Embracing The Sky
.
.
Forget-Me-Not
(Fond Memories)
.
.
General Warning: AU, languange ,Violence, Twin!Tsuna, Strong!Tsuna, Gore ,Typo(s)
Disclaimer : KHR bukan milik Writer, kalau itu milik Writer, kalau milik Writter Dying Will Bullet udah di apus dari komik dan animenya!terus Tsuna bakalan udah super badass dari awal Muahahaha!
Hari ini seperti hari hari biasanya, matahari menyinari permukaan bumi dengan kehangatannya, angin sepoi-sepoi membelai muka Sawada Tsunayoshi secara perlahan dari jendela kelas lantai 3, Tsunayoshi Sawada atau sering dipanggil Tsuna yang sekarang sudah menduduki kelas 5 sekolah dasar Namimori menutup matanya dan membiarkan indra perasanya menikmati sejuknya angin di musim semi.
'Sejuknya..' Tsuna membiarkan dirinya terbawa bersama angin.
PLAK! Tiba-tiba kapur melayang ke arahnya dan membuyarkan lamunanya.
"Auuu!" teriak Tsuna sambil mengusap kepalanya yang sakit karena baru saja dilempar kapur.
"DAME-TSUNA! APAKAH MENURUTMU KAU SUDAH PINTAR?SEKARANG JAWAB PERTANYAAN NOMER 3!"
Tsuna yang tiba-tiba terbangun dari alam lamunanya berdiri dari kursinya dan menjawab pertanyaan itu dengan tergagap gagap "ah.. ehm.. 21?" jawab Tsuna setengah bertanya.
"SALAH! JAWABANNYA 10! BAKA-TSUNA BAGAIMANA KAU BISA NAIK KELAS BILA SEPERTI INI? KAU SEHARUSNYA BELAJAR DARI MITSU!".
"Hahaha.. Baka-Tsuna!"
"Bisa naik kelas saja sudah seperti keajaiban!"
"kau menyontek ya saat kenaikan kelas?"
"Aku yakin seperti itu"
"Apa benar dia saudara Mitsu-kun?"
Ruangan tempat belajar Tsuna dipenuhi oleh ejekan dan tawaan teman-teman sekelasnya.
Sebenarnya pertanyaan nomer 3 adalah salah satu pertanyaan yang belum di ajarkan di kelas ini dan walaupun seandainya orang lain yang ditunjukpun kemungkinan mereka salah dalam menjawab akan sangat besar hanya saja guru itu memang ingin mempermalukan Tsuna yang telah menjadi 'Clown' kelas.
Tsuna hanya bisa diam karena hinaan itu, dia kembali duduk di bangkunya dan menunduk untuk menyembunyikan mukanya yang memerah, walaupun dia selalu di panggil Baka-tsuna atau Dame-Tsuna oleh guru dan teman-teman sekelasnya dia tetap merasa tidak terbiasa.
Apalagi saat di bandingkan dengan adik laki-laki kembarnya yang hanya berjarak 20 menit dari dirinya yaitu Mitsukuni Sawada.
Tsuna kembali melihat pemandangan dan menghela nafasnya untuk menenagkan hatinya, dia bersyukur bahwa adik kembarnya yang terkenal di sekolah tidak satu kelas dengannya sehingga dia tidak perlu menanggung malu di depan saudaranya, walaupun tidak mungkin di tutupi bahwa Mitsu tahu Tsuna adalah pecundang di sekolahnya.
Tapi Bagaimanapun Mitsu tidak pernah mengucilkannya di sekolah maupun dirumah dan selalu membantunya selayaknya seorang saudara yang baik.
Tsuna tahu dia tinggal dan hidup dalam bayangan-bayangan Mitsu yang tidak akan pernah lepas darinya, tapi itu lebih baik daripada saudaranya juga ikut mengucilkannya,
Tsuna mengusap pelipisnya lagi- lagi sakit kepala itu datang, akhir akhir ini rasanya dia selalu merasakan sakit kepala walaupun itu bukan hal yang besar rasanya tetap saja mengganggu.
Lama kelamaan rasa sakit kepala itu semakin menjadi, Tsuna menggeram karena kesakitan dan tetap memijat pelipisnya agar sakit kepala itu berkurang.
"Cioosu! Namaku reborn! Dan mulai hari ini aku adalah tutormu!"
Tsuna mengedipkan matanya, apa itu tadi?kenapa ada bayangan bayi berambut hitam memakai topi fedora hitam dengan bunglon hijau di pundaknya dan memperkenalkan dirinya sebagai tutor?
Apakah dia sudah mulai gila?
