Chapter 1 - Prolog
...
"Felicia! Cepat bangun! Sudah jam 8.30, lho!"
Teriakan seorang pria maskulin begitu mengusik tidurku. Terpaksa, aku terbangun dari mimpi indahku.
Kugosok mataku dengan menggunakan punggung tanganku. Lalu kukedipkan mataku. Kulirik jam yang bertengger di dinding dengan manisnya.
"Jam ... 8.30 am yah?" gumamku pelan.
"Veeeeee~!"
...
Hold Me, Guard Me!
Disclaimer :
Axis Powers: Hetalia © Hidekaz Himaruya
Hold Me, Guard Me! comic © Iwaoka Meme
Hold Me, Guard Me! fic © Megumi Yoora
Warning:
OOC, School Life, Human Names, Gender bending (fem!N. Italy, fem!/Romano, fem!Japan), Humor (maybe)
Don't like, don't read.
...
Detik itu juga, aku segera beranjak dari kasur. Yeah, sudah jam 8.30, sedangkan jam segitu aku seharusnya aku sudah ada di sekolah. Aku tidak mau terlambat pada hari pertama aku masuk SMA di Hetalia Gakuen!
Yang pertama kulakukan adalah mencari seragam sekolahku. Kubongkar seluruh isi kamarku hanya untuk mencari seragam sekolah berwarna pink dengan motif kotak-kotak tersebut. Namun, tak kunjung kutemukan!
Terpaksa, aku berlari menuju dapur, untuk menanyakan keberadaan seragamku pada Papa Luddie.
"Papa Luddie, liat seragam sekolahku, gak? Kok gak ada sih, ve?" tanyaku sambil terburu-buru berlari menuju dapur, tempat papaku sedang memasak untuk sarapan kami.
Papa Luddie-pria maskulin yang membangunkanku tadi-hanya bisa mengernyit kesal begitu melihatku.
"Felicia, yang kau pakai di balik piyamamu itu, seragammu kan?" tanya Papa Luddie sambil menunjuk ke arah baju dibalik piyama yang kupakai sambil meletakkan masakannya ke meja makan.
Aku hanya bisa cengo mendengar pertanyaan Papa Luddie. Lalu, kulirik baju di balik piyama yang kupakai.
"Veeee~! Thanks, Papa Luddie!" seruku panik sambil cepat-cepat berganti baju.
Papa Luddie hanya bisa facepalm dan sweatdrop melihat tingkahku.
Butuh waktu 15 menit untuk mempersiapkan diriku. Dari mencari seragam, mandi, berganti pakaian, hingga sarapan.
Begitu selesai makan, Papa Luddie langsung memberikanku bento. Lalu, aku segera pergi menuju Hetalia Gakuen, setelah pamit kepada Papa Luddie, tentunya.
"Papa...! Aku pergi, yah!" seruku sambil berlari meninggalkan rumah.
"Hati-hati, Felicia! Kalau ada orang jahat, kabur secepat mungkin!" seru Papa Luddie. Aku hanya mengangguk mengiyakan, lalu berlari secepatnya.
'Ukkh! Kalau naik bus, mesti nunggu 5 menit lagi! Kalau berlari, mungkin masih sempat! Aha, lewat jalan pintas saja!' pikirku dalam hati.
Dan satu-satunya jalan pintas menuju Hetalia Gakuen adalah turunan yang dipenuhi pohon-pohon dan semak-semak. Yeah, rumahku memang berada di perbukitan, sedangkan Hetalia Gakuen terletak di bawah bukit di rumahku.
Tak kuhiraukan ranting-ranting pohon serta semak-semak yang menghalangiku untuk turun ke bawah bukit. Yang kupikirkan saat ini hanyalah satu, datang tepat pada pukul 9 am di Hetalia Gakuen!
Namun, sepertinya ada halangan yang sangat berarti untukku. Tiba-tiba saja, seorang aneh berjubah abu-abu datang mendekatiku. Aku tidak tahu dari mana orang aneh ini muncul, tetapi sepertinya dia punya niat jahat terhadapku.
