Masih serial Gombal! nih. Mungkin akhir dari serial Gombal! OkaJima.

ENJOY!

.

.


Gombal! (OkaJima version)

A Hey! Say! JUMP fanfic— Setelah Keito berhasil menangkis jurus-jurus gombalan dari Ryutaro dan Yuto, bisakah ia sukses melancarkan jurus gombalnya?

All Hey! Say! JUMP's members belongs to Kami-sama, their parents, and Johnny's Jimusho

Gombal! (OkaJima version) belongs to Mochiraito

WARNING! Contains: OkaJima, Sho-ai NOT yaoi, OOCness, ABALness, GAJEness, LOCH(?)ness, EPIC FAIL plot, EPIC FAIL gombalan.

DON'T LIKE DON'T READ!

.

ENJOY!


.

.

Sudah seharian ini kesepuluh anggota Hey! Say! JUMP melakukan aktivitas keartisan mereka yang sudah mulai menjadi rutinitas mereka sejak beberapa tahun lalu. Meski lelah, mereka tetap senang melakukannya. Tak jarang mereka langsung tertidur begitu sampai di rumah yang mereka tempati. Seperti yang dilakukan salah satu anggota Hey! Say! JUMP yang berwajah manly dan dijuluki English Prince, Okamoto Keito. Tubuhnya sudah terlalu lelah karena kemarin malam hanya sempat tidur empat jam kurang, karena insomnia yang akhir-akhir ini dideritanya, padahal hari ini jadwalnya begitu padat. Hikaru, yang menghuni kamar yang sama dengan Keito hanya terkekeh geli menatap rekan segrupnya itu tertidur pulas sebelum melenggang keluar menuju ruang makan.

Tak butuh waktu lama bagi Yuto untuk menyadari jika Keito tak ada di ruang tengah maupun ruang makan. Sekali lagi ia memastikan jika Keito memang tak ada di dua ruangan itu. Ia menoleh pada Hikaru yang sedang mengobrol dengan Kouta dan Yuya di meja makan sambil asyik mengemil jeruk yang baru kemarin dikirimkan ibu Hikaru.

"Hikka, Keito mana?" tanya Yuto.

Telunjuk Hikaru mengarah ke atas, "Tidur," jawabnya singkat.

Yuto mengangguk lalu menghela nafasnya. Ia tahu sang English Prince pasti kelelahan. Keito memang sudah menceritakan tentang insomnia akhir-akhir ini dideritanya pada Yuto. Bosan, ia pun meraih remote televisi dan mulai memindah-mindahkan channelnya, mencari acara yang menarik.

.

Kedua orb onyx Yuto kembali menatap jam di ruang tengah rumah Hey! Say! JUMP. Jarum pendeknya hampir menunjuk pada angka dua, sedangkan si jarum panjang masih bermalas-malasan di angka delapan. Untuk kesekian kalinya ia menghela nafas. Ia merutuki dirinya yang masih belum merasa mengantuk sedikit pun. 'Apa insomnia Keito menular padaku?' pikir Yuto. Kemudian pemuda itu terkekeh sedikit, 'Jangan konyol!' ia mengusir pikiran bodohnya tadi.

Jari-jari Yuto kembali menekan tombol remote televisinya untuk kembali mencari acara yang menarik di televisi yang sejak tadi menemaninya, bahkan saat teman-temannya satu per satu beranjak ke kamar untuk tidur. Tidak menemukan acara yang terlalu menarik, ia memilih untuk menonton berita. Siaran acara beritanya cukup membosankan menurut Yuto. Namun pemuda jangkung itu berharap rasa bosan akan membuatnya mengantuk.

Karena rasa bosan tak kunjung membuatnya mengantuk, pemuda itu memutuskan untuk pergi ke kamarnya. Mungkin rasa kantuk akan segera mendatanginya kalau ia sudah berbaring di atas kasur empuk dengan selimut membungkus tubuhnya. Baru saja Yuto hendak mematikan televisi, ia dikejutkan dengan suara langkah kaki yang terdengar semakin dekat dari arah tangga. Yuto yakin, seseorang tengah menuruni tangga. Ia memutuskan untuk membiarkan televisi tetap menyala, masih menampilkan acara berita. Kemudian kembali mengalihkan tatapannya pada televisi itu.

"Yuto?" sang pemilik nama menoleh, mendapati Keito tengah menuruni tangga. Tangan kanannya tengah menggaruk belakang kepalanya, membuat Yuto memerhatikan rambut Keito yang tampak berantakan. Dari melihat wajahnya saja, Yuto bisa langsung mengetahui Keito baru saja terbangun.

"Hai, Keito."

Keito menguap, "Kau belum tidur?" tanyanya sambil terus berjalan ke arah Yuto.

"Begitulah," Yuto melebarkan cengiran di bibirnya. "Kupikir insomniamu menular padaku."

"Baka," Keito segera mengambil tempat di sebelah Yuto di sofa yang ia duduki.

"Kenapa kau bangun?" tanya Yuto yang sudah seratus persen mengabaikan televisi yang masih menyala.

"Aku dengar suara dan lampu masih menyala," jawabnya singkat, kali ini mengucek matanya yang masih setengah tertutup sambil menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa.

"Ah, berarti aku membangunkanmu, ya? Gomen ne," kata Yuto. Ia kembali mengalihkan tatapannya pada televisi yang sedang menampilkan sederetan iklan-iklan.

Tak ada kata-kata yang lolos dari mulut keduanya. Entah apa yang membisiki Yuto, tiba-tiba ia ingin sekali menggombali pemuda di sampingnya, lagi. Sayangnya ingatan tentang kegagalannya tempo hari membuat Yuto kembali mengurungkan niatnya. Lagi pula saat itu malah Keito yang membuat wajahnya memerah karena gombalannya. Yuto sama sekali tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri dengan menunjukkan wajah seperti itu lagi di hadapan Keito, mau ditaruh di mana harga dirinya nanti?

