Readers-san! Raito is coming with a new fanfiction requested by DEGUCHI MOU-san! Ini dia fanfic HikaruxDaiki aka HikaDai request-an Deguchi Mou-san!
Meskipun aku tahu ini ide cerita yang bisa dibilang cukup pasaran, tapi well, aku coba buat bikin ini jadi semenarik mungkin. Dan semoga itu sama sekali ga bikin Readers-san bosen baca fanfic ini! Deguchi Mou-san, semoga suka ya fanficnya...
Yosh, ENJOY!
.
.
.
Make You Fall in Love in One Week
A Hey! Say! JUMP fanfic—"Kalau kau bisa menjadikan Arioka pacarmu dalam waktu seminggu, kau akan menang taruhan ini. Dan kalau kau tidak bisa, artinya kau kalah taruhan. Setuju?" Apakah Yaotome Hikaru bisa memenangkannya? A request from Deguchi Mou
All Hey! Say! JUMP's members belongs to Kami-sama, their parents, and Johnny's Jimusho
Make You Fall in Love in One Week belongs to Mochiraito
WARNING! Contains: HikaDai NOT AriTome , BL NOT yaoi, OOCness, ABALness, GAJEness, LOCH(?)ness, EPIC FAIL romance, gombalan ga jelas.
DON'T LIKE DON'T READ!
.
ENJOY!
.
.
.
MISSION #1: GETTING YOUR ATTENTION
.
.
Senin, 15 Juni - Street
Hikaru sudah memutuskan untuk memulai misi-misinya untuk menjadikan sang pujaan hati sebagai kekasihnya. Tentu saja ia memilih untuk mengawali misinya dengan mendapatkan perhatian Daiki.
Sepasang iris milik seorang pemuda berambut kecoklatan sedang sibuk menggerakkan kepalanya mengikuti alunan musik yang terdengar melalui sepasang headset yang bertengger manis di kedua telinganya. Ia sama sekali tidak menyadari kehadian seorang pemuda berambut pirang yang sedari tadi berjalan di belakangnya. Begitulah Arioka Daiki, pemuda berambut kecoklatan itu, jika sedang berurusan dengan lagu-lagu kesukaannya. Mau dunia sedang gonjang-ganjing pun ia pasti tidak akan peduli.
"Sumimasen," Hikaru mecoba mengawali percakapan. Daiki tak menoleh. Tampaknya suara Hikaru mampu diredam oleh alunan melodi yang meluncur mulus ke telinganya melalui sepasang headset kesayangannya.
"Sumimasen," ulang Hikaru, belum bermaksud untuk putus asa. Sayangnya reaksi sama yang ia dapatkan; tak digubris sama sekali oleh sang pujaan hati.
Baru saja Hikaru hendak mengulangi usahanya menarik perhatian Daiki, pemuda berpipi chubby itu menghentikan langkahnya dan berseru kecil, "Ah!"
Kaget, refleks Hikaru bertanya, "Doushite?"
"Yabai!" seru Daiki sebelum berlari kencang meninggalkan Hikaru sendirian tanpa menjawab pertanyaan pemuda pirang itu—bahkan tanpa menyadari keberadaannya.
Pemuda bermarga Yaotome itu menatap punggung Daiki yang semakin menjauh hingga akhirnya hilang di tikungan jalan. Ia menghela nafas. Percobaan misi pertama, gagal. Ralat, gagal TOTAL.
.
Senin, 15 Juni – Class 3-B
Hikaru menaruh tasnya dengan kesal di atas mejanya. Ia belum mau menyerah soal misi pertamanya. Setelah duduk di bangkunya, Hikaru membiarkan kepalanya berada dalam topangan tangan kanannya. Pandangannya jatuh pada langit biru khas pagi hari yang cerah. Yah, sayangnya tidak secerah suasana Hikaru pada pagi itu. Pendek kata, Hikaru kesal karena dianggap angin lalu oleh Daiki—meskipun sebenarnya Daiki memang sama sekali tak menyadari keberadaan Hikaru karena headset tersayangnya.
"Ohayou, Hikka!" sapa Kei yang baru saja masuk ke kelas
"Ohayou, Inoo-chan..." balas Hikaru
"Doushite?" tanya Kei, ia bisa menebak suasana hati sahabatnya yang satu ini sedang tidak dalam kondisi yang baik, "Biar kutebak... Ini masalah Dai-chan, deshou?"