"Kenapa ada bayi disini?"
"Dame-tsuna aku bukan bayi!"
Duaaagh!
GUBRAK!
Kali ini Tsuna terjatuh dari kursinya karena refleks akan bayangan Bayi berambut hitam yang sedang menendangnya.
Jantungnya berdebar karena kaget akan bayangan yang dia lihat.
"DAME-TSUNA! AKU TIDAK PEDULI APA YANG KAU LAKUKAN! CEPAT KEMBALI DUDUK!"
Tsuna mengedipkan matanya dan segera berdiri lalu mengangkat tangannya "Sen..sensei.. aku tidak enak badan" ya.. benar lebih tepatnya dia mulai gila pikir Tsuna.
Sensei hanya menghela nafasnya "Kenapa kau selalu membuat onar Dame-Tsuna? Kalau kau bertingkah sedikit saja seperti Mitsu pekerjaanku pasti akan lebih mudah" Guru berambut putih itu menghela nafasnya untuk yang kedua kalinya seolah olah Tsuna adalah wabah penyakit yang harus dihindari.
Setelah menunggu beberapa detik yang terasa seperti selamanya Guru tersebut akhirnya mengatakan"Kau boleh pergi" dan melanjutkan pelajarannya,tidak peduli untuk bertanya apakah ada teman yang ingin mengantarnya ke infirmary.
Itu karena dia adalah Baka-Tsuna, No good-Tsuna, Dame-Tsuna,dia tidak mempunyai teman seorangpun dan dia sadar tidak ada orang yang mau dan sudi berteman dengannya.
Tsuna mengangguk dan pergi ke infirmary seorang diri, setelah sampai tidak ada Dokter,Suster,Guru atau seorangpun yang menjaga disana, Tsuna menghela nafasnya lega,dia memang ingin sendirian sekarang.
Dia merebahkan dirinya ke tempat tidur yang diberi seprai putih dan mulai menutup matanya,kesadarannya lama kelamaan semakin hilang dan dia tertidur dengan pulas.
Tsuna membuka matanya, dia terkejut karena sekarang di depannya terdapat langit biru yang sangat luas, awan-awan putih mengambang di angkasa seperti permen kapas putih, angin bertiup sepoi sepoi di wajahnya.
Tsuna menarik nafasnya dan menikmati bau matahari dan embun pagi di rerumputan yang berada di sekitarnya, rasanya sangat tenang di sana, dia ingin disini selamanya.
SAWADA!
TSUNA!
JYUUDAIME!
BOSS!
TSUNAYOSHI!
OMNIVORA
NII- SAN!
Tsuna bangun dari posisi tidurnya dan melipat kakinya untuk duduk, dia melihat kemana arah suara itu berasal, di depannya ada enam orang lelaki dan satu orang perempuan dengan eyepatch hitam dengan gambar tengkorak sedang duduk di atas rerumputan hijau tersenyum ke arahnya.
Tsuna terbangun dari mimpinya, dia menatap ke atap putih yang berada di atasnya APA .YANG. TERJADI ?! paniknya dalam hati.
Tadi itu apa?
Kenapa dia memimpikan orang-teman teman yang dia tidak pernah temui? Tsuna menghela nafasnya beberapa kali untuk menenangkan dirinya setelah dia mulai merasa agak tenang Tsuna mulai membayangkan teman-teman di mimpinya lagi.
Mulai dari lelaki berambut silver dengan mata hijau yang berkelakuan seperti kucing yang galak bertengkar dengan remaja berambut hitam keriting yang berlinangan air mata dan memeluk satu-satunya wanita dengan rambut indigo panjang yang diikat ke atas seperti salah satu buah Tropis.
Lalu Pria berambut hitam dengan senyum yang tiada henti berusaha menghentikan pertengkaran itu dan malah membuat Pria berambut silver itu semakin mengamuk dan mengeluarkan.. Dinamit? lalu entah kenapa diikuti teriakan EXTREME! Dari pria berambut putih.
Sedangkan Pria berambut hitam dengan tatapan mata sedingin es batu sedang menyerang Pria berambut Indigo yang dibentuk seperti.. Ehem.. Nanas dengan Tonfa yang di balasnya dengan trident yang keluar entah dari mana.
Tsuna tertawa pelan mengingat kelakuan mereka di dalam mimpi, rasanya aneh dia bisa terhibur karena mimpi dan orang-orang yang dia tidak pernah temui.
Ya.. Yang dia tidak pernah temui.
Dan Tidak akan.
Tiba-tiba Tsuna merasakan sesuatu yang basah mengalir di pipinya, Tsuna meraba pipi kananya ,apa itu tadi? Dia bertanya dalam hati.
