Diriku datang kembali #di rebus# maaf ya... aku ngupdatenya lama *di bantai* oh ya, chapter ini spesial buat Himitsu suke Ipi-chan a.k.a Ipi Namikaze Uchiha a.k.a Uzumaki Uzumaki yang tanggal 20 maret kemarin habis Ultah. Happy birthday ya Pi... gomen kalau kadonya jelek, mana telat lagi, salahin FFn yang dari tanggal 20 error tuh *melempar kesalahan* *di rajam*. Love you Ipi... ^_^
Chapter ini juga buat semua yang udah nungguin kelanjutan fic ini. Arigato ya... langsung aja...
Balasan review buat anonim:
Roosu: arigato dah review T_T. Ahahah, soal SasuNaru jadi akrab itu... aku di sini masukkinnya Sasuke sama Naruto itu orangnya dewasa banget, jadi mereka dah jarang saling ganggu lagi, yapi tetap kuselipin adegan jahil-jahilannya kok XD. Oh ya, setau aku sih, Dobe itu artinya 'bodoh', kalau teme, artinya 'brengsek', tapi ada juga yang bilang artinya 'kamu' sekali lagi, thanks ya reviewnya...
Yuki no yume: T_T arigato reviewnya... hiks... arigato juga pujiannya, aku bener-bener terharu T_T sekali lagi, arigato T_T
Desclaimer: Masashi Kishimoto
Pair: SasuNaru
Rate: T
Warning : Alur kacau, Yaoi, Typos, panjang, OOC tingkat tinggi, pendeskripsian kurang, dan lain-lain yang bisa merusak mata.
#*#~~(^_^)~~#*#
"Bagaimana keadaan di sana?" tanya seorang remaja berambut pirang pada temannya yang berambut di kuncir satu yang memasang tampang malas.
"Berita baiknya, keadaan terkendali, belum ada yang mengetahui tempat kita karena terhalang semak tinggi. Tapi berita buruknya, ada banyak sekali ANBU yang berjaga, sepertinya akan sulit menorobos masuk."
"Ada berapa banyak pasukan ANBU?"
"Entahlah, mungkin 200 atau 300 atau mungkin 700, bisa juga lebih."
"Apa! Kenapa bisa sebanyak itu?" remaja pirang itu meremas ujung jubahnya gugup.
"Oi… Oi… Naruto, tentu saja banyak, semua pemimpin desa akan hadir, pastilah keamanan di tingkatkan, belum lagi para kage itu juga pasti membawa pasukannya dari desa masing-masing kan? Yang kuhitung tadi itu baru pasukan Konoha saja." remaja berkuncir tadi berujar santai, sementara remaja berambut pirang yang di panggilnya Naruto terlihat frustasi.
"Sial! Tidak ku sangka akan sebanyak itu!"
"Tenanglah! Shikamaru, bisa kau urus?" kata seorang pemuda berambut raven yang baru datang dari balik semak pada si rambut kuncir yang dikenalnya bernama Shikamaru.
"Kau mau menyuruhku apa, Sasuke?"
"Urus ANBU-nya. Sekarang." ucapnya penuh penekanan. "Beritahu juga yang lain tentang hal ini." Sasuke memberikan pandangan yang tak menginginkan penolakkan. Shikamaru hanya mendengus kesal.
"Ck, ya sudahlah. Dasar, tidak bisakah aku bersantai? Hal ini sungguh membuang waktuku."
Dengan itu, Shikamaru beranjak pergi meninggalkan Sasuke dan Naruto menuju tempat persembunyian warga Konoha yang terlindungi semak setinggi kepala orang dewasa yang sangat rimbun sehingga menutupi tempat persembuan kelompok mereka.
Naruto dan pasukan yang berangkat dari rumahnya pagi tadi baru saja sampai di tempat persembunyian warga yang sebelumnya sudah di tempati oleh orang-orang yang berada di pihak mereka yang telah berjaga sejak semalam, namun langsung dikejutkan dengan berita tidak mengenakkan tentang banyaknya pasukkan ANBU yang mengamankan tempat di mana seharusnya si pemuda pirang melakukan tugasnya
"Ck, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Naruto menunduk lesu. Dia tahu ANBU adalah orang-orang terlatih yang dipilih untuk menjaga keamanan para tetinggi desa, dan dia juga tahu bahwa level kekuatan miliknya saat ini berada sangat jauh di bawah ANBU, belum lagi mereka kalah jumlah banyak.
"Kau ini pemimpin, Dobe! Jangan bersikap seperti itu!" Sasuke akhirnya membentak Naruto.
"Tapi teme, aku bingung!" Naruto balas menaikkan suaranya. Merasa tidak akan ada gunanya berdebat dengan membalas perkataan Naruto, Sasuke hanya menghela napas. Jujur saja, dia juga tidak tahu apa yang harus diperbuatnya.
"…" Sasuke menatap Naruto.
"…" Naruto juga menatap Sasuke.
"Sudahlah, tidak ada gunanya kita di sini. Kita ikuti Shikamaru dan lihat apa rencananya." Sasuke menarik tangan Naruto melewati rimbunan semak yang berusaha mengalangi langkah mereka hingga mereka berdua sampai pada sekelompok orang yang jumlahnya sekitar seratus orang lebih yang kini tengah bergerombol mendengarkan seorang remaja berkuncir seperti nanas berbicara.
"Kalian semua sudah mengerti situasinya, jumlah ANBU ada banyak sekali, kita tidak bisa sembarangan menyusup masuk ke sana kalau tidak mau mati konyol, kita harus mengatur ulang rencana." Shikamaru berbicara dengan nada malas-malasan, tapi suaranya yang tegas membuat suaranya tetap di dengar oleh semua orang.