"Inoo-chan, bisa bantu aku? Kau kan cukup dekat dengan Arioka, bisa tolong beritahu aku bagaimana cara mendekatinya?" tanya Hikaru
"Heee? M-memang sih... aku cukup dekat dengan Dai-chan... Tapi..." Kei menggaruk tengkuknya, "kalau soal itu sih aku tidak tahu. Gomen..."
Sekali lagi kepala Hikaru tertunduk kecewa, "Daijoubu dayo..."
"Ne, yang pasti jangan pernah mendekatinya saat ia memakai headphonenya. Dia tidak akan mendengar orang lain apalagi memedulikannya."
"Headphone?" ulang Hikaru. Ah! Tentu saja! Ia ingat headphone putih yang bertengger manis di kedua telinga Daiki tadi pagi. Pantas saja Daiki sama sekali tidak mendengarnya! Fyuh... Bukankah ini artinya misinya untuk menarik perhatian Daiki belum gagal total? Tanpa sadar seulas senyum tipis merekah di bibir pemuda bermarga Yaotome itu, "Inoo-chan, hontou arigatou na!" Kei membalas senyumnya. Dan tepat setelah itu bel tanda pelajaran dimulai pun berbunyi.
.
Senin, 15 Juni – West Corridor
Kelas 2-F adalah kelas yang terletak di ujung koridor barat lantai dua. Saat ini, Hikaru sedang sibuk mondar-mandir di depan kelas itu. Tak jarang beberapa pasang mata siswi mencuri-curi pandang ke arahnya. Maklum, Hikaru memang salah satu dari empat siswa yang paling populer di sekolahnya; dan tiga orang yang lain adalah Yabu Kouta, Inoo Kei, dan Takaki Yuya. Apa yang sedang ia lakukan di kelas 2? Tentunya sedang menunggu seseorang.
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya orang yang ditunggu-tunggu pun keluar dari kelasnya. Hikaru memandang pemuda berambut kecoklatan itu tanpa berkedip. Kedua telapak tangan pemuda pirang itu rasanya mulai berkeringat dan debaran jantungnya mulai tak menentu.
Kedua pasang iris onyx Daiki dan Hikaru bertabrakan, "Ah, Yaotome-senpai, konnichiwa," Daiki berojigi pada senpainya.
"K-konnichiwa, Arioka-san," Hikaru dengan gugup membalas salam kouhainya itu. Lalu mereka berdua diam. Hanya berdiri di tempat masing-masing sambil menatap lawan bicaranya.
"Anoo... Yaotome-senpai saya duluan,"
"Hai." Hikaru mengangguk
Baru saja Daiki berjalan beberapa langkah meninggalkan Hikaru, pemuda itu memanggilnya kembali, "Arioka-san!" Daiki menoleh, "Mau pulang bersamaku?" ajak Hikaru
"Eh?" Daiki terlihat berpikir sebentar, lalu mengangguk.
Hikaru menghela nafas lega. Meskipun di luar dia terlihat biasa saja, tapi di dalam hati Hikaru kini sedang ada pesta untuk merayakan keberhasilannya mengambil langkah pertama untuk menjadikan Daiki sebagai kekasihnya. Tentu saja Hikaru menahan kepalannya agar tidak terlontar ke udara, menahan suaranya agar tidak berteriak senang, menahan kedua tangannya agar tidak memeluk Daiki, dan menahan kedua kakinya agar tidak berlarian kesana-kemari dan berlompatan gembira. Dia hanya mengizinkan seulas senyum yang menampakkan gigi gingsulnya untuk mengekspresikan kebahagiaannya.
.
Senin, 15 Juni - Street
"Ne, Arioka-san tadi kau menyapaku, deshou?" Hikaru membuka pembicaraan. Daiki mengangguk. "Darimana kau kenal aku?"
Daiki sedikit terkekeh, "Satu; Yaotome-senpai adalah salah satu dari empat orang paling terkenal di sekolah, dua; Yaotome-senpai adalah temannya Inoo-chan." Kali ini giliran Hikaru yang menganggukkan-anggukkan kepalanya, "Justru yang aneh adalah kenapa Yaotome-senpai bisa tahu namaku."
"Ettooo..." Hikaru menggaruk helai-helai pirang kepalanya yang tidak gatal, "seperti yang kau bilang, karena kau temannya Inoo-chan." Pemuda bermarga Yaotome itu memamerkan cengiran gingsul khasnya. Mereka berdua kembali meneruskan langkah mereka dalam diam.
