutup cahaya itu.

Siapa lagi kalau bukan Park Chanyeol dengan sekotak susu stoberi di tangannya.

"Oh, ada perlu apa tuan malaikat datang kepada hamba yang rendah ini?" canda Baekhyun, langsung dibalas geraman kesal Chanyeol.

"Kak, sudah kubilang jangan panggil aku itu." Meski merengut, dirinya tetap duduk di sebelah Baekhyun. Menyodorkan sekotak susu stoberi yang ada di tangannya.

Baekhyun menerimanya dan langsung meminumnya. Menghela nafas lega saat merasakan tenggorokkannya basah dialiri minuman favoritnya.

"Kakak sedang sibuk sekali, ya?"

"Hu-uh. Tim kedisplinan sedang sibuk-sibuknya. Harusnya pemilihan ketua tim kedisplinan yang baru sudah dilakukan namun tertunda karena masalah kita kemarin. Sangat banyak yang harus dipersiapkan. Tugas dan praktik akhir juga menggunung ditambah aku harus belajar untuk ujian nasional. Jika tidak ada kau mungkin aku sudah lupa makan," ujar Baekhyun sambil mengadah. Sadar beberapa saat setelah menyadari tidak ada respon dari yang lebih muda.

"Hei, kenapa? Apa ada sesuatu yang mengganjal pikiranmu?"

"Eum... Hari sabtu besok, apa kakak ingat ada sesuatu di hari itu?" Tanya Chanyeol.

"Huh? Ulang tahunmu?"

"Astaga, kau melupakannya? Tapi bukan kak. Ulang tahunku belum lewat."

"Hari jadian kita?"

"Bukan juga..."

"Hari ulang tahun Pak Direktur?"

"Kenapa juga ulang tahun ayahku adalah hari penting?!"

Melihatnya, Baekhyun tertawa geli melihat Chanyeol meledak.

"Lalu apa? Aku benar-benar tak ingat Chan."

"Mengangumkan. Baru pertama kali aku melihat ada orang yang melupakan hari pentingnya sendiri karena sibuk sekolah," ujar Chanyeol takjub.

"Jangan membuatku penasaran, Park. Memangnya hari itu hari apa?" tanya Baekhyun heran.

"Rahasia." Chanyeol menyengir lebar. Ia bangun dari duduknya, mengeluarkan sebungkus permen rasa susu dan meletakkannya di tangan Baekhyun yang terbuka.

"Akan kuberi tahu saat hari sabtu nanti. Aku kembali ke kelas dulu. Selamat belajar pacarku yang semanis susu stoberi." Chanyeol menepuk-nepuk kepala Baekhyun layaknya menepuk kepala bayi sebelum lari pergi karena tahu Baekhyun akan mengamuk.

"YAK! SIAPA YANG KAU BILANG MANIS?!" Seru Baekhyun kesal. Tapi yang diteriaki hanya tertawa-tawa dan melambaikan tangannya dari jauh.

Baekhyun menggerutu, namun tetap membuka bungkus permen dan melemparnya masuk kedalam mulut.

"Hari sabtu..." gunam Baekhyun mencoba memikirkan peristiwa penting apa yang terjadi di tanggal itu.

Lamunannya buyar saat ponselnya berdering.

Sebuah nomor tak dikenal menelponnya.

"Halo?"

"Halo Senior Byun." Suara disebrang terdengar. Suara perempuan yang terdengar tak asing.

"Siapa?" Tanya Baekhyun.

"Ini Park Chaeyoung. Apa kita bisa bertemu hari ini?"

XXX

Saat Baekhyun mendorong pintu masuk kafe, ia langsung melihat kearah seorang gadis yang sedang melambaikan tangannya canggung.

Mata Baekhyun menatap perempuan itu dengan dahi mengkerut sebelum akhirnya menyadari siapa dia.

"Chaeyoung?" Panggil Baekhyun ragu.

"Ah, iya kak. Terima kasih sudah mau datang," balas Chaeyoung sopan, membuat Baekhyun hampir memijit matanya tidak percaya.

Ia memang tahu bahwa sikap liar Chaeyoung selama di sekolah adalah palsu dan terpaksa karena ulah Yumi. Tapi ia benar-benar tidak bisa membayangkan bahwa sosok Chaeyoung yang liar dengan make up tebal, rambut warna-warni dan pakaian terbuka akan berubah menjadi gadis didepannya ini.

Gadis manis dengan rambut warna dirty blonde diurai cantik, wajah polos cantik, gaun putih cantik.

Intinya semuanya cantik. Hampir Baekhyun salah tingkah jika suara deheman di belakangnya tidak menyadarkannya.

"Lama tidak bertemu Baek," sapa Jinseok dengan senyuman kecil.

"Hai Jinseok, kau tampak mengerikan," balas Baekhyun dengan nada jenaka. Beda dengan penampilan paripurna Chaeyoung, Jinseok terlihat seperti preman gang dengan wajah lusuh dan kantung mata tebal.

"Sialan kau Baek," tawa Jinseok lalu mempersilahkan Baekhyun duduk.

"Eum... aku tadi sudah meminta Jinseok untuk memesankan minum. Semoga sesuai selera senior..."

"Woah Chaeyoung, aku benar-benar tidak bisa berhenti takjub. Kau benar-benar berbeda. Gadis cantik manis pemalu ini yang adu debat denganku di depan sekolah perihal peraturan sekolah?" Baekhyun tak bisa berhenti takjub, namun tidak sadar perkataanya membuat Chaeyoung super panik.

"Ma-maafkan aku senior! A-aku terpaksa melakukannya! A-aku bisa menjelaskan—DUK!"

"Hei, hati-hati!"