"Ada yang punya ide? Kalau ada langsung utarakan, jangan membuang waktuku begini." lanjut Shikamaru lagi.
Setelah mendengarkan perkataan Shikamaru, orang-orang mulai berbisik-bisik satu sama lain, mengira-ngira berapa persen kemungkinan keberhasilan mereka menerobos ke dalam gedung yang penuh penjagaan tanpa mengorbankan nyawa, juga hal-hal lain yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan strategi yang seharusnya mereka bicarakan sekarang.
Sasuke yang geram dengan keadaan warganya langsung menarik kembali Naruto menuju Shikamaru dengan langkah lebar, membuat jubahnya berkibar.
"Tenang semua!" suara bising tiba-tiba jadi hening saat Sasuke mengeluarkan suaranya.
"Kalian ini kenapa! Kenapa malah patah semangat seperti itu! Kita di sini untuk berperang, bukan untuk kabur di depan kemenangan kita!" Sasuke bersuara lantang, keadaan hutan yang sepi membuat gema yang memantulkan kembali suaranya hingga dapat terdengar beberapa kali oleh semua yang ada di tempat itu, seakan hutan juga mengucapkan hal yang sama seperti yang Sasuke ucapkan.
"Ada apa sekarang? Apa yang kalian rasakan setelah mendengar masalah ANBU ini? Apa kalian takut? Takut apa? Takut mati kah?"
"Semua orang takut mati! Kau tahu sendiri kita kalah jumlah! Dengan ANBU Konoha saja sudah ada satu banding tujuh! Bagaimana dengan ANBU desa lain? Tentu mereka akan ikut menyerang kita! Tidakkah kau pikir kalau seperti ini caranya sama saja kau mengirim sepotong daging ke kawanan singa! Kau mau membunuh kami semua!"
Tangan Sasuke mengepal kuat mendengar satu suara yang seolah menghantamnya telak dari arah belakang rombongan. Satu suara, dari seorang berpakaian hitam dan berkacamata hitam pula. Sasuke mengenalnya bernama Ebisu, orang yang cukup penting bagi kelompoknya karena dia termasuk seorang provokator yang baik. Tidak diragukan dengan mulai banyak lagi yang berbisik-bisik satu sama lain, mendiskusikan perkataan Ebisu dan menebak-nebak, kira-kira apa yang akan dikatakan Sasuke.
Ebisu menyeringai tipis karena merasa menang berargumen dari Sasuke, sementara Itachi yang sejak tadi berada di dekat Ebisu menatapnya tajam lalu mengalihkan pandangan ke arah adiknya. 'apa yang akan kau lakukan sekarang?' ucapnya dalam hati.
"Apa…" suara Sasuke bergetar menahan emosi. Sasuke menatap orang-orang di depannya, sekalipun tidak ada yang menatapnya karena semua sibuk menunduk memandang tanah atau rumput. "Apa kalian…"
"Apa kalian mau jadi pengecut dengan lari dari perang? Kalian lupa betapa semangatnya kalian saat kami mencetuskan ide untuk melawan Danzou?" semua mengangkat kepala mendengar kalimat itu. Bukan kaliamat dari Sasuke, melainkan Sakura yang sejak tadi hanya diam saja dibelakang rombongan warga. Tangannya juga mengepal dan matanya memerah dan berkaca-kaca.
"Kenapa malah menyalahkan Sasuke dan Naruto? Kalian yang orang dewasa seharusnya melindungi kami, para remaja dan anak-anak! Bukannya mau lari dan memasang kami digaris depan untuk melindungi kalian! Apa kalian tidak malu pada diri kalian?" Neji akhirnya ikut bersuara membantu teman-temannya.
"Ka-kasihan Naruto-kun juga… Sasuke-kun. Beban mereka sudah berat dengan memikirkan kita semua. Tolong… jangan bersikap seperti ini pada mereka berdua… kita… sudah terlalu banyak… merepotkan mereka." satu suara pembelaan lagi datang dari Hinata yang sedang memegang lengan Neji. Badannya bergetar, dia sudah memaksakan dirinya hanya untuk berbicara di depan semuanya.
Kiba berjalan ke arah Sasuke, Naruto dan Shikamaru yang berdiri mengahadap warga dan berdiri di belakangnya. Sasuke dan Shikamaru menatapnya bingung. "Setidaknya, ini yang bisa kulakukan untuk membalas kebaikan Naruto selama ini." Katanya sambil tersenyum
Tanpa kata, Sakura dan Ino ikut berdiri di samping Kiba, diikuti Neji dan Ten-ten yang menggandeng Hinata, serta Lee yang dengan semangatnya meninggalkan Guy-sensei yang berusaha menahannya agar tetap ditempat. Chouji dan Shino pun berjalan dengan santai mengikuti jejak teman-temannya yang lain bersama Konohamaru dan Hanabi.
Sasuke tersenyum tipis melihat teman-temannya tetap mendukungnya. Dia menoleh pada Naruto yang berada tepat disampingnya.
"Kalau ada yang mau kau katakan, sebaiknya katakan sekarang, buat mereka yakin kalau kita bisa menang." bisiknya lalu Sasuke mendorong Naruto pelan agar dia maju ke depan kerumunan warga. Naruto menundukkan kepalanya tidak berani menatap orang-orang di depannya. Kepercayaan dirinya lenyap bersama dengan rasa optimisnya.
'Aku tidak boleh seperti ini! Mereka di sini karena aku! Tapi bagaimana?'