Lama tak bersuara, Yuto curiga pemuda yang duduk di sampingnya itu tertidur. "Keito?" panggil Yuto.

"Hm?" suara Keito terdengar menyahuti. Yuto tak mengatakan apa-apa, hanya kembali menatap televisi. "Apa?" tanya Keito, menoleh pada Yuto.

Yuto menggeleng, "Kupikir kau tidur."

"Hmm..." Keito memejamkan matanya.

Melihat itu dari sudut matanya, Yuto bertanya, "Kau mengantuk?"

Kepala Keito terlihat menggeleng, "Tidak. Aku bosan," jawabnya singkat.

"Wah, sama!" kata Yuto ceria. Keito tak menyahutinya. Tak lama kesunyian kembali berada di antara mereka. Yuto menghela nafas.

"Ne, Yuto," Keito membuka matanya, "ingat gombalanmu waktu itu? Tentang ayahku," katanya.

Yuto mengangguk ragu, "Kenapa?"

Keito menahan ekspresi datar di wajahnya, "Gombalanmu itu sudah basi!"

Yuto mengangkat sebelah alisnya, "Oh ya? Kalau begitu gombalan yang belum basi itu yang bagaimana?" tantang Yuto.

Keito terlihat berpikir sebentar. Kemudian bibirnya menyunggingkan senyum tipis, "Ne, kau tahu kan aku ini anggota boyband yang terkenal seantero Jepang?"

"Baka! Mana mungkin aku tidak tahu, kita kan ada di grup yang sama!" sahut Yuto.

"Kau juga tahu kan aku mahir bermain gitar?"

"Pasti, kita kan sering bermain bersama dalam konser," Yuto mengangkat bahu, sebenarnya ia tidak mengerti maksud Keito mengatakan hal itu.

"Kau juga tahu kan, aku pintar berbahasa inggris? Yah, meskipun aku sendiri tidak begitu menyukai berbicara bahasa inggris. Kau tahu itu kan?"

Yuto mengangguk.

Keito melebarkan senyuman di bibirnya, "Kau juga tahu kan ibuku seorang model?"

Yuto mengangguk lagi. Ia semakin tidak mengerti arah pembicaraan ini. Bukan kah tadi Keito ingin menunjukkan gombalan yang belum basi? Ini sih cuma cerita soal dirinya sendiri.

"Terakhir, kau tahu kan ayahku personil band Otokogumi yang sangat terkenal."

"Tentu saja aku tahu, Keito. Kau ini sedang apa sih? Katanya mau menggombal!" kata Yuto kesal.

Sekali lagi Keito melebarkan senyuman di bibirnya, "Kalau begitu, kau tidak mungkin tidak mau jadi pacarku kan?" katanya.

Kalimat terakhir Keito membuat wajah Yuto memerah dalam bilangan sepersekian detik. Skak mat! Tadi benar-benar gombalan mematikan—serangan telak bagi Yuto. Jujur, ia belum pernah mendengar orang menggombal seperti itu. Kata-katanya memang membuat wajah Yuto tersipu tapi ekspresi Keito lah yang membuat Yuto semakin salah tingkah. Ekspresinya memang serius seperti biasa, namun saat Yuto menatap matanya, entah kenapa wajahnya jadi semakin memanas. Sebelum Keito melihat wajahnya semakin memerah, Yuto segera memalingkan wajahnya ke sisi yang lain.

"Yuto?" tanya Keito. Ia sempat melihat wajah Yuto memerah sebelum pemuda jangkung itu memalingkan wajahnya dari tatapan Keito. Meskipun Yuto memalingkan wajahnya, ia masih bisa melihat telinga Yuto yang juga memerah.

"A-aku tidur dulu ya, o-oyasumi," kata Yuto dengan suara kecil, masih berusaha tak menatap lawan biacaranya.

"Matte," Keito segera menahan tangan pemuda jangkung itu sebelum ia melangkah pergi. "Yuto," panggilnya.

"Hm?" shut Yuto pelan tanpa menoleh.

"Yuto, kocchi mite!" panggil Keito lagi.

"Apa sih?" Yuto menoleh, menunjukkan wajahnya yang masih memerah.

Keito mengulum senyumnya, "Saa, dou?"

Yuto melemparkan tatapan bingung, "Apanya?"

"Kau pasti mau jadi pacarku, kan?" tanyanya, kali ini dengan senyum tipis di bibirnya.

Yuto buru-buru menepis tangan Keito yang menahannya, "Baka!" katanya sebelum dengan cepat berlari menuju tangga. Ia tak ingin Keito melihat wajahnya bertambah merah.

'Yatta! Aku berhasil membuat wajahnya jadi merah lagi!' batin Keito.

.

.

THE END


Lagi-lagi kepanjangan! Huwaaa ga nyadar udah bikin sepanjang ini! Entah kenapa tangan aku tiba-tiba ngetik sendiri , mungkin gara-gara terlalu excited gara-gara bikin OkaJima lagi kali ya, setelah lama mantengin Yugo mulu hahaha... Need to see more OkaJima!

Sebenernya aku sendiri masih ga terlalu ngerti status mereka di fanfic ini. Dan bahkan aku ga tau maksud Yuto bilang 'Baka!' di akhir tuh apa. Aku bingung, antara mau bikin OkaJima akhirnya jadian atau ga jadian. Jadi aku bikin ga jelas aja. Yang penting goalnya Keito tercapai, kan?