Air Mata
Kenapa dia menangis? Kenapa hatinya terasa sangat sakit? Bukankah dia tadi tertawa karena mimpinya yang aneh?
Ah..Dia tersadar kenapa menangis.
Dia merasa sedih karena yang tadi dia rasakan bukanlah kenyataan, itu hanya angan-angan belaka dan tidak akan pernah terwujud.
Mana mungkin ada orang yang ingin berteman dengannya.
Ini pertama kalinya Tsuna merasa kesepian.
Padahal sebelumnya dia tidak pernah merasa kesepian, dia selalu mengunci hatinya sejak dia mulai dikucilkan dan dipanggil Dame-Tsuna oleh teman-teman sekelasnya.
Bukan.. Bukan teman sekelas tapi orang-orang sekelasnya.. Tsuna meralat Pikirannya sendiri.
Sekarang Tsuna merasa kesal.. sangat kesal , kenapa penghalang yang biasanya dia gunakan tiba-tiba hancur begitu saja hanya karena sebuah mimpi dari orang-orang yang tidak dia kenal? Ini benar- benar tidak masuk a-
"TSUNAAAAAAAA!"
Tsuna mengerjapkan matanya sekali, rasanya dia kenal dengan suara itu dimana dia pernah mendengarnya?
GREEEEK
"TSUNAAAA!" secepat kilat Tsuna dihantam pelukan oleh laki-laki seumuran dengannya "Tsuna! Aku kawatir sekali denganmu!"
Tsuna berusaha keluar dari pelukan maut itu "Mi..Mitsu! le..lepas.. Se..SESAK!"
Mitsu segera melepas Tsuna setelah mendengar omelan Tsuna, wajahnya memerah sedikit karena Malu dan menyeringai lebar "Hehehe.. Maaf Tsuna" dia menggaruk rambut belakangnya karena malu.
Tsuna menghela nafasnya dan tersenyum lalu mengusap rambut kembarannya yang berwarna pirang kecoklatan yang didapatkan dari campuran warna antara Iemitsu dan Nana "Tidak apa-apa Mitsu" katanya sambil tersenyum kecil.
Mitsu juga tersenyum lega melihat kembarannya baik-baik saja,awalnya dia takut Tsuna di bully lagi dan masuk ke Infirmary seperti saat mereka kecil.
Senyuman Mitsu tiba-tiba memudar saat menyadari bahwa di pipi Tsuna terdapat bekas air mengalir dengan gerakan otomatis Mitsu menyeka air mata Tsuna.
"Ka..kau menangis?" tanyanya gemetaran tidak percaya.
Tsuna baru saja teringat akan mimpinya yand bodoh, dia merasa canggung dan menggaruk pipinya karena gugup "Ti..tidak ad-"
"Bohong" Desis Mitsu pelan,Tentu saja Mitsu tahu apa yang terjadi dengan kembarannya, apa yang teman-temannya lakukan padanya dikelasnya dan dia juga tahu bahwa Bullying Tsuna belum berakhir sepenuhnya tapi setidaknya tidak sampai separah dulu.
Tapi yang membuatnya kawatir adalah Tsuna tidak pernah menangis sebelumnya ,tidak pernah sekalipun, dia selalu melihat mata orang yang menyiksanya seolah-olah dia tidak takut.
Dan itu yang membuat Mitsu bangga sebagai saudara Tsuna.
"Kau tidak pernah menangis sebelum ini Tsuna" kata Mitsu pelan, Matanya yang berwarna coklat yand didapatkan dari Nana menatap tajam ke arah mata emas kekuningan Tsuna.
Tsuna menghela nafasnya "Tidak ada apa-apa Mitsu" sebelum Mitsu memotong pembicaraanya dia menutup mulut Hitsu dengan tangannya "Aku hanya bermimpi... aneh"
Mitsu menganggukan kepalanya tanda mengerti "Apa mimpi itu buruk?" tanya Mitsu memiringkan kepalanya,Tsuna tersentak karena pertanyaan Mitsu.
Apa itu tadi mimpi buruk? Tsuna menggelengkan kepalanya sendiri sebelum perasaan kesepian yang tadi dia rasakan kembali lagi "Dengar Mitsu mimpi it-"
"ARGGHHH!" teriak Mitsu Tiba-tiba dan membuat Tsuna meloncat karena terkejut "Maaf Tsuna! Aku harus latihan Basket!" dan Mitsu segera berlari meninggalkan Tsuna di ranjangnya.
