Disclaimer: Not own anything.


Naruto duduk dengan tenang di sofa yang berada di ruangan penelitian gaib, meskipun suasana mencekam yang mengitari ruangan itu. Dengan Akeno berada di sampingnya ikut menyesap teh yang ia sediakan sendiri. Meskipun begitu, pikiran gadis muda itu tidak berada di situ. Sedangkan di seberang mereka terdapat Koneko dan Asia. Rias yang duduk di kursinya, hanya bisa termenung dengan serius membayangkan salah satu Peerage-nya yang saat ini entah di mana berada. Yaitu Kiba Yuuto.

"Tapi, sebelum kita memulai rapat hari ini... " Rias membuka mulut, dan kemudian menatap mata Naruto. "Di mana Issei? Aku tidak melihatnya sejak kemaren. Terakhir kali yang kudengar dia pergi bersamamu." Seluruh anggota yang tersisa memberikan perhatiannya kepada Naruto. Yang pada saat ini menggaruk kepala belakangnya dengan gugup.

"Soal itu..." Pemuda dengan kecintaan terhadap jaket itu memulai dengan gagap. "Aku tidak bisa menjelaskannya.."

"Ara ara... jangan-jangan Naruto-kun dan Issei-kun habis menyelesaikan aksi terlarang antara sesama jenis. Karena Issei tidak kuat, makanya dia pada saat ini istrahat di rumah." Akeno menebak dengan senyuman. Dan tentu saja diberikan Naruto tatapan lurus..

"Akeno... bisakah kita serius sedikit." Rias menegur dengan mengusap dahinya, "Banyak masalah pada saat ini yang harus kita selesaikan. Belum selesai dengan dua manusia kiriman gereja. Malaikat jatuh yang menyusup wilayah kita. Dan terakhir Yuuto. " Perempuan dengan rambut merah itu kemudian melotot ke Akeno. Serasa menantang akan apa yang selanjutnya dikatakan dari Ratu sadis tersebut. "Jangan memulai dengan Issei."

"Issei pada saat ini sedang berlatih." Pemuda itu memutuskan membeberkan kondisi Issei pada saat ini. "Kalian tidak perlu khawatir."

Rias menatap Naruto sesaat, dan menghela nafasnya. "Naruto-kun, aku tidak mengerti apa yang kau rencanakan. Ini merupakan kondisi genting yang harus diselesaikan oleh penguasa daerah ini, yaitu aku. Sudah berani-berani meminta agar kami tidak ikut campur dengan masalah yang mereka bawa ke daerahku, dan aktivitas malaikat jatuh juga semakin sering aku dengar. Bisa-bisa mereka yang akan memicu peperangan tiga fraksi jika begitu beraninya seperti ini."

"Kau tenang saja... aku yakin tidak akan terjadi apa-apa." Ninja itu tersenyum meyakinkan perempuan yang telah berada di hatinya. Senyuman itu tentu saja dibalas oleh Rias. Naruto menghela nafas sesaat. "Issei pada saat ini berada di kantung dimensi milikku. Entah mengapa, dia datang padaku pada beberapa waktu yang lalu. Dan memintaku untuk melatihnya... kurasa dia takut tertinggal oleh temannya yang lain." Ia tidak perlu mengutarakan alasan sebenarnya.

"Apa itu benar..?" Naruto menatap pemilik suara kecil itu, yaitu Asia. "Issei-san... apa dia baik-baik saja?"

Mendengar nada khawatir dari gadis itu membawa senyum kecil di bibir Naruto. "Tentu saja. Issei merupakan pribadi yang kuat."