Chaeyoung yang gelagapan gugup menundukkan kepalanya untuk minta maaf. Jika saja tidak ditahan tangan Jinseok, jidat nya sudah pasti membiru karena terkena meja.

"Hahaha, aku hanya bercanda Chaeyoung. Aku sudah tau semuanya dari Chanyeol. Aku sudah memaafkanmu. Jika aku berada di posisimu, di posisi harus berkorban demi menyelamatkan dirimu sendiri dan orang yang kau sayangi, mungkin aku akan melakukan yang sama. Implusif dan bodoh, memang. Tapi kau berani melakukannya meskipun menjadi orang jahat untuk orang lain. Mereka bilang egois, namun menurutku itu heroik. Menjadi jahat untuk menyelamatkan dirimu sendiri bukanlah sesuatu yang harus kau sesali. Lain kali, hanya lebih pikirkan konsekuensinya dan bergantunglah pada orang lain yang menyayangimu. Jangan buat mereka khawatir, oke?" Baekhyun tersenyum, membuat Chaeyoung tidak bisa menahan air matanya dan mengangguk kencang dengan air mata yang mengalir deras.

"A-aku tidak tahu harus berkata apa. Setelah semua yang aku lakukan...Hiks, terima kasih senior," isak Chaeyoung dengan kepalanya yang di elus-elus pelan oleh Jinseok.

"Aku juga minta maaf. Jika saja sedari awal aku memberi tahu kalian tentang Yumi, masalahnya tidak akan serumit ini dan Chanyeol juga kau tidak perlu mengalami kecelakaan mengerikan itu. Aku benar-benar menyesal," ujar Jinseok membungkuk pada Baekhyun dengan wajah penuh penyesalan.

"Tidak-tidak, semua yang kau lakukan sudah benar. Memilih antara keluarga dan orang-orang asing yang disakiti keluargamu pasti bukanlah hal yang mudah. Aku juga minta maaf tidak bisa memenuhi janji Chanyeol padamu tentang membebaskan Yumi dari hukuman pidana. Aku harus melakukannya demi Chanyeol. Aku juga minta maaf." Kini Baekhyun yang balas membungkuk dengan penuh sesal.

"Tidak, aku sangat berterimakasih akan hal itu. Berkat ini, orang tuaku sadar selama ini cara didik mereka salah. Setelah keluar dari tempat rehabilitasi, mungkin Yumi juga sudah menjadi lebih baik. Terlebih lagi, karena masalah ini orang tuaku tau bahwa Yumi dan orang tua Chaeyoung bekerja sama dan memutuskan untuk menerima Chaeyoung sebagai bagian dari keluargaku tanpa memberikan apapun untuk mereka," ujar Jinseok.

"Terima kasih karena senior, aku terlepas dari semua mimpi burukku. Belenggu keluargaku, ancaman Yumi, Jinseok yang diambil dariku, semuanya selesai. Sekali lagi, aku sangat berterima kasih pada senior," lanjut Chaeyoung, mengusap matanya yang sembab.

"Sudah-sudah, aku tidak berbuat banyak. Jika ingin berterima kasih, berterima kasihlah pada Chanyeol, Jongin, dan tim kedisplinan. Tanpa mereka, semua rencana kita tidak akan berjalan." Mendengar itu, Jinseok dan Chaeyoung mengangguk, mengatakan akan berterima kasih pada mereka secara pribadi. Lalu Baekhyun kembali bertanya, "Jadi, apa rencana kalian setelah ini? Aku dengar kalian akan langsung pulang ke Australia?"

"Di masa akhir sekolah ini, aku memutuskan untuk melanjutkan studiku di Jaeguk. Toh tinggal sedikit lagi kita lulus 'kan? Aku sudah absen lama, begitu masuk aku harus bekerja keras untuk lulus. Dan Chaeyoung, sementara ini dia akan istirahat di rumah dan belajar main piano. Itu impiannya untuk menjadi pianis," jelas Jinseok tersenyum sambil terus mengusap-ngusap kepala Chaeyoung.

"Jika kami cepat-cepat kembali ke Australia, kami tidak akan bisa menghadiri acara pesta senior—UMPPHHH." Mulut Chaeyoung langsung dibekap oleh Jinseok, membuat Chaeyoung melotot protes sebelum menyadari dirinya hampir saja membuat masalah besar.

"Pesta siapa?"

"Pesta...senior di tempat les pianoku! Eum... dia teman pertamaku di Korea jadi aku ingin merayakan ulang tahunnya untuk terakhir kalinya..." jelas Chaeyoung yang nadanya penuh keraguan, namun Baekhyun hanya tersenyum mengangguk. Tidak terlalu memikirkan kejanggalan antara Jinseok dan Chaeyoung yang sedari tadi melirik penuh makna.

XXX

an

haloo semua apa kalian rindu xixi

udh lama sih beritanya tp hm soal kris ya hm sebagai bias pertamaku di exo bahkan sebelum pcy hm hm mungkin setelah ini aku gabakal pake cast dia lagi tapi buat ceritaku yang udh terlanjur ada ya mau gmn hehe *nangis kejer

spoiler: chap selanjutnya adalah ending *yeay*

dan untuk sekuel tkwlpm yg dibuat au twitter aku masih maju mundur. menurut kalian gmn? mending di au twitter apa di ffn aja? (psst psst sekuel 80% daily life uwu pcrn mereka karena di cerita ini adegan mereka pacaran seucrit bgt hampir gak ada wkwk)

maaf kalo ada typo karena ga kukoreksi lg ya

udh dlu bacotnya, janlup rnr

see you di chap ending, bye bye!

Adios! Chanpawpaw.