Tsuna menghela nafasnya lagi karena kelakuan antik saudara kembarnya, Tsuna melirik ke arah jam dan betapa kagetnya dia ternyata sudah pukul 15.53, pantas saja Mitsu segera buru-buru latihan Basketnya dimulai tepat pukul 16.00.
Dalam hati Tsuna berdoa agar kembarannya tidak terlambat dan dihukum berlari lapangan lagi karena biasanya bila Mitsu dihukum maka setelah selesai latihan dia akan menghabiskan seluruh makananan di rumah sebagai pengganti dari energi yang tadi dia keluarkan.
Dan itu membuat Tsuna kesal mengingat pengeluaran yang harus di keluarkan hanya untuk beberbelanja makanan.
Setelah sampai dirumah Tsuna menyalakan laptop mini SAMSUNG berwarna silver yang dia dapatkan sebagai hadiah dari Nana saat natal 2 tahun yang lalu, sebenarnya hadiah ini dipersembahakan untuk Mitsu tapi Mitsu memaksa Tsuna bertukar hadiah.
Itu semua terjadi karena Tsuna mendapatkan Video game yang diinginkan Mitsu untuk hampir satu tahun lamanya,tapi karena harganya yang dibilang cukup mahal Mitsu berusaha menabung sedikit demi sedikit untuk membelinya.
Karena itu bisa dibayangkan bagaimana reaksi Mitsu saat melihat Tsuna mendapatkan Video game itu, dia hampir menangis dan membuat Tsuna bertukar hadiah dengannya.
Tapi itu semua layak menurut Tsuna, dia sendiri juga tidak suka bermain dengan video game, dia lebih memilih untuk berjam-jam mengotak atik komputer dibandingkan bermain game.
Tsuna duduk di kursi putarnya berwarna merah setelah menjatuhkan tas sekolahnya sembarangan di lantai dan memandang layar yang bertuliskan PASSWORD.
Dengan malas Tsuna mengambil handphone dari saku celananya dan mulai mengetik password untuk membuka Laptop tersebut*.
Setelah Tsuna mengUn-lock password dia mulai beraksi dengan pekerjaanya.
Pekerjaan Tsuna bukanlah pekerjaan yang ilegal kalau umur asli Tsuna, data-data pribadinya serta foto yang dia gunakan untuk membuat account bank adalah palsu dan beberapa cara illegal kecil untuk membuat uang yang dia dapatkan di kesampingkan.
Dia hanya perlu menampilkan iklan-iklan di blognya lalu menghack sedikit blog orang lain untuk menampilkan iklan itu, lalu pekerjaan lainnya Tsuna hanya memilah barang dan menjualnya lagi dengan harga yang lebih mahal.
Dan bila di kesampingkan lagi bahwa dia melakukan teransaksi jual beli senjata api maka bisa dibilang itu cukup legal.
Baiklah.. pekerjaan Tsuna sedikit tidak Legal dimata orang biasa, tapi dia tidak pernah melakukan hal-hal buruk seperti merampok bank atau mencoba mengheck dan mengcrack data-data pribadi penting milik perusahan atau orang lain.
Tsuna tidak terlalu peduli dengan hasil yang dia dapatkan,Tsuna bukanlah maniak uang yang rakus akan harta, dia hanya melakukan pekerjaan itu karena dia senang melakukannya,mungkin di bawah alam sadarnya Tsuna muak berada di bayang-bayangan Mitsu dan ingin membuktikan dirinya sendiri.
Di kalangan internet sendiri Tsuna dikenal dengan code name 'Ciel' , dia dikenal sebagai pendatang baru yang sedang naik daun karena pekerjaannya yang cukup baik.
Setelah menyelesaikan pekerjaanya Tsuna membuka account E-bay palsunya dan mengetik beberapa kata dan mulai menelusuri barang yang ingin dia beli, setelah menemukan barang yang ia kira baik Tsuna mengklik dan mulai mentransfer uang dari Kartu Kreditnya yang lagi-lagi dia dapatkan dengan cara yang sedikit tidak 'Legal'
Tsuna mengangguk kepada dirinya sendiri,dia berdoa dalam hati semoga barang yang dia beli dapat menghilangkan mimpi anehnya itu, sudah cukup sekali dia menangis karena mimpi aneh itu, dia tidak ingin yang kedua kalinya.
Setelah selesai Tsuna melirik ke arah jam, rupanya sudah pukul 18.27 , biasanya Mitsu sampai Rumah sekitar pukul tujuh malam, karena Nana sudah tinggal di Italia maka beberapa pekerjaan Rumah di bagi dua oleh Tsuna dan Mitsu, Mitsu yang bertugas membetulkan hal-hal yang rusak dan menjaga rumah agar tetap bersih(kecuali bagian kamar Tsuna, mereka bertanggung jawab menjaga kamar mereka masing-masing) sedangkan Tsuna bertugas memasak dan berbelanja kebutuhan mereka sehari-hari.