"Naruto…" dengan suara panggilannya Sasuke berharap Naruto mengangkat wajahnya dan menghadapi warga yang membutuhkan semangat darinya. Percuma saja mereka semua bersemangat kalau Naruto yang menjadi kunci keberhasilan mereka tidak mengatakan apapun seperti ini.
"Naruto…" Kiba ikut memanggil, tapi tetap tidak ada jawaban. Sasuke tidak percaya, Naruto bahkan tidak melirik pada warga desa.
'Bagaimana kalau kami kalah? Apa aku harus pulang dan menanti rapat 5 tahun lagi dan berharap saat itu akan sedikit ANBU? Tapi siapa yang akan menjamin semua warga bisa bertahan sampai 5 tahun lagi? Apa benar ANBU lima tahun lagi akan berkurang jumlahnya?'
"Naruto, apa kau juga menyerah?" suara tenang Iruka terasa seperti besi panas yang menusuk pendengaran orang-orang yang masih ingin berjuang.
"Hei…" Sasuke memegang pundak Naruto, tapi Naruto tetap asik dengan pikirannya sendiri, tidak mempredulikan Sasuke dan sekitarnya.
'Keputusan ada padaku. Apa yang harus kulakukan? Aku tidak mau menyerah tapi aku tahu kalau aku akan kalah karena jumlah pasukan. Aku masih belum mau mati di sini, kalau aku sembarangan, mereka semua juga bisa mati. Benar kata Ebisu, aku… bisa membunuh mereka semua.'
"Naruto!" Sakura yang sejak tadi berdiri di belakang Sasuke hilang kesabaran dan membentak Naruto
'Aku… aku…'
'Naruto, apa yang kau tahu tentang Hokage?'
'Eh?' Naruto tiba-tiba saja mengingat perkataan ayah Sasuke yang ditujukan padanya bertahun-tahun lalu.
'Uum… bagiku, hokage dalah impianku.' dia juga mengingat jawabannya sendiri
'…bila aku menjadi hokage, aku akan melakukan apapun yang terbaik yang bisa kulakukan agar semua orang tetap bisa tersenyum seperti saat ini…'
'Kau akan jadi hokage yang hebat suatu saat nanti…'
Naruto tetap tertunduk, poni panjangnya menutupi sebagian wajahnya sehingga tidak tampak ekspresi apapun, tapi… segaris senyum terukir tipis di wajah itu.
'Aku… aku tidak boleh menyerah di sini…'
"Aku tidak percaya…" Sasuke menurunkan tangannya dari bahu Naruto
Tep
"Baka Teme" Sasuke tersentak saat Naruto memegang tangannya
Naruto tersenyum lebar dan mengangkat wajahnya, senyum percaya diri terlukis di sana.
"Aku tidak akan menyerah, jumah tidak berpengaruh, asal kita punya kemauan untuk menang kita pasti akan menang kan?" Sasuke menunjukkan seringainya.
"Jangan katakan itu padaku, katakan pada mereka." Sasuke menggunakan dagunya untuk menunjuk orang-orang yang sejak tadi memperhatikan mereka dan hanya di jawab dengan anggukan dari Naruto.
Naruto melepaskkan tangan Sasuke dan maju satu langkah lalu duduk bersila di atas tanah berdebu.
"Aku tidak akan banyak bicara, aku cuma mau tanya, apa kalian ragu kalau kita akan menang?" Semuanya tetap berdiri sambil menatap intens Naruto yang sekarang sudah meraih sebuah ranting kecil di sebelahnya dan menggambar sebuah lingkaran berrukuran sedang di tanah dengan ranting itu.
"Aku tahu apa yang kalian pikirkan." gerakkan tangan Naruto yang sedari tadi sibuk menggambar terhenti "Aku mengerti, aku juga berpikir kita akan kalah karena kekuatan kita tidak ada apa-apanya dengan para ANBU terlatih." Naruto mengeratkan pegangannya pada ranting rapuh yang berada dalam genggamannya
"Tapi aku sadar, aku sudah sampai di sini, aku tidak boleh menyerah begitu saja hanya karena jumlah, dan aku juga yakin kalian berpikiran yang sama denganku. Kalau kita yakin, aku percaya kita akan menang." Naruto melanjutkan menggambar, kini dia menggambar sebuah lingkaran kecil tak jauh dari lingkaran sebelumnya, dibatasi dengan garis berombak yang mengelilingi lingkaran kecil itu.
"Yang ragu kalau kita akan menang boleh pulang dan yang tetap di sini, kita akan memikirkan bersama cara menembus pertahanan di dalam. Waktu kita sedikit, sebaiknya cepat putuskan. Aku tidak akan memaksa kalian, ini juga menyangkut nyawa kalian semua, jadi pilihan ada pada diri kalian sendiri." masih belum ada suara.
"Tapi, satu hal yang perlu kalian tahu, maju dan kalah pun sama saja hasilnya dengan mundur dan bertahan. Daripada mundur dan mati pelan-pelan, lebih baik maju dan menghadapi semua, dengan kemungkinan sekecil apapun, kalau bersama-sama, pasti bisa."
Hening sebentar, namun sedikit demi sedikit, orang-orang yang mendengar perkataan Naruto duduk bersila di tanah, mengelilinginya dan sebagian lagi tetap berdiri dengan agak merapat satu sama lain dan sedikit berjinjit untuk melihat apa yang digambar Naruto.
"Jadi…" Sasuke kembali membuka suara.
"A… apa tidak ada… Tidak ada yang mundur?" Hinata bertanya malu-malu, masih ragu tidak ada satupun suara yang menyatakan pengunduran diri mampir ke gendang telinganya.