Benar apa yang dikatakan Naruto. Issei belum ada peningkatan hingga pada saati ini, teknik yang dia buat juga sama memalukan. Teknik yang membuat Rias geleng-geleng kepala, meskipun berguna untuk melawan musuh yang berkelamin jenis perempuan. Boosted gear miliknya juga hanya mengalami perkembangan sedikit. Tapi meskipun begitu Rias tersenyum akan tekad dari pion yang sudah ia anggap adik sendiri itu. Kegigihan untuk berkembang terlihat jelas pada mata Issei pada waktu itu. Kegigihan untuk bertambah kuat untuk mendapatkan... Harem. Meskipun lucu akan ironi, tapi jika Issei berhasil maka itu sudah tugas Raja-nya untuk memberikan hadiah. Asalkan tidak berhubungan dengan aktivitas seksual. Itu saja. Karena Naruto tentu saja akan marah..

Dan tanpa sadar, Rias terkikik sendirian memikirkan hal itu.

"Rias.."

"...Hm,-oh, ya? Naruto-kun?" Perempuan itu menjawab dengan sedikit tergagap.

"Bagaimana dengan kedua orang yang kau maksudkan itu? Apakah ada perkembangan dari mereka soal pedang yang katanya dicuri itu?"

"Sayangnya mereka terlalu rahasia, mereka tidak mau berbagi informasi lebih dalam mengenai hal itu. Mereka hanya meminta agar kami tidak ikut campur dengan urusan mereka." Rias menjawab dengan sedikit kesal memikirkan hal itu.

"Begitu ya.." Naruto mengangguk dengan menyandarkan punggunya ke sofa. Ia dengan cepat berpikir akan apa yang ia lakukan selanjutnya. Haruskah ikut campur? Atau tidak? jika iya... untuk apa? Shinigami sudah membuat peraturan itu dengan jelas. Jika tidak ada hubungannya dengan manusia, maka dirinya tidak boleh ikut campur sama sekali. Sedangkan masalah yang dihadapi Rias pada saat ini hanya berhubungan dengan tiga fraksi. Informasi yang diberikan Raynare pada saat itu, juga tidak terlalu membantu. Hanya ada beberapa nama Malaikat jatuh yang berkhianat, dan juga Exorcist yang tidak terlalu penting.

Sedangkan Issei yang berada di dalam dimensi Naruto.

15 hari.

[Boost]

"UOHHH! AKU TIDAK AKAN KALAH DENGAN KALIAN!" Issei melesat dan menghindari serangan dari klon Naruto, dan kemudian mengangkat tangannya yang ditutupi oleh Sacred gear miliknya. "Dragon Shoot!"

Dan energi kemerahan tertembak dengan terkonsentrasi dari tangan Issei, menghancurkan apa yang berada di depannya dan meruntuhkan beberapa blok-blok yang tersusun. Dengan nafas yang terengah, Issei melompat ke belakang, menghindari lagi belasan Shuriken yang pada saat ini tertancap di tempatnya. 'Gila! Mereka cepat banget. Apalagi Naruto yang level ke dua itu... mengerikan.' Issei tahu kekuatanya bertambah di setiap sepuluh detiknya, tapi ia juga tahu energi di dalam tubuhnya semakin cepat habis. Menerima tekanan dari tambahan kekuatan yang belum bisa disesuaikan terhadap tubuh memang sangat melelahkan. Semakin besar double dari Boosted Gear, semakin susah untuk mengendalikannya, begitu juga dengan tekanan yang diberikan kepada tubuh.

Tapi ia tidak bisa diam. Ini baru level kedua, masih Naruto yang biasa itu. Bukan yang berjubah! Baru segini saja, dirinya tidak akan kalah.

"Hei, Issei. Coba lihat ini." Mata pemuda berambut coklat itu melebar ketika melihat Naruto muda dengan segel tangan baru. bersiap untuk menerima serangan elemen, tapi yang ia lihat bukan serangan...

"Harem No Jutsu!"