Tsuna mematikan laptop kesayangan dan keluar dari kamarnya,sekarang saatnya mulai menyiapkan makan malam
"Tsuna! Tambah!Tambah! " Kata Mitsu seperti anak kecil sambil memberikan mangkuk nasinya kepada Tsuna untuk diisi ulang.
Tsuna berhenti makan lalu melirik ke arah Mitsu "kau akan gemuk bila makan terus Mitsu"dan mulai mengisi kembali mangkuk nasi yang diberikan Mitsu, setelah terisi penuh Tsuna memberikannya lagi kepada Mitsu.
Mitsu memberikan ucapan terimakasih pelan dengan senyuman kemenangan lalu mulai memasukan nasi serta Kroket yang Tsuna buatkan untuk makan malam kedalam mulutnya"Itu salahmu sendiri selalu memasak makanan yang enak~"
Tsuna menghela nafasnya ini sudah mangkuk ke 3 Mitsu, Nasi sudah mulai habis di tempat penyimpanan dan besok juga akan ada diskon 50% untuk segala macam daging setelah pukul 5 siang,Tsuna tersenyum melihat ke arah Mitsu "Mitsu, besok kau harus temani aku berbelanja ada diskon besar-besaran di supermarket" kata Tsuna tegas tanpa peduli Mitsu yang mencibir.
"Tapi Tsuna kita baru belanja 3 hari yang lalu!" Rengek Mitsu " kenapa kita harus belanja besok? Memang makanan sudah habis?"
Twitch! Di kepala Tsuna muncul tanda marah berwarna merah, dengan nada pelan dia bertanya kepada Mitsu "kau kira salah siapa jatah makan satu minggu bisa habis hanya dalam waktu 3 hari?" Tsuna memberikan penekanan pada kata '3 hari'.
Mitsu hanya bisa meringis "bukan salahku kalau aku sering kelaparan di tengah malam!" jawabnya berusaha membela diri.
Masih berusaha menggunakan nada pelan Tsuna bertanya " bagaimana bisa kelaparan setelah menambah makan malam dengan rata- rata sebanyak 5 sampai 6 kali?" kali ini Tsuna menggunakan penekanan di setiap kata.
Merasa tidak bisa kabur dari tanggung jawabnya karena menghabiskan makanan Mitsu menghela nafasnya "Maaf Tsuna.. tapi besok.. aku ada.. ehm.. pertandingan" jawabnya terbata-bata
Tiba-tiba amarah Tsuna berhenti dan diganti dengan rasa penasaran "Pertandingan? " tanyanya bingung "Kau tidak pernah memberitahuku dan aku tidak pernah mendengar ada pertandingan ataupun sparing bulan ini dari manger club basket"
Mitsu memalingkan matanya, keringat dingin keluar dari lehernya tanpa sadar dia berhenti makan "Ehm.. Itu.. itu.. Dadakan! Iya dadakan! Pertandingannya dadakan!"
Tsuna memperhatikan gelagat Mitsu yang aneh "Kau bohong kan?" tebak Tsuna sambil menunjuk Mitsu dengan sumpit kayunya, tapi setelah melihat Mitsu yang tiba-tiba pucat dia tahu bahwa tebakannya benar.
Saat ini Tsuna merasa ada yang tidak beres dengan sifat Mitsu, Biasanya Mitsu tidak pernah menyimpan rahasia dari Tsuna.
Melihat adik kembarnya yang salah tingkah Tsuna hanya bisa menghela nafasnya dan melanjutkan makan "Tapi kalau kau sampai berbohong seperti itu pasti kau punya alasan yang kuat".
Setelah menelan makanan dimulutnya Tsuna melanjutkan perkataanya "Jadi besok aku akan berbelanja sendirian.. Kau tidak perlu ikut"
Mata mitsu membesar karena kaget apa yang dikatakan Tsuna "Yang benar?" tanyanya kaget.
Tsuna hanya mengangguk "Tapi apa yang ingin kau lakukan? Kau bisa memberitahuku, walaupun kau hanya akan bermain β main aku tidak akan marah"
Mitsu menatap ke arah lantai yang tiba-tiba sangat menarik untuk dilihat dibanding mata Tsuna "Maaf.. aku..aku tidak bisa memberi tahu" kata Mitsu pelan dengan perasaan bersalah.