"Hh… sudah sampai sini kan? Sayang kalau pulang begitu saja." Shikaku yang merupakan pemimpin kelompok orang dewasa mengedarkan pandangannya ke arah orang-orang di belakangnya yang rata-rata berumur tigapuluhan ke atas, menunggu taggapan lain datang dari teman-temannya.
"Sekalipun mati di medan perang karena kalah jumlah, itu masih lebih baik dari pada mati di rumah karena kelaparan atau kehausan. Setidaknya mati seperti itu lebih terhormat." Perkataan Anko barusan membuat seringai terkembang di bibir semua orang.
"Keputusannya, kita akan tetap maju walau apapun yang terjadi kan?" teriakkan 'YA' menyambut suara Naruto. Naruto kembali menunduk menghadap gambar lingkaran dan garis-garis di tanah yang dibuatnya beberapa saat lalu.
"Langsung saja, kita butuh strategi yang lebih bagus dari sebelumnya agar bisa masuk ke gedung rapat." Naruto menggambar lagi beberapa lingkaran kecil yang membentuk benteng di sekeliling lingkaran besar dengan pola melingkari lingkaran besar itu.
"Kalau misalnya ini adalah gedung pertemuan." Naruto menunjuk lingkaran paling besar. "Ini kelompok kita." Naruto mengarahkan kayu di genggamannya ke lingkaran kecil yang hanya terpisahkan dengan garis gelombang dari lingkaran utama. "Lalu lingkaran di sekeliling gedung adalah pasukan ANBU" Naruto menunjuk lingkaran lainnya.
"Kira-ki-"
"Baka!"
BLETAK
Perkataan Naruto dipotong umpatan kesal Shikamaru dan jitakan sekuat tenaga dari Sasuke.
"Ittaiiii!" Naruto melepas ranting dan mengelus-elus kepalanya. "Kalian ini kenapa sih!" bentaknya pada kedua orang yang sudah menginterupsinya tadi yang sekarang sudah merapat ke arahnya agar lebih dekat dengan gambar.
"Kau sama sekali tidak berbakat dalam hal mengatur strategi, Dobe. Sebaiknya serahkan pada kami, duduk saja di sana." Sasuke berujar santai sambil menunjuk-nunjuk sembarang arah dengan ranting Naruto yang kini sudah berada di tangannya, tidak memperdulikan wajah Naruto yang sudah memerah menahan kekesalan.
"Tapikan ak-"
"Hhhh… mana ada susunan ANBU seperti ini? Para ANBU tidak mungkin mengatur barisan mengelilingi gedung. Kesimpulan bodoh dari mana itu?" Shikamaru menyapukan tangannya di atas gambar lingkaran yang sebelumnya di jadikan simbol ANBU oleh Naruto, lalu dengan telunjuknya, dia menambahkan dua garis silang yang melintang di garis lingkaran besar buatan Naruto dengan posisi berhadapan dan seperti membagi lingkaran itu menjadu dua.
"Lihat, Dobe?" Naruto menatap tajam Sasuke yang sedang menyeringai ke arahnya.
Naruto diam saja gambarnya di utak-atik oleh Shikamaru, dia mengakui kalau dia memang tidak terlalu bisa bermain strategi seperti Shikamaru, Sasuke dan remaja yang masuk kelompok jenius lainnya karenanya dia duduk manis dan memperhatikan dari belakang saja.
"Menurut pengamatanku selama ini, para ANBU itu akan menjaga jalur keluar masuk suatu tempat untuk memastikan tidak ada yang akan menyusup dan mengancam keamanan petingginya, dan sebagian besar akan berada di samping orang yang ingin dilindunginya." Sasuke menggambar satu lingkaran yang lebih kecil di dalam lingkaran buatan Naruto dengan ranting yang dirampasnya tadi.
"Kita harus melewati dua pintu untuk masuk ke dalam tempat pertemuan." Shikamaru mengamati gambar Sasuke. "Dan, pintu masuk dan keluar kedua ada di sini." Dua garis silang lagi ditambahkan.
"Jadi, kalau sesuai denah gedung pertemuan, para kage akan berada di sini." Sasuke menggambar dua oval panjang di tepi bagian dalam lingkaran dengan posisi kedua oval itu saling berhadapan dan memberi satu titik kecil di masing-masing ujung gambar oval. Dia juga menambahkan satu oval panjang di depan tanda silang milik Shikamaru dan memberinya titik kecil dtepat di tengah oval itu.
"Dan, untuk posisi para ANBU, mereka akan ada di sini…" satu gambar berbentuk elips di tambahkan di depan tanda silang yang sudah disepakati bersama sebagai pintu masuk. "Di sini…" satu lagi di depan tanda silang lain yang berperan sebagai pintu keluar. "Dan sisanya… di sini…" lingkaran kecil ditambahkan lagi oleh Sasuke di beberapa titik di dalam lingkaran inti hingga terbentuk titik yang bila dihubungkan dengan garis akan membentuk segi 4 dalam lingkaran tersebut
"Lalu… di sini…" beberapa elips panjang dari Sasuke mengerumuni garis elips dengan titik di dalamnya yang sudah ditandai sebagai symbol kage.
"Terakhir…" Satu lingkaran kecil ditempatkan di tengah-tengah lingkaran yang sudah dipenuhi simbol-simbol. "Podium. Sasaran utama kita."
"Pengamatan yang sempurna, Uchiha…" Shikamaru memperhatikan gambar dengan tampang malasnya yang biasa.
"Bukan hanya kau yang jeli di sini, Nara." Sasuke mengembangkan seringai tipis yang terkesan menantang pada Shikamaru.