Aku berusaha menjauhi dia sejauh mungkin, sambil berusaha menuruni turunan yang penuh pepohonan dan semak-semak. Namun, ia lebih cepat dariku, sehingga bisa mengejarku dengan mudahnya.
Ditariknya kerah kemejaku, membuatku limbung. Lalu, leherku ditahannya menggunakan lengannya.
"Khukhukhu ... Ketemu juga, Feliciana Vargas! Cepat serahkan kalung tanda penerus Kerajaan Vargas!" serunya sambil mengancamku dan mengacungkan pisau ke arahku. Tu-tunggu! Aku tidak mengerti maksudnya! Namaku Felicia Beilschmidt, bukan Feliciana Vargas! Lalu, apa maksudnya dengan 'kalung tanda penerus kerajaan Vargas'? Se-setahuku, aku tak punya benda seperti itu!
'Vee, dia benar-benar mau membunuhku! Burung-burung yang bertengger di pepohonan sana, tolong aku!' batinku sambil melirik ke kumpulan burung-burung yang bertengger di ranting-ranting pohon yang letaknya tak jauh dariku.
Detik itu juga, segerombolan burung-burung mengarah padaku, lalu mengerubungi orang aneh berjubah itu. Tiba-tiba, seorang berambut blonde serta berkacamata datang sambil menghajar orang aneh berjubah itu. Lalu, ia menggendongku menuruni turunan tersebut.
Aku hanya bisa menutup mataku, karena terlalu takut. Tiba-tiba saja, aku merasa sedang terduduk.
Kubuka mataku perlahan, yang kulihat adalah halaman sekolah, yang sepertinya ini adalah halaman Hetalia Gakuen. Serta beberapa murid yang sedang berolahraga.
Mereka tertawa kecil melihatku. Aku tidak mengerti, ada apa denganku? Apa ada yang lucu?
Lalu, seorang pria berkacamata dengan rambut dirty blonde dengan style bob dan beriris hijau datang menghampiriku. Dibelakangnya, terdapat segerombolan anak yang mungkin berstatus sama denganku, murid baru.
"Kau Felicia Beilschmidt, kan? Datangnya kok telat?" tanya guru itu padaku. "Lalu, mengapa penampilanmu berantakan dan ada banyak sekali burung-burung di sekitarmu?" tambah guru itu.
Aku hanya bisa menahan malu. Jadi, mereka menertawakanku karena aku datang telat, dan berpenampilan berantakan serta dikelilingi burung-burung yang tadi kutemui dan kuminta untuk menolongku dari kejaran orang aneh berjubah itu?
Dengan wajah memerah-karena malu-aku berjalan menuju ruang kelasku. Begitu memasuki kelas, tatapan teman sekelasku seperti mencela-karena keterlambatanku-dan membisikkan sesuatu yang kutahu pasti itu adalah ejekan untukku.
"Baiklah anak-anak, ada lagi siswa baru, namun dia datang agak terlambat. Silahkan perkenalkan dirimu!"
"Namaku Felicia Beilschmidt, umur 15 tahun. Salam kenal, semuanya," ujarku sambil berusaha ceria. Namun, yang kudapat adalah kritikan pedas dari salah satu teman sekelasku.
"Huh, berani sekali dia datang telat, padahal statusnya masih murid baru!"
Yeah, kritikan itu meluncur dari mulut seorang gadis berambut cokelat diikat dua ke bawah serta memakai pita berwarna merah. Yang baru kuketahui bahwa nama gadis itu adalah Sey.
Kelas pun menjadi ribut setelah kritikan tersebut diluncurkan dari mulut Sey.
"Sudah, sudah. Jangan ribut. Baiklah, Felicia, kau duduk di sebelah Sakura. Sakura Honda, angkat tanganmu," ujar Pak Edward-nama wali kelasku-sambil menyuruh seorang murid.
Kulihat, seorang gadis berambut sebahu dan berwajah oriental mengangkat tangannya. Aha, mungkin itu yang namanya Sakura Honda.
Aku duduk di kursiku. Lalu, kusapa teman sebangkuku itu.
