AAAAh... satu lagi ahhh...

angst singkat untuk mengenang Nami..

Italic: dialog Nami.


Aku Di Sini

"Nami…"

gadis itu menatap pria yang duduk bersandar di depan pepohonan jeruk di atas dek kapal. Rasanya sudah cukup lama dia hanya duduk diam menatap pria di hadapannya walaupun dari tadi pria itu terus-terusan menyebut namanya dengan lirih dalam nada putus asa.

"aku belum lama mengenalmu..tetapi waktu yang kita lalui bersama bukan waktu yang singkat dan perjalanan yang kita jalani bersama juga bukan perjalanan singkat…. Satu-satunya yang pernah kulihat bercucuran di wajahmu hanyalah keringat saat kau sedang berlatih dan darah saat kau bertarung, aku belum pernah melihatmu seperti ini sebelumnya…

Kau menangis? Apa kau sungguhan sedang menangis? Apa ini bukan matamu sedang kemasukan debu?"

Apakah wajar baginya kalau merasakan pedih di hatinya kalau dia sudah tidak lagi memiliki hati untuk merasakan sakit? Tetapi entah mengapa dia merasakan sakit entah di tubuhnya di bagian mana, mendengarnya menyebut namanya dengan nada seperti itu sungguh membuatnya merasa sangat sakit.

Perlahan gadis itu mendekatinya, dia mengulurkan tangannya menangkap wajah pria di hadapannya, melingkarkan tangannya di kepalanya dan memeluknya. Dia mencoba mengecup kepalanya tetapi yang dirasakannya hanyalah memeluk udara kosong. Walau begitu, dia terus melingkarkan tangannya memeluknya.

"Berhentilah menangis.. Tolonglah.. berhentilah menangis di hadapanku... berhentilah menyebut namaku seperti itu...aku ada di sini... aku tidak ke mana-mana... aku hanya tidak bisa menyentuhmu... kumohon jangan lagi menangis untukku Zoro..."

Perlahan Zoro merasakan angin bertiup lemah menggelitik hidungnya dengan wangi jeruk yang dirindukannya. Dia mengusap wajahnya dengan punggung tangannya dan berdiri dengan sisa semangatnya.

"Tuan Pendekar..."

wanita berambut hitam dengan wajah yang sama muramnya dengan Zoro muncul di tangga, dia berdiri di tengah tangga menatap Zoro yang sedang menatap pepohonan jeruk dan berdiri membelakanginya. Dia tidak menunggunya berbalik menatapnya dan meneruskan..

"..mereka sudah menunggu, kita harus segera membawa tubuh Nona Navigator turun... Nojiko-san dan yang lain sudah menyiapkan upacara pemakaman.."

"Hmm.." Zoro hanya menjawabnya singkat seakan enggan meninggalkan kapal.

Robin menatap Zoro sebentar di tangga. Dia tetap menunjukkan pose gagahnya walaupun menghindari menatap wajah Robin. Zoro yang sepertinya selalu cuek itu, baru kali ini dilihatnya begitu terasa rapuh.

Seisi kapal yang selalu penuh dengan suara gelak tawa dan pertengkaran, tiba-tiba saja menjadi sunyi. Kesunyian yang berbeda dengan kesunyian saat kapal ditinggalkan, tetapi kesunyian yang menyakitkan. Kesunyian yang sama seperti seseorang sudah merenggut keinginan setiap orang di atas kapal itu untuk hidup.

TAMAT


Ahhh...

jangan lupa... klo kebawa sedih... janganlah menyalahkan diriku dengan berkata-kata sajah... tetapi tulislah dalam bentuk ripiw-an... Sankyuuu...:D