"Che… tetap saja kau masih belum bisa mengalahkanku." Shikamaru melebarkan seringaiannya saat melihat mata Sasuke menajam.
"Dan hanya aku yang dianggap bodoh di sini." suara pemuda pirang yang merasa dirinya dilupakan sejak tadi mengalun dengan nada pilu dan sedikit terdengar putus asa.
"…" hening menyambut.
"…" semua memandang ke satu arah, pada pemuda dengan jubah oranye dan jaket hitam serta ikat kepala hitam bersulam oranye di belakang dua pemuda lain yang sebelumnya sudah menunjukkan kehebatan mereka dalam berstrategi.
Kalau diperhatikan, pemuda itu tampak sedang menggambar lingkaran besar dengan dua gambar setengah lingkaran kecil di bagian sampingnya, dua huruf 'T' sedang bersisian di dalamnya, satu garis pendek ke bawah di antara kedua huruf 'T', lalu satu garis melengkung ke bawah yang super panjang di bawah garis pendek tadi, dan dengan ditambahkan garis zig-zag di atas lingkaran tadi yang seperti membentuk rumput, jadilah gambar itu… gambar wajah sedih.
"…" masih hening, lalu…
"GYAHAHA!"
"HIHIHIHI"
"ADUH! PERUTUKU!"
"AHAHAHA!" begitulah, suara tawa terus bersahut-sahutan setelah mereka menyadari siapa yang bicara tadi. Tawa mereka semakin meledak saat melihat gambar Naruto. Naruto melihat pendukungnya dengan tatapan sayu dan bibir sedikit maju, melihat itu, Sasuke mendengus geli.
'Setidaknya hanya kau yang pandai mengembalikan keceriaan orang dan membuat suasana santai, Dobe' pikir Sasuke
"Sudah… sudah… ayo lanjutkan rencana kita." Sakura yang berada tepat disamping Naruto mengibaskan tangannya untuk menyuruh semua orang kembali memperhatikan Sasuke dan Shikamaru.
"Iku~ Naruto… kau juga harus melihat gambar gedungnya kalau tidak mau kesasar nanti, salah-salah kau mendatangi para ANBU, bukan para kage." Naruto semakin cemberut mendengar pembelaan sekaligus candaan Sakura buatnya, tapi dia juga tetap bergeser maju mendekati dua pemuda berinisial S di depannya.
Walau masih melihat beberapa orang kesulitan menahan kikikannya, Naruto berpura-pura tidak dengar.
"Kau sudah dengar tadi kan Naruto? jadi selanjutnya kau masuk lewat sini, lalu…" Naruto terus memperhatikan instruksi Shikamaru yang menggambar rute yang harus dilewatinya dengan anak panah kecil-kecil.
Beberapa saat kemudian…
"Semuanya sudah mengerti tugas masing-masing?" mendapat anggukkan mantap dari semua orang, Shikamaru, pemuda yang berbicara tadi menghela napas lega sekaligus bosan. "Syukurlah, aku tidak perlu mengulangi penjelasan yang akan memakan waktu itu."
"Tidak bisakah kau bertampang serius sebentar? Wajah bosanmu itu ikut membuatku mengantuk." Kata Naruto yang sedari tadi pusing menghafal strategi yang akan mereka jalankan sebentar lagi.
"Dan bisakah kau berhenti mengatur wajahku? Sejak berteman denganmu kau tidak pernah berhenti mengucapkan itu." Balas Shikamaru lagi yang matanya sudah mulai berair karena menahan kantuk.
"Hahhh…" orang-orang hanya menggeleng pasrah melihat tingkah kedua pemuda yang sangat diharapkan desa tadi.
Walau mereka berdua dan teman-teman yang lain menjadi sedikit dari banyak orang yang dijadikan tumpuan harapan desa, mereka tetap saja masih remaja yang membutuhkan waktu untuk saling bercanda satu sama lain, jadi semua hanya memaklumi saja hal-hal seperti ini.
"Semuanya! Ambil senjata kalian dan atur barisan sesuai pembagian yang kita lakukan tadi! Waktu penyerangan sudah tiba!"
"YAAAAA!" Teriakkan keras menyambut suara tegas Sasuke dan tidak perlu menunggu lama sampai beberapa baris orang-orang yang memanggul bambu runcing atau tombak juga kayu berbentuk pemukul baseball berkumpul di hadapannya dan Naruto yang menjadi pemimpin langsung pasukan.
Sesuai strategi, kelompok mereka dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok pertama yang dipimpin Kakashi, adalah kelompok pria dewasa yang bertugas membuka jalan masuk untuk Naruto di gerbang depan dan menangani ANBU di situ. Di sudut sana, Naruto bisa melihat Kakashi menyimpan buku oranye yang selalu di bawanya ke dalam saku dan ganti memegang tombak, tanda dia serius dan siap menyerang.
Kelompok Kedua, kelompok wanita dewasa yang dipimpin Kurenai, bertugas sebagai tim medis untuk kelompok satu. Semua orang tahu kalau Asuma Sarutobi, suami Kurenai meninggal karena terlambatnya pengobatan dan kehabisan darah saat perang pertama mereka dengan ANBU beberapa tahun lalu, karena itu mereka bisa melihat mata merah Kurenai berkilat tajam seiring dengan sumpahnya yang tidak akan membiarkan seorangpun lagi menyusul suaminya ke alam baka.
Kelompok selanjutnya adalah kelompok yang dipimpin Neji, kelompok remaja pria yang semuanya akan mengawal Naruto masuk ke dalam gedung pertemuan. Naruto bisa melihat Neji yang berada tepat di depannya melepas ikatan pada ujung rambutnya dan ganti mengikat tinggi rambutnya menjadi kuncir kuda agar tidak menyulitkannya nanti. Dia juga membuka ikat kepala berwarna coklat tua yang selalu menutupi dahinya, memperlihatkan simbol berwarna hijau pada Naruto dan semua orang yang menatapnya shock.