"Hai, namaku Felicia Beilschmidt. Salam kenal," sapaku sambil menengadahkan tanganku ke hadapannya. Ia lalu menjabat tanganku dengan mata berbinar-binar.
"Namaku Sakura Honda! Kulihat tadi, kau dikelilingi burung-burung! Apa kau punya Animal Pheromone, yah?" balas Sakura sambil menggenggam tanganku. Aku hanya mengganggukkan kepalaku. Memang, Sakura benar. Aku memang punya semacam Animal Pheromone, sehingga bisa berinteraksi dengan binatang-binatang, serta bisa menjadikan mereka kawan.
"Benarkah? Sugoi! Selain dengan burung, dengan binatang lain bisa? Seperti harimau, ayam, kucing?" tanya Sakura antusias.
"Hmm, bisa kok. Bahkan, dengan tumbuhan juga bisa," jawabku sambil tersenyum ke arahnya. Yeah, selain Animal Pheromone, aku juga memiliki Plant Pheromone. Entah dari mana aku mendapatkannya.
"Keren! Ya ampun, enak dong, punya kekuatan seperti itu!" ujar Sakura tertarik.
Akhirnya, setidaknya aku punya teman di Hetalia Gakuen. Namanya Sakura Honda, gadis yang berasal dari Jepang. Dia adalah seorang gadis yang cantik, dan terlihat pemalu. Namun, ia sebenarnya adalah gadis yang periang.
Selama di sekolah, kami berbincang-bincang, dengan topik pembicaraan tentang Animal Pheromone-ku, Pet kesukaan, benda kesukaan, sampai hal-hal lainnya.
"Oya, tadi kamu lihat, gak? Cowok berambut blonde dengan ahoge mencuat ke atas serta pakai kacamata yang tadi ada di dekatmu?" tanya Sakura sambil meminum susu kotaknya.
"Vee? Cowok berambut blonde, ahoge mencuat ke atas, pakai kacamata, di dekatku?" tanyaku mengulang. Yeah, ciri-cirinya mendekati ciri-ciri orang yang tadi membantu menyelamatkanku dari orang aneh berjubah.
"Ya. Hmm, dia lumayan tampan juga. Apa hubungannya kamu dengan orang itu?" tanya Sakura.
Perlukah kuceritakan tentang penyerangan orang aneh itu ke Sakura, pikirku.
Namun, pada akhirnya kuceritakan juga cerita itu pada Sakura. Setelah mendengar cerita itu, Sakura menatapku kebingungan.
"Feliciana Vargas? Kok orang itu memanggilmu seperti itu? Sedangkan namamu adalah Felicia Beilschmidt," ujar Sakura kebingungan.
Aku hanya bisa mengangkat bahu. "Entahlah, vee. Aku juga tidak mengerti mengapa dia memanggil dengan nama itu," ujarku. Tunggu, Vargas? Sepertinya marga itu terasa familiar denganku.
"Kurasa kau harus berhati-hati. Siapa tahu saja orang itu masih akan mengejarmu," himbau Sakura padaku.
Aku hanya bisa mengangguk pelan. Aku bingung, ada apa denganku? Kenapa aku diserang orang aneh, yah?
...
"Aku pulang, vee!" seruku begitu sampai di rumah. Begitu kubuka pintu rumah, alangkah kagetnya aku. Tiba-tiba ada percikkan pita-pita serta kertas-kertas yang dipotong kecil-kecil. Lalu, rumahku yang masih sederhana begitu kutinggalkan, kini sudah terlihat begitu mewah. Sebuah sofa panjang yang terlihat mewah diletakkan di ruang tamu. Vas bunga mahal bertengger di atas meja kecil namun terlihat mahal. Berbagai perabotan sederhana lainnya sudah digantikan dengan perabotan yang terlihat mewah dan mahal.
"Ada apa ini?" ujarku bingung tanpa bisa berkomentar yang lain saking kagetnya.
"Vee!" teriakku kaget.
Tiba-tiba, sepasang lengan memelukku. Hal itu membuatku kaget, dan langsung berbalik ke belakang untuk mengetahui siapa yang memelukku dengan tiba-tiba seperti itu.