Dia benar-benar merasa bersalah kepada Tsuna, dia tidak pernah suka berbohong kepada Tsuna apalagi sampai menyimpan rahasia kepada Tsuna.
Tsuna mengerutkan dahinya karena bingung, Mitsu hanya pernah seperti ini sekali waktu mereka masih duduk kelas 3 SD, setelah itu Mitsu dipanggil ke ruangan kepala sekolah dan Nana serta Iemitsu tidak pernah membahasnya lagi.
Sampai sekarangpun Tsuna tidak tahu apa yang dilakukan Mitsu waktu itu sehingga dipanggil ke ruang kepala sekolah,menurut Tsuna Mitsu adalah anak yang cukup populer di sekolahnya terutama para perempuan.
Huh? Perempuan ?Apa jangan - jangan dia ada kencan? Pikir Tsuna sambil tersenyum setengah tertawa lalu melirik ke arah Mitsu yang gemetaran.
Mitsu yang melihat saudaranya mambuat wajah seperti itu hanya bisa menelan ludahnya dan keringat dingin makin berkucuran dia badannya.
"Baiklah..Aku senang ternyata adik kembarku sudah dewasa.. Hanya saja apapun yang kau lakukan jangan.. bertindak...Gegabah" kata Tsuna pelan, matanya menatap kearah Mitsu dengan perasaan Pengertian.
"Dewasa? Gegabah?" kali ini Mitsu yang kebingungan sedangkan Tsuna masih menatapnya dengan tatapan pengertian.
"Iya.. jangan gegabah" Kata Tsuna sambil tersenyum tipis dan memegang pundak Mitsu sambil menyeringai lebar.
Mitsu yang merasa bingung menyadari ada yang janggal dari tatapan Tsuna "Tsuna.. apapun yang kau bayangkan aku bisa yakin 100% kau salah"
"Yang benar? Aku kira kau ada kencan" Kata Tsuna polos.
Muka mitsu langsung berubah merah dan menepis tangan Tsuna dari pundaknya "Tsu.. Tsuna! Aku ti.. tidak.. bukan! Itu bukan kencan!"
Tsuna hanya tertawa kecil dan mulai menjahili adiknya "Yang benar? Kyoko-chan kan?"
Kali ini wajah Mitsu berwarna lebih merah dari sebelumnya "Tsuna! Itu.. itu- "
Ting Tong..
Tanpa memperhatikan adik kembarnya yang berusaha mati-matian menjelaskan Tsuna turun dari kursi dan menuju ke depan pintu rumah.
Mengintip dari lubang pintu Tsuna melihat seorang pria dengan baju biru dengan logo kiriman antar barang di seragamnya, dengan senang hati Tsuna membuka pintu rumah dan menyapa laki-laki itu.
"Malam" kata Tsuna pelan kepada laki-laki itu.
"Malam.. Apa ini rumah dari Yoshimune Sawada?" tanya pria itu sopan.
Yoshimune Sawada adalah satu dari ID palsu Tsuna, biasanya dia menggunakan ID ini hanya untuk bertransaksi secara Legal.. ya.. 'Legal'
Tsuna mengangguk "Iya.. Itu nama Papah, tapi Papah sedang pergi" kata tsuna bohong sambil menggunakan nada anak-anaknya.
Pria itu mengangguk "Baiklah.. Kalau begitu tolong tanda tangan disini dan disini atau Cap kalau punya" Kata pria itu sambil menunjuk surat yang ia pengang.
Tsuna mengeluarkan Cap yang di gandakan diam-diam dari celananya, setelah selesai pria itu membungkuk dan mengucapkan terimakasih meninggalkan Tsuna yang berdiri di depan pintu.
Tsuna tersenyum sendiri karena senang barang yang dia inginkan sudah datang lalu berlari ke arah kamarnya dan berteriak "Kiriman Buku" ke arah Mitsu yang ingin bertanya apa yang Tsuna pegang.
Dengan cepat Tsuna menaruh barang itu di bawah tempat tidurnya dan turun ke ruang makan untuk melanjutkan makannya dan mulai menjaili adiknya kembali dengan menyebut nama Kyoko-cha terus menerus.
Setelah makan malam selesai Tsuna kembali ke kamarnya begitu juga dengan Mitsu untuk mengerjaka PR mereka, tapi di tengah pekerjaan lagi β lagi kepala Tsuna terasa mulai pusing,Seperti biasa awalnya hanya terasa sedikit pusing tapi lama kelamaan mulai terasa seperti ingin pecah.
Karena sudah tidak kuat lagi akhirnya Tsuna akhirnya Tsuna mengerjakannya dengan asal-asalan.