Tanpa memperdulikan komentar semua orang, Neji menatap mata Naruto
"Tanda ini adalah bukti kesetiaanku pada keluarga Hyuuga dan janjiku pada Hiashi-sama kalau aku akan menjaga Hinata dan Hanabi. Tapi… keluarga Hyuuga menginginkan kemerdekaan, karena itu, aku akan menjagamu yang akan membawa kami semua pada kemerdekaan itu, sampai akhirpun kau akan kujaga."
Mendengar perkataan Neji, Naruto semakin yakin kalau dia akan aman dan mereka akan menang.
Dan akhirnya, kelompok terakhir yang dipimpin Ten-ten, kelompok yang terdiri dari remaja perempuan yang akan menjadi back up medis untuk kelompok empat dan akan ikut masuk ke dalam gedung. Suasana di antara remaja perempuan ini sangat hening. Suara ribut Ino dan teriakkan Sakura yang selalu bertengkarpun tidak terdengar, kelihatan sekali kalau mereka sedang tegang.
Naruto juga merasakan ketegangan yang sama, dia berkali-kali menarik napas dan menghembuskannya. Sasuke pun mengepal tangannya kuat untuk mengurangi kegugupan.
Naruto mamperhatikan keadaan pasukan yang mendukungnya. Senjata mereka semua sangat sederhana. Tidak ada senjata api atau lainnya seperti yang digunakan para ANBU, tapi semangat yang menyala di mata mereka semua seakan menjadi senjata terkuat yang sukses menghapus ketegangan di hati mereka dan Naruto sendiri.
"Kita..." Naruto memberi jeda pada perkataannya sendiri untuk menarik napas dalam dan kembali menghembuskannya. "Maju!" lalu dia berbalik dan membelakangi pasukannya untuk berjalan di depan, memimpin semuanya dengan terlebih dulu menghilang di balik semak tinggi.
"Maju..." Sasuke mulai melangkah maju, menyusul Naruto yang sudah menghilang dibalik semak diikuti semua warga dibelakangnya.
Srek… srak…
Bunyi gesekkan semak tinggi mengiringi jalan Sasuke dan pasukan di belakangnya.
'Setelah lewat semak ini… semua akan dimulai' Neji membatin, mengeratkan pegangannya pada bambu runcing miliknya.
'Semoga semua akan baik-baik saja.' Sakura melirik Ino dan Hinata di sampingnya. 'Semoga semua selamat.'
'Tuhan… lindungi kami' Hinata mengeratkan pegangannya pada lengan Sakura dan Ino.
'Kita pasti menang…' Sasuke melangkah mantap. Tinggal satu sibakan semak lagi untuk bisa sampai di tepi hutan.
Srek… srak… set…
Mereka semua sudah keluar dari tampat persembunyian dan akn berjalan menuju tepi hutan, di depan mereka sudah ada Naruto yang menanti, juga… pasukan ANBU bersenjata lengkap dengan jumlah banyak.
"Naruto!" Sasuke bergegas maju dan segera berdiri di depan Naruto, mencabut dua pedang mungil tapi panjang dari pinggangnya, lalu merentangkan kedua tangan untuk melindungi Naruto sementara semua orang masih memproses apa yang terjadi sekarang. "Kau baik-baik saja, Dobe?"
"Tak apa, Teme." Naruto memegang bahu Sasuke di depannya dengan gemetar.
"Che! Sial!" Neji segera berlari ke samping kanan Naruto dan merentangkan tangan kirinya di depan dada Naruto, ikut melindunginya. Tangan kanannya mengacungkan bambu runcing ke depan.
"Dasar, berlama-lama di sini benar-benar akan membuang waktu." Shikamaru melakukan hal yang sama seperti Neji, berdiri di samping kiri Naruto dan merentangkan tangan kanannya sehingga tangannya dengan Neji menyilang di depan dada Naruto, dengan tangan kiri memegang bambu.
"Ka-kalian kenapa?" Naruto bingung karena dalam sekejap saja sudah ada tiga orang yang berdiri melindunginya di sisi kiri, kanan dan depan. Dan saat dia melangkah mundur untuk keluar dari lindungan ketiga orang tadi…
Bruk
"E-eh?" punggung Naruto menabrak sesuatu, dan saat dia berbalik, Itachi sudah ada di belakangnya, dengan memegang dua buah clurit. Saat Naruto memandangnya, Itachi menunduk dan sedikit tersenyum menenangkan pada Naruto, tapi saat dia menatap ke depan, pada para ANBU, matanya berwarna merah darah, hanya sedikit warna hitam yang tertinggal di bola mata itu. Naruto membelalak kaget melihat mata Itachi.
'Mata itu… mata yang dulu pernah kulihat saat Sasuke marah padaku karena berusaha bunuh diri dengan loncat dari tebing.' Naruto terus menatap Itachi.
'Mata yang menakutkan itu… saat itu Sasuke hampir mati karena tidak mampu mengendalikan kekuatan mata itu… mata yang hanya dimiliki keluarga Uchiha.' Naruto menatap punggung Sasuke. Tangannya yang bergetar takut terangkat untuk meraih bahu Sasuke.
"Sa-sasu… Sa-" Naruto tercekat saat Sasuke menolehkan kepalanya ke samping dan melirik Naruto yang berada di belakangnya. Matanya sudah berwarna merah darah, sama seperti Itachi, hanya tatapan Sasuke sedikit lebih tajam.