Hikaru merasa canggung dengan kesunyian yang menggantung di antara mereka. Ia melirik pemuda yang berjalan di sebelahnya. Daiki memang imut sekali! Rambut cokelatnya yang tampak sangat halus, sorot matanya yang ceria, pipinya yang chubby, senyumnya yang manis, dan tubuhnya yang terbilang cukup mungil. Ah, bahkan Hikaru tak bisa mengalihkan pandangannya dari kouhainya yang satu ini. Dan tanpa sadar seulas senyum tipis—yang lagi-lagi menampakkan gigi gingsulnya—terbentuk di bibirnya.
"Anoo Yaotome-senpai? Daijoubu ka?" pertanyaan Daiki mengembalikan Hikaru dari khayalannya
"H-hai, daijoubu desu!" sekali lagi sang senpai memamerkan cengirannya
"Senpai rumahnya di sekitar sini?" tanya Daiki
"Sebenarnya masih cukup jauh dari sini." jawab Hikaru
"Kalau begitu saya duluan." sang kouhai berojigi, "Rumah saya belok ke kiri lalu tinggal lurus." Daiki menjawab tatapan penuh tanya yang dilontarkan Hikaru
"Ah, hai. Satu lagi, kautidak usah pakai kata-kata yang terlalu formal, oke? Dewa mata ashita!" pemuda pirang itu tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya
"Jaa!" Daiki mengangguk dan membalas lambaian tangannya
Hikaru sama sekali tidak beranjak dari tempatnya sampai ia tidak bisa melihat punggung Daiki lagi. Beberapa detik setelah tubuh Daiki menghilang seluruhnya dari pandangan Hikaru, pemuda pirang itu melompat sambil mengepalkan tinjunya ke angkasa. "YATTAAAA!" akhirnya seruan yang sedari tadi ditahannya berhasil keluar dari mulutnya. Ia pun melanjutkan perjalanan pulang ke rumahnya tanpa menghapus senyum di bibirnya.
.
Senin, 15 Juni – Yaotome's Residence
From: Yuuyan
Subject: Reminder
Hanya ingin mengingatkan saja, waktumu tinggal 6 hari lagi Hikka!
.
To: Yuuyan
Subject: Re: Reminder
Aku tahu. Kau pikir aku sudah setua apa sampai tidak ingat batas waktunya? Kalian siap-siap saja kalah! Hahahahaha :D
.
From: Yuuyan
Subject: Re: Re: Reminder
Aku kan hanya mengingatkanmu. Kita lihat saja nanti! :D
.
Hikaru berdecak kesal membaca mail dari salah satu sahabatnya itu. Setelah mematikan lampu kamarnya, pemuda bermarga Yaotome itu pun menyelusup ke bawah selimutnya untuk bersiap-siap mengistirahatkan tubuhnya yang lalh beraktivitas seharian. Pokoknya bagaimana pun caranya ia harus bisa menang taruhan ini! Hikaru bertekad sebelum menutup kedua matanya. Sosok Daiki yang sedang tersenyum senang tiba-tiba terlintas di benaknya. Entah kenapa hati Hikaru terasa sakit jika ia mengingat Daiki dan taruhan yang dibuat dirinya dan teman-temannya.
'Oyasuminasai, Daiki...'
.
.
.
.
TO BE CONTINUED
to: MISSION #2: GETTING CLOSER TO YOU
Amat sangat kelewat pendek! Tadinya aku mau bikin yang lebih panjang, tapi ga jadi deh. Soalnya aku sih niatnya pengen bikin ini tuh jadi semacam kaya diary gitu. Jadi satu chapter isinya satu hari. Tapi mungkin ga akan tepat gitu juga sih... Mungkin nanti ada yang satu chapter isinya dua hari atau satu chapter isinya cuma setengah hari. Yang pasti satu chapter disesuaikan sama 'misi' yang mau dijalanin sama Hikaru. Mohon maaf yang sebesar-sebesarnya kalau alurnya mungkin agak sedikit (duh, ga efektif banget kata-katanya) terlalu cepat. Soalnya waktu yang ada hanya 7 hari. Jadi aku harus bisa bikin cerita ini tamat di hari ketujuh atau kedelapan.
Gomenasai kalau ceritanya pasaran atau terlalu monoton atau terlalu ga seru! Aku udah coba untuk bikin ceritanya semenarik mungkin!
Review?