Dan seketika Issei membeku di tempat, melihat belasan wanita dengan rambut pirang dalam posisi yang sensual, dengan awan putih yang terbentuk seperti melindungi bagian privat-nya. Pinggul itu, bokong itu, cara mereka bergerak, lidah yang seperti menggoda, jemari yang seperti mengundangnya. Dan juga Oppai yang bergetar di setiap gerakan. "Issei-sama~"

Dan setetes darah mengalir dari hidung Issei. Membuat Naruto tertawa terbahak-bahak sedangkan klonya yang lain semakin membuat pose yang sensual. Kedua mata dibayangi oleh rambutnya. Dengan tangan yang gemetar, Issei mengusap darah yang keluar dari hidungnya. Mengepalkan tangannya serasa mencoba membakar ingatan dan gambar yang telah terekam oleh otaknya dari apa yang terjadi di depannya.

"Tidak bisa dimaafkan."

Naruto yang mendengar itu hanya bisa menaikkan alis matanya tidak mengerti. Sepertinya Issei ini tidak terlalu berpengaruh dengan Harem No Jutsu, padahal ini jurus anti mesum yang paling ampuh. Tapi bukannya Issei seorang mesum tingkat akhir? Kenapa bisa begini? Mata klon versi kedua dari Naruto hanya bisa melebarkan matanya ketika merasakan kekuatan yang terpancar dari tubuh Issei dan terlihat oleh kasat mata.

"KAU TIDAK BISA DIMAAFKAN!" Dengan perlahan, Issei membawa tangannya ke dadanya, "Berani-beraninya kau menipuku dengan teknik itu. Begitu sempurna, begitu cantik, begitu sensual, dan Oppai yang begitu menggiurkan untuk disentuh! Tapi... " Kekuatan Issei semakin terlihat oleh mata. "Kau adalah seorang LAKI-LAKI! Berubah menjadi wanita cantik yang begitu sempurna! Karena itu aku tidak bisa memafkanmu! Kau mengkhianati kepercayaanku! Tidak ada laki-laki bisa secantik itu berubah menjadi wanita! Jangan-jangan seluruh wanita yang kulihat merupakan laki-laki! Ahhh! "

Naruto terpaku tidak mengerti akan apa yang dikatakan oleh Issei. Dikhianati? Apanya? Bukankah dia seharusnya bahagia melihat maha karya yang diciptakan Boss-nya saat kanak-kanak? Issei ini memang iblis yang aneh.

"Aku ingin sekali memegang Oppai itu! Tapi aku tahu kalian semua adalah laki-laki. Kepercayaanku hancur! Jangan membuatku berpaling dari wanita sebenarnya! Rasa keingintahuanku berubah menjadi jijik dan nafsu di saat yang sama. Aku tahu mereka adalah orang yang sama. Aku bisa mendengar Oppai palsu itu menangis akan apa yang telah kalian lakukan!" Dengan mata membara, Issei menunjuk satu Oppai yang tertutupi awan. "Oppai itu tidak hidup, tidak bernafas, Oppai harus diperlakukan dengan sederajat! Bukan untuk dipermainkan!" Dengan wajah serius, Issei kemudian perlahan menunjuk Naruto. " Naruto! aku tidak bisa memaafkanmu karena telah mempermainkan gender seorang perempuan!"

Oke... Iblis ini gila. Itulah yang dipikirkan oleh Naruto versi dua, tapi ia tidak bisa menyingkirkan perasaan was-was, ketika melihat energi Issei yang meretakan permukaan balok yang ia injak. Dan semakin melebar, hawa panas juga seperti terpancar dari tubuh Iblis itu. Sungguh, Naruto tidak mengerti mengapa fenomena ini terjadi. Hal itu terus terjadi hingga dua menit berlalu. Cahaya dari gem yang berada di gauntlet itu seperti menandakan sesuatu.

"Mundur, dia sudah berada di level yang berbeda." Naruto versi dua melihat Naruto versi akhir yang dalam Sage-mode turun dari balok tertinggi. Lengkap dengan wajah serius yang hampir menyamai Original Naruto. Hendak Naruto versi dua melawan, tapi tidak sempat, ketika melihat konsentrasi energi ditembakkan oleh Issei. Memusnahkannya dengan seketika.

[Welsh Dragon Over Booster!]