"Matamu… kau…" Naruto tidak tahu apa yang harus dikatakannya. Dia sangat takut. Cukup sekali saja dia hampir membunuh Sasuke karena mata itu.
"Tenang saja, kali ini aku tidak akan lepas kendali." Sasuke meyakinkan Naruto dan kembali menatap ke depan saat satu orang bertopeng singa yang Sasuke yakini sebagai pemimpin kelompok ANBU yang menghadang mereka maju ke depan.
"Kau jangan takut." Naruto menoleh pada Shikamaru. Bukan tampang malas yang dilihatnya kali ini. Mata Shikamaru memandang tajam ke depan dengan dahi mengernyit. Seperti sedang menganalisa sesuatu.
"Kau aman, kami akan melindungimu." Naruto melirik pada Neji. Sedikit kaget melihat mata Neji yang tiba-tiba saja menajam dengan otot matanya menonjol.
"Apa maumu? Aku yakin kau bukan datang untuk membunuh Naruto." Shikamaru menegakkan tubuh, melepas posisi siaganya yang tadi, tapi matanya tetap mengawasi. Semuanya menatap Shikamaru meminta penjalasan.
"Kalau ingin membunuhnya, seharusnya sejak tadi, sebelum kami sampai di sini dan melindungi Naruto." Shikamaru melanjutkan.
"Kau benar." Pemimpiin ANBU bertopeng singa itu menjawab Shikamaru. "Aku mengantarkan seseorang yang ingin bertemu pemimpin kelompok kalian."
"Su-suara itu! Jangan-jangan kau…" Ino menutup mulutnya dengan kedua tangan. Matanya membelalak lebar.
"Kurang ajar! Kau menyusup ke kelompok kami untuk memata-matai kami!" badan Sasuke bergetar menahan emosi.
Tidak memperdulikan perkataan Ino dan Sasuke, ANBU itu menoleh ke belakang, dan saat itu pula pasukan dibelakangnya membelah dua, membukakan jalan untuk seorang dengan jubah kage berwarna putih, syal putih di leher dan topi jerami lewat.
Semua membelalak melihat orang yang baru datang itu. Walaupun majahnya tertutup topi, tapi mereka yakin orang itu adalah kage, terlihat jelas dari pakaiannya, pakaian kebesaran kage.
"Kage-sama ingin bertemu denganmu." sang Singa bicara lagi.
"Lama tidak bertemu… Naruto. Rupanya benar, kau… bukan bocah ingusan lagi sekarang." Suara berat yang terkesan pelan milik orang itu sampai di pendengaran Naruto.
"Kau… tidak mungkin." mata Naruto membelalak lebar. Dan, tanpa bisa dicegah oleh semua orang, Naruto melepaskan diri dari keempat orang yang melkindunginya dan berlari ke arah Kage yang berdiri diam.
"Naruto!" Sakura berteriak memanggil. Suara teriakan Sakura menyadarkan Sasuke, Neji, Shikamaru dan Itachi kalau orang yang berusaha mereka lindungi sudah berlari ke depan.
"NARUTO!" mereka berempat serentak memanggil pemuda pirang yang sudah melewati ANBU bertopeng Singa yang tidak melakukan apa-apa, hanya membiarkan Naruto lewat.
'Tidak mungkin… tidak mungkin…' Naruto terus berlari.
Sedikit lagi jarak antara dia dan kage itu berdiri. Dan akhirnya…
TBC
Omake:
Gedung pertemuan para kage…
"Bagaimana? Apa semua berjalan lancar?" seorang yang memakai jubah putih dengan syal panjang yang melilit lehernya serta topi jerami yang membungkus kepalanya berdiri angkuh menghadap jendela yang menampakkan pemandangan tanah berdebu di luar ruangan.
"Tentu, kage-sama… semua berjalan sesuai rencana dan perkiraan kita. Dan perkataan anda yang mengatakan 'mereka' akan berkumpul di hutan juga tidak meleset sama sekali. Saya sendiri yang memastikan mereka ada di sana, karena saya ada dalam kelompok 'mereka' sebelumnya." Seorang pemuda, penghuni lain yang juga satu-satunya diruangan itu yang berpakaian serba hitam selain pria berjubah tadi, berbicara dengan sedikit membungkuk.
"Sudah kubilang, tidak perlu formal kalau kita hanya berdua saja. Berapa jumlah pasukannya."
"Tak lebih dari 200, mungkin 150 orang." pemuda yang tadi berbicara menegakkan tubuhnya dan berbicara kembali tanpa embel-embel 'Kage-sama' lagi di belakangnya.
Seseorang yang berdiri di dekat jendela itu sedikit melirik ke arah pemuda yang sekarang berjalan mendekatinya dan ikut memandang ke luar.
"Kau hebat bisa mengetahui apa yang dipikirkan pemimpin 'mereka' di saat rapat petinggi desa ini, tapi… bukankah 'mereka' akan curiga kalau kau ada di sini?" sang pemuda yang baru meletakkan tangannya di bingkai jendela itu memandang sang Kage, meminta sebuah kelanjutan dari kalimat orang terhormat dan memiliki kedudukan di hadapannya.
"Aku tahu, untuk memberikan info sedetail ini tentang 'mereka' kau menyusup menjadi salah satu dari 'mereka' kan? Seharusnya sekarang kau masih menjalankan peranmu bersama mereka, bukan begitu… 'Lion'?" orang bersyal itu memposisikan dirinya tepat di depan orang yang sejak tadi bersamanya yang dipanggilnya 'Lion', yang berarti singa, kode nama yang dipakai pemuda berseragam hitam itu dalam pasukan ANBU-nya.
