Naruto by Masashi Kishimoto.

5toubun Hanayome by Haruba Negi.

Warning: OOC, AU, Typo, dan lainnya.

Pair: Naruto x Nino.

...

..

.

Enjoy it!

"Hah?! Kenapa kau ada disini?!"Nino menatap sosok pemuda berambut pirang yang saat ini tengah memakai pakaian koki miliknya. Nino membenci pemuda itu, namun pemuda itu tak membencinya, dia malah tersenyum menatap Nino yang berdiri di depannya. "Kau mengikutiku?!"

"Tidak, aku sedari dulu memang bekerja disini. Ada apa?"

"Manager! Kenapa kau memperkerjakan dia disini?!"

Manager Restoran yang bernama Uchiha Itachi itu menatap Nino sejenak. "Dia butuh pekerjaan, jadi aku memperkerjakan dia disini, sebagai koki. Lagipula dia juga baru saja mulai bekerja beberapa hari lalu."

Nino mengerutkan keningnya. "Ternyata kau juga butuh uang ya? Kukira kau hanya butuh buku saja untuk belajar." Naruto tertawa kikuk mendengar perkataan Nino barusan. "Hmph! Walaupun kau lebih dulu, jangan harap aku menghormatimu!" Gadis itu pergi meninggalkan Naruto yang memasang senyuman kaku.

"Lebih baik aku kembali bekerja, Kak Itachi." Itachi mengangguk kecil, membiarkan Naruto pergi ke post-nya. Pemuda pirang itu kembali pada posisinya sebagai tukang masak, dia menerima beberapa pesanan dari waiters yang datang ke dalam dapur. Beberapa kali juga dia memberikan makanan yang sudah selesai di olah pada kepala koki.

Namun dia tak sadar jika dirinya sedang di awasi oleh Nino Nakano, hubungannya dengan Nino sendiri bisa dibilang tak akrab, karena Nino sendiri entah kenapa membenci Naruto setelah pertama kali mereka bertemu di tempat kuliah. Perlu diketahui, Nino dan Naruto sama-sama bersekolah di sekolah tata boga. Naruto sendiri ingin membuka sebuah restoran sendiri sedari kecil, dan Nino juga sama seperti Naruto.

Keduanya mempunyai mimpi yang sama, namun Nino lebih ambisius untuk belajar memasak. Dia ingin menjadi koki terkenal di dunia, impian itu terus di asah oleh Nino hingga dia bekerja di tempat yang sama dengan Naruto.

"Aku tak akan kalah oleh dia! Lihat saja!" Batin Nino, dia mulai memasak beberapa makanan pesanan dari kepala koki. Kecepatannya dalam memasak sendiri lebih dari cukup untuk menghidangkan dua atau tiga masakan yang tingkat kesulitannya berada di tingkat sedang. Tak terbesit dipikiran Nino untuk menyapa ataupun mengobrol dengan Naruto.

Dia menganggap pemuda pirang itu adalah rival, bukan teman ataupun pacarnya.

Pacar...

Wajah Nino langsung merona merah layaknya buah tomat. Dia menggelengkan kepalanya cepat untuk menghilangkan berbagai pemikiran tentang si pirang itu.

Beberapa jam berlalu, waktu istirahat bagi Nino telah dimulai. Dia menikmati bento yang telah dibuatnya dari rumah, Nino melihat beberapa rekan kerjanya yang lain juga ikut makan siang. Kedua matanya terus menatap rekan kerjanya, sembari dia menyantap makanannya.

"Oh, Nakano-san."

Mood Nino makan siang hilang ketika dia mendengar sebuah suara familiar bagi dirinya, gadis itu menoleh ke sebelah dan melihat sosok Naruto yang selesai memasak makan siangnya. "Mau apa kau?!"

"Makan siang bersama."

"Tapi aku tak Sudi makan siang denganmu."

Balasan tersebut membuat Naruto tertawa kaku, dia pun meletakkan piring makanannya di atas meja dan makan bersama Nino. "Sudahlah, makan saja dulu."

"Hmph!"

Beberapa saat kemudian, Nino membersihkan peralatan makannya. "Tunggu Nakano-san!"

"Ada apa Kuning?!"

Naruto dengan sigap mengambil sebutir nasi yang menempel pada pipi Nino, lalu memakan nasi tersebut. "Nah sudah hilang. Eh, Nakano-san?" Naruto melihat wajah Nino yang merona hebat setelah dia mengambil nasi yang berada di pipi gadis itu.

Dengan segera, Nino pergi meninggalkan Naruto yang kebingungan akan kelakuannya. "Ba-baka a-apa yang dia lakukan?!" Gumam gadis itu. Dia benar-benar dibuat malu oleh Naruto saat itu, untung saja tak ada yang melihatnya, jika ada yang melihat, reputasinya akan hancur.

Sementara itu, Naruto yang tak tahu apapun mulai membersihkan peralatan makannya, dia pergi meninggalkan meja tersebut dengan perasaan bingung. Sikap Nino berubah sedikit, dia bakalan melontarkan perkataan kasar padanya jika Naruto menyentuh sedikit saja gadis itu, terkadang Nino juga akan memukulnya.

Tapi ini... Sangat berbeda.

Dia pun kembali bekerja setelah makan siang.