Klon Naruto terakhir dengan cepat, memutar badannya di udara. Menghindari area yang ditembakkan oleh Issei. Matanya melebar sesaat ketika melihat kehancuran yang tercipta. Begitu juga dengan Klon versi dua. Sungguh, ini merupakan cara bertambah kuat yang aneh sekali. Hanya gara-gara Oppai palsu buatan Klon, Iblis ini marah ketingkat akhir. Seperti pelatuk meriam.

[BOOST] [BOOST] [BOOST] [BOOST] [BOOST]

Ninja itu membuat kedua tangannya menjadi X bersilang. Menahan pukulan dari Issei yang saat ini berada di dalam armor berwarna merah. Mata yang tajam penuh akan rasa sakit ditampilkan oleh Iblis dengan libido tinggi tersebut. "Ini untuk seluruh Oppai yang tidak bisa tumbuh dengan alami! Tapi kau bias membuat Oppai dengan segala ukuran dengan jurus anehmu! Dunia tidak adil!"

Naruto terpental belasan meter, dengan kaki bergesakan dengan permukaan dimensi. Asap bisa terlihat dari kedua tangan yang menahan itu. Jika tidak karena darah yang disediakan oleh Naruto Original beserta Mode Sage yang harus dikumpulkan cukup lama, ia merasa ini akan menghancurkannya dengan seketika. Ninja itu hendak Shunshin ke belakang Issei, tapi sebelum itu terjadi sosok yang dikatakan telah terlebih dahulu berada di depannya tanpa bisa ia rasakan. Kekuatan yang berkumpul di tinju itu membuat sang klon tahu bahwa ini adalah ajalnya sebagai Kage Bunshin.

Dengan wajah tersenyum ia menutup matanya, "Kau lulus." bersiap untuk hilang dari permukaan bumi. Tapi...

..

..

Naruto membuka matanya, dan melihat sosok Issei yang terkapar di bawahnya dengan tubuh yang tak bergerak. Pingsan. Sepertinya iblis muda ini belum bisa mempertahankan mode apapun itu yang ia gunakan tadi. Hanya dalam 10 detik, dan Issei sudah kehabisan tenaga secara penuh. Dan mungkin tidak akan bangun untuk beberapa hari lagi, jika kondisi saat ini yang ia lihat benar.

Sang klon mengambil catatan dari kantongnya dan mencoret semua rencana latihan yang telah dipersiapkan boss-nya dengan matang. Sepertinya Issei melawan hukum alam dengan pertambahan kekuatannya tadi. Atau... itu ada hubungannya dengan tekanan emosi yang diciptakan oleh Harem no Jutsu? Tapi... itu tidak mungkin, bukan? Maksudnya... seseorang bertambah kuat hanya karena Oppai palsu... itu sangat tidak logikal. Meskipun tidak mau mengakuinya.

Ini pertama kalinya ia melihat seseorang menjadi kuat hanya karena Oppai. Sang klon tidak tahu harus berbuat apa, ke psikiater untuk memeriksakan apakah ada yang salah dengan dirinya. Atau dunia yang salah? Yang mana saja tetap membuatnya bingung. Tapi dengan begini, meskipun dengan kenyataan aneh yang berada di depannya terjadi, maka hanya satu latihan yang harus diperkuat untuk Issei. Jika pemuda yang berada di bawahnya bisa membawa kembali kekuatan itu ketingkat yang sama, maka selesai sudah sesi latihan. Hanya perlu memperkuat stamina untuk menyamai tekanan tenaga yang diberikan oleh Sacred Gear-nya.

Jujur saja Naruto iri dengan ini. Jalan ceritanya sama saja dengan Kyuubi dahulu. Bedanya hanyalah Kurama sosok yang menyebalkan pada awalnya, pelit, arogan, dan sebagainya. Sedangkan Issei yang memiliki Naga Surgawi akan siap membantu tuan rumahnya kapan saja. Asalkan ia mau melatih tubuhnya, dan BAMF! Hyoudou Issei akan menjadi sosok yang kuat dalam waktu dekat tanpa perlu mengkawatirkan efek