"Aha, akhirnya kau pulang juga, Felicia!" ujar orang yang memelukku tiba-tiba. Betapa kagetnya aku! Ternyata orang yang memelukku itu adalah orang yang tadi menolongku dari kejaran orang aneh berjubah!
"Selamat datang, Feliciana! Akhirnya kau pulang juga!" seru pemuda itu sambil memelukku dengan erat.
"Veee! Se-sesak!" seruku sambil berusaha melepaskan pelukan pemuda itu.
"Ahaha … sorry, sorry! Habisnya aku kangen sekali denganmu," ujar pemuda itu sambil mengelus lembut kepalaku.
"Vee? Kangen? Memangnya kita pernah bertemu sebelumnya?" tanyaku heran. Aku tidak ingat pernah bertemu dengan pemuda ini sebelumnya, mengapa ia mengatakan ia kangen denganku?
Pemuda itu membalikkan badanku. Terlihat senyum ceria di wajahnya berubah menjadi senyum kecut.
"Jadi, kau masih kehilangan ingatanmu, yah?" tanya pemuda tersebut masih tersenyum kecut.
"Eh?"
Apa katanya? Kehilangan ingatan? Mengapa dia berkata seperti itu?
"Bercanda, hehehe … Kenalkan, namaku Alfred F. Jones! Aku adalah bodyguard-mu mulai hari ini!" seru pemuda itu sambil menepuk-nepuk kepalaku.
Bercanda, kata pemuda itu? Tapi raut wajahnya yang terlihat sedih dan nada suaranya, tidak terlihat dan terdengar seperti candaan.
"Bo-bodyguard? Untuk apa?" tanyaku bingung. Lalu, Papa Luddie datang menghampiri kami.
"Papa Luddie, aku pulang! Kok rumah kita jadi kayak gini? Juga, kenapa ada bodyguard?" tanyaku bingung.
Setelah mendengar pertanyaanku yang berturut-turut, kulihat Papa Luddie berlutut sambil membungkuk di hadapanku. Aku jadi bingung, mengapa Papa Luddie berlaku seperti itu?
"Maafkan saya, Putri Feliciana. Sebenarnya selama ini saya hanya melakukan apa yang dititahkan sang Raja pada saya. Sebenarnya, saya bukan Papa anda, melainkan saya adalah Ludwig Beilschmidt, pengawal pribadi anda, Putri Feliciana Vargas dari Kerajaan Vargas."
Vee? Apa kata Papa Luddie? Dia bukan Papaku yang sebenarnya? Lalu aku adalah Putri dari Kerajaan Vargas?
Apa maksudnya, vee?
…
Tsuzuku …
A/N:
Konnichiwa, minna-san! Megumi Yoora hadir kembali setelah hiatus cukup lama karena berbagai macam Try Out xD Ini fic Multichap pertama saya di FHI! ^w^/
Yeah, saya tahu, sebagai siswi kelas IX yang baik dan benar (?), seharusnya saya belajar lebih giat untuk mempersiapkan diri mengikuti UN minggu depan, bukannya memikirkan status hiatus saya dan membuat fic! Aah, masa bodoh deh! Habisnya saya udah frustasi gara-gara mesti menahan hasrat (?) untuk membuka laptop dan melakukan segudang hal yang bisa saya lakukan untuk me -refreshingkan diri (ah, banyak cincong lu!). Akhirnya, saya bisa mengetik fic ini dengan menggunakan HP tercinta (ah, capcus lu!)
Btw, fic ini terinspirasi dari sebuah komik karya Iwaoka Meme, dengan judul yang sama. Ceritanya menarik, saya senang dengan alurnya. Nah, saya jadi ingin membuat fic yang terinspirasi dari komik itu.
Yeah, maafkan saya karena belum pernah membuat fic yaoi, tapi saya janji habis UN saya akan buat fic yaoi!
Err, maaf bila A/N-nya lebih banyak daripada isi ficnya #digeplak
Sekian A/N dari saya, sebelum mengakhiri A/N saya ini, perkenankanlah saya mengucapkan sepatah kata:
Review, please OuO/