Setelah selesai membuat PR Tsuna membuka bungkusan yang berada di bawah tempat tidurnya dan mengeluarkan sebuah silinder putih dengan tulisan 'OBAT TIDUR' di sisi sisinya.
Tsuna Terdiam sebentar seperti menimbang-nimbang setelah beberapa detik Tsuna menghela nafasnya dan kembali memasukan silinder itu ke dalam bungkusannya lalu menaruhnya di bawah tempat tidur
Entah kenapa akhir-akhir ini kepalanya terasa sakit setiap malam Tsuna menjadi kurang tidur dan membuat harinya semakin buruk dari hari biasa.
Tsuna menghela nafasnya dan menjatuhkan diri di kasurnya berdoa semoga dia tidak bermimpi hal βhal yang aneh lagi.
"Darah.."
Tsuna melihat dirinya sendiri tapi lebih tua sekitar 10 tahun, rambut coklatnya yang dulu dia biarkan begitu saja sekarang dipotong dengan rapi dan diikat kebelakang dengan jepit di bagian kanan dan kiri kepalanya , dia menggunakan suit hitam dengan dalaman berwarna oranye yang sudah terkoyak disana sini,badannya terasa sakit akibat luka yang ia dapatkan entah darimana.
Secara otomatis mata Tsuna melihat tangannya yang berlumuran dengan darah di tengah kumpulan mayat manusia,bau busuk tercium sangat menyengat di hidungnya, air mata menetes dari matanya lalu dia melihat ke atas langit yang tertutupi oleh awan hitam.
Tik..
Tik.. Tik.. Tik..
Tsuna menutup matanya dan membiarkan wajahnya terkena air hujan, tapi ada yang terasa aneh dengan hujan itu, Tsuna membuka matanya.
Merah..
Air hujan itu berwarna merah..
Tanda bahwa ada perang besar-besaran, bukan.. pembantaian besar-besaran yang terjadi disini dan sudah lama terjadi sehingga mengkontaminasi air yang berada di sungai dan membuat fenomena yang bernama hujan darah.
Tsuna tertawa kecil lalu membesar dan membesar hingga menjadi histeris "Ini semua gila!" teriaknya kepada dunia, hatinya terasa sangat berat karena perasaan yang bercampur.
Sedih.. Marah.. Penyesalan serta kebencian tercampur di hati Tsuna.
Tiba-tiba cincin orange berantai yang menghiasi jari tengah tangannya bersinar dan muncul seorang laki-laki yang berwajah sama sepertinya hanya saja dia memiliki rambut pirang dan mata biru.
"Vongola Decimo.." Pria itu menyapa Tsuna
"Primo.." Tsuna menutup matanya dan menatap tanah yang terkotori oleh darah dan mayat yang setengah membusuk, wajah Tsuna tertupi oleh rambut coklatnya sehingga tidak ada yang tahu seperti apa wajah yang dibuat olehnya saat menyapa balik pemuda pirang yang di panggil Primo itu.
Suasana berubah hening, satu-satunya yang memecahkan kesunyian adalah suara burung gagak hitam yang tengah memakan bangkai manusia.
"Maafkan aku Decimo.."kata Pria itu tiba-tiba.
Tsuna menaikan wajahnya dan menatap wajah Pria itu "Primo.. itu bukan salahmu" Tsuna menatap pria itu dengan tatapan lembut namun terdapat guratan kesedihan dibaliknya "Semua ini terjadi karena kesalahanku..Seandainya aku tidak memutuskan untuk melakukan hal itu semuanya tidak akan seperti ini"
"Tapi.."
Tsuna menggelengkan kepalanya "Ini adalah salahku Primo.. Salahku aku tidak cukup kuat untuk menghadapi hal ini.. dan Salahku yang tidak bisa mencari jalan keluar dari masalah ini"
"Storm,Rain,Sun,Lightning,Mist bahkan Cloud sudah tidak ada di dunia ini" Tsuna memasukan tangannya ke dalam kantung celananya dan mengeluarkan cincin-cincin yang bertuliskan Vongola.
Primo menutup matanya untuk menghentikan air mata yang hampir menetes di wajahnya "Tsuna.." katanya lirih.
"Giotto.. seandainya ini semua bisa diulang aku akan melakukan apapun agar hal seperti ini tidak terjadi" Tsuna menatap Pria itu dengan tajam.
"Apa kau yakin?" tiba-tiba pembicaraan mereka terpotong oleh suara seorang pria yang terdengar dari belakang.