"Aku ke sini untuk membawamu menemui 'mereka' sebelum penyerangan dimulai. Memangnya kau tidak ingin bertemu dengan anak yang sudah tidak kau temui sejak lama itu? Setidaknya melepas rindu sebentar tidak apa kan? kau tahu? Sebagai ketua kurasa dia cukup bagus juga." mata milik Lion yang terlihat dari celah kecil membentuk mata dari topeng yang dipakainya menatap mata orang di depannya sebelum orang itu berbalik menuju pintu.
"Kalau begitu kita harus cepat."
"Mereka berhasil mendapatkannya. File tentang perjanjian beberapa tahun lalu, juga berkas laporan otopsi Minato dan Tsunade." Perkataan Lion sukses menghentikan langkah orang yang sudah hampir mencapai pintu. Orang itu berbalik cepat.
"Tenang saja, mereka hanya mendapatkan file dari Konoha, aku mendapatkan file dari tempat lain dan segera mengamankannya." lanjut Lion tenang. Si topi jerami yang sudah berniat keluar tadi segera menghampiri Lion dan mengambil paksa map merah yang diacungkan Lion padanya barusan.
"Bagaimana bisa kau mendapatkan ini! Menyusup lagi? Bagaimana pula mereka bisa mendapatkannnya?" mendengar pertanyaan seperti itu, Lion hanya menyeringai.
"Jangan meremehkanku, sebagai ANBU kepercayaan Kage, menyusup hanya seperti permainan kecil, dan mungkin kau lupa, tapi … kelompok 'mereka' punya Uchiha."
"Heh, benar. Uchiha... Aku hampir lupa. Jangan buang waktu di sini, ayo segera pergi." orang bersyal itu keluar ruangan dengan langkah lebar, membuat syalnya yang hampir menyentuh mata kakinya berkibar sementara Lion mengikutinya dalam diam sambil tersenyum tipis dibalik topengnya.
'Maaf Naruto, aku tak jujur padamu tantang hal ini, aku yakin kau bisa mengerti nanti. Semoga saat itu kau tidak membunuhku. Aku menyayangimu, bukan… aku mencintaimu, tapi…' Lion menghentikan berdebat dengan hatinya dan memandang ke punggung orang di depannya. 'Maaf… aku punya tugas lain selain mencintaimu…' Lion menghela napas dan semakin memperlebar senyumnya, senyum miris.
"Bawa pasukan sebanyak mungkin yang bisa kau dapat, aku tunggu di tepi hutan, lalu masuk ke hutan bersama-sama. Usahakan, hal ini tidak diketahui Kage dan ANBU desa lain."
"Ha'i!" Lion hanya bisa membungkukkan badan sekali untuk menjaga formalitas dan segera menghilang dari tempatnya semula berdiri.
End Omake
A.N:
Eng… lama-lama, fic ini kok makin gaje ya? *pundung* tapi… Percaya atau nggak, aku ketawa setan waktu nulis 'TBC' wakakakakak! *di rebus* hohoho… penasaran kan? Penasaran kan? Iya kan? Huahahahaha *Di kubur* ahaha… oh iya, sebelum lupa, omakenya itu ngambil setting waktu Naruto dan kawan-kawan lagi diskusiin strategi di dalam hutan.
*Lihat atas* wah… rupanya diatas ada unsur ShikaNaru, NejiNaru, ItaNaru sama LionNaru juga selain SasuNaru XD oh my… aku juga suka pair-pair ini, tapi tenang aja… SasuNaru tetap numero uno dihatiku.
Eng… mau bahas apa ya? Lupa… *PLAK* ah ya! Ada yang bisa nebak, siapa si 'Lion' dan 'Kage-sama' itu siapa? Pasti bisa ketebak dengan gampang ya? Haah… aku gak ada bakat ngebikin orang penasaran #pundung# tapi… buat yang bisa nebak keduanya dengan benar, aku kasih hadiah 'ucapan selamat' deh *GUBRAK*
Maaf atas keterlambatan update, aku benar-benar gak ada waktu buat ngetik, guru-guru di sekolah menghajarku dengan segunung tugas dan makalah (curhat) bayangin aja… untuk anak kelas 1 SMA, ada 18 mata pelajaran, dan dari semua mata pelajaran itu, para siswa-siswi di sekolahku di suruh ngebuat makalah tentang materi belajar setiap mata pelajaran. Bayangkan… sejak masuk semester 2 bulan januari lalu, makalah buatanku yang selesai baru 15 buah makalah, masih ada 3 lagi… T_T auhhh… makalah bahasa Inggris, agama dan bahasa Jermanku susaaaah T_T (NASIB ANAK SEKOLAH)
Aku benar-benar gak tau mau nulis apa T_T . Segitu aja deh, lagian ini juga wordnya udah 5200-an, udah kebanyakkan. Yaudah, jaa minna~ review ya… T_T
P.S: Buat yang nunggu kelanjutan Love Story at School sama Namikaze-Uzumaki Naruto, entar aku update kalau makalahku selesai ya… T_T aku udah usahain nyuri-nyuri waktu buat ngetik kok, tapi emang gak bisa selese-selese T_T
P.P.S: gambar rancangan strategi yang digambar SS (Sasuke-Shikamaru) juga gambar wajah sedih punya Naruto udah aku publish di album akun FB, kalau ada yang mau liat, masuk aja ke akun FBku. Kalau yang belum tau akunku, masuk aja ke profil FFn ini, terus ke homepage XD
Review please… gak review, bayar duapuluh ribu XD
Mechakucha no aoi neko a.k.a Mecha