-o0o-

Jam pulang, Nino keluar dari restoran terlebih dahulu, dia merapihkan jaketnya yang agak longgar itu kemudian berjalan menjauh dari tempat tersebut. Gadsi itu ingin segera pulang serta mempelajari beberapa masakan lainnya untuk keperluan besok.

"Hei nona, bagaimana jika kita bermain sebentar?"

Nino mengerutkan dahinya mendengar ajakan dari beberapa lelaki. "Maaf, tapi aku ada urusan."

Si lelaki masih tersenyum. "Ayolah, kita akan bermain bersama, dan kami akan membuatmu senang."

"Betul itu nona, kau akan mendapatkan kesenangan nantinya."

"Ya kesenangan setelah kalian perkosa seorang wanita yang baru saja pulang dari tempat kerja, pergi kalian dasar sampah!" Nino memberikan hawa intimidasi yang membuat mereka agak ketakutan. "Pergilah sebelum aku berteriak dan memanggil polisi!"

Lelaki berwajah preman itu langsung memberikan kode untuk membekap mulut Nino, namun sebelum mereka akan melakukannya, ada seseorang yang menepuk bahu lelaki itu. "Gadis ini bersamaku, kenapa kalian mengganggunya?"

Kedua lelaki itu terdiam sejenak, mereka berdua melihat sosok pemuda tinggi dengan rambut pirang serta wajah yang tegas. Tatapan dari pemuda itu membuat mereka tak melakukan hal yang lebih dari itu.

"Pergilah!" Keduanya langsung pergi meninggalkan Nino bersama pemuda pirang itu. "Kau tak apa Nakano-san?"

"Hmph! Jikalau kau tak datang juga tak apa, aku bisa sendiri menghadapi mereka."

"Tapi mereka berdua, kau hanya sendiri. Aku khawatir jika kau diperkosa."

Pipi Nino memanas mendengar nada khawatir dari pemuda pirang itu. "h-hmph! Ta-"

"Ku antar pulang ya?"

"Haahh?!"

"Ya, aku akan mengantarmu pulang, lagipula apartemen kita juga dekat kan?"

Nino baru ingat, apartemen mereka benar-benar dekat. "Ha-hanya kali ini saja!"

Keduanya pun berjalan bersama menuju apartemen yang mereka tuju, Naruto sesekali melirik Nino yang menundukkan kepalanya dengan wajah cantiknya yang sudah merona.

"Kau sakit Nakano-san?"

"Tidak, aku hanya kedinginan."

Perkataan tersebut membuat Naruto menghela napas. "Nakano-san..."

"Ada apa?"

Nada ketus itu membuat Naruto kembali menghela napas. "Aku menyukaimu."

Nino berhenti sejenak, dia menatap Naruto tak percaya, perlahan rona merah menyelimuti kedua pipi putihnya. "A-apa yang kau katakan?"

"Aku menyukaimu Nakano Nino!"

"Haahh?! Ka-kau menyukaiku!?" Naruto mengangguk kecil, dia menggaruk pipinya yang merona karena malu. "Ka-kau... Me-menyukaiku? Sejak kapan?"

"Entahlah, mungkin sejak pertama kali melihatmu."

Nino berusaha untuk tak merosot kebawah, kedua kakinya seolah tak kuat menyanggah tubuhnya akibat pernyataan cinta Naruto padanya. Ini benar-benar mendadak, tapi jujur saja. Di dalam lubuk hatinya ada perasaan terhadap Naruto. Nino langsung berlari menjauh dari Naruto, dia masuk ke dalam apartemennya tanpa mengatakan sepatah katapun.

Naruto sendiri hanya menghela napas saat melihat Nino pergi setelah dia menyatakan perasaannya. Pemuda itu tahu jika Nino belum siap untuk menjadi pasangannya.

Dia pun hanya pasrah dan masuk ke dalam apartemennya, dia segera melepas semua atribut yang dipakainya lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur. "Nino..."

Di lain pihak, Nino menutup wajahnya menggunakan Bantal tidurnya. Bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman manis, entah kenapa perasaannya sangat senang setelah Naruto menyatakan perasaannya. Tapi dia sendiri belum menjawab pernyataan Naruto, apakah dia akan menjawabnya sekarang atau?

"Aku harus mengatakannya, aku harus jujur pada diriku!" Nino segera beranjak dari tempat tidurnya, dia bergegas keluar dari apartemennya dan berjalan ke apartemen Naruto yang tak jauh dari tempat tinggalnya.

Nino mengetuk pintu apartemen tersebut, dan menunggu Naruto untuk membukanya.

"Ya ada apa...? Nakano-san?" Nino langsung mencium bibir Naruto sambil memeluk leher pemuda itu, Naruto yang tak siap dengan itu langsung menyanggah sebuah gagang yang berada dibelakang tubuh Nino karena tubuhnya terdorong kedepan, tangannya yang lain memeluk pinggul Nino agar dia tak menabrak gagang besi tersebut.

Nino menarik dirinya, dia juga melepas pelukannya dan tak masalah jika Naruto memeluk pinggulnya. Nino menyanggah kedua tangannya pada dada bidang Naruto.

"Kau sudah tahu jawabannya?"

Naruto masih terkejut dengan tindakan Nino barusan. "Aku..."

"Jawabanku iya, baka!"

Nino kembali mencium Naruto dengan mesra, dan kali ini Naruto membalas ciuman tersebut.

...

..

.

End!