Tsuna dan Primo menoleh bersamaan ke arah suara itu "Byakuran.."sapa Tsuna sambil tersenyum " kenapa aku tidak heran kau tidak mati?" tanyanya sinis tapi entah kenapa tidak ada kekejaman di balik suaranya, seolah-olah itu adalah cara Tsuna menyapa Byakuran sehari-hari.
Pria berambut putih dengan pakaian putih yang bernodakan warna merah hanya tertawa mendengar pertanyaan Tsuna "Tsu-chan jangan seperti itu.. walaupun seperti ini aku juga sekarat karena perang ini"
Tsuna menghela nafasnya, matanya berubah sedih "Aku tahu itu Shiro-kun*.. aku bisa merasakannya dari flame yang kau keluarkan dari tubuhmu.."
Lelaki yang bernama Byakuran tersenyum kecil mendengar pernyataan Tsuna "Kembali kepertanyaan awal.. Apa kau yakin akan mengorbankan apapun agar perang ini tidak terjadi?"
Tsuna terdiam karena terkejut akan pertanyaan Byakuran.
"Walaupun itu nyawamu sendiri?"
Tsuna Terbangun dari mimpinya dengan cepat Tsuna segera keluar dari kamarnya dan berlari kekamar mandi untuk memuntahkan makan malam yang tadi dia makan ke dalam closet.
Setelah memuntahkan semua isi perutnya dengan terengah β engah Tsuna mencoba menstabilkan nafasnya, badannya terasa panas dan tubuhnya mengeluarkan keringat dingin.
Lagi lagi mimpi yang sama..
Ini sudah ke empat kalinya Tsuna memimpikan hal yang sama dalam satu minggu.
Tsuna tidak kenal siapa orang yang tadi dia sebutkan dalam mimpinya sendiri bahkan ini pertamakalinya dia mendengar nama mereka.
"Decimo"
"Primo..Giotto"
"Byakuran.. Shiro-kun?"
"Vongola"
Bahkan dia bermimpi menyebutkan hal-hal yang aneh yang tidak ada hubungannya dengan mimpi itu , apa itu Storm? Rain? Sun? Mist? Lightning? Bahkan cloud? Apa itu Ramalan Cuaca? Apa mimpi buruk mencoba menjahilinya?
Tsuna menghela nafasnya dan menFlush Closet tempat dia mengeluarkan isi perutnya tadi, dengan setengah memaksa diri Tsuna berjalan ke arah wastafel dan mencuci mulut serta wajanya dengan air yang mengalir.
Di tengah pikirannya Tsuna melirik sebentar ke arah jam yang berada di atas lemari rak obat yang ternyata menunjukan watu 01.23 pagi.
Setelah merasa tidak mual lagi Tsuna kembali ke kamarnya dan mengeluarkan silinder yang tadi dia dapatkan dari kiriman kilat.
Sambil menghela nafas Tsuna membuka silinder itu dan mengeluarkan 2 butir kapsul putih dan meneguknya tanpa air, rasa pahit yang di keluarkan obat itu dalam mulut Tsuna membuatnya sedikit tenang karena mimpi tadi,lalu dia menutup silinder itu dan dengan asal memasukannya kembali ke bawah tempat tidur.
Kali ini Tsuna sungguh-sungguh berdoa semoga dia tidak bermimpi apapun karena bila obat tidur gagal entah cara apalagi yang harus dia gunakan.
*Untuk orang2 yang tidak tahu itu ceritanya password laptop tsuna harus dikirim dari hp lewat E-mail, jangan salah itu beneran ada softwarenya lho, ade sepupu aku gunain cara itu di notebooknya soalnya tapi aku gak tau nama softwarenya soalnya gak tertarik, aman sih aman apalagi firewall yahoo kuat tapi jadinya ribet~
*Nama Mitsu diambil dari nama Tokugawa Mitsukuni secara dari awal ampe akhir nama keluarga sawada di ambil dari keturunan Tokugawa Shogun.
*Ciel berasal dari bahasa prancis yang berarti langit, tau.. tau itu udah pasaran di fanfict KHR tapi entah kenapa Writer ngerasa itu nama cocok banget buat Tsuna.
*Kenapa di mimpi Tsuna memanggil Byakuran dengan sebutan Shiro-kun? Itu adalah panggilan akrab Tsuna kepada Byakuran, Kanji Byakuran sendiri berbentuk sama dengan Shiro apalagi Byakuran selalu menggunakan pakaian putih (Shiro) kemana-mana.
*Jadi barang yang dibeli Tsuna lewat E-bay adalah obat tidur.
Original Version : 2/27/13
Edit version : 3/1/13
Oh! Review is Love
So please
Click
And
Review
\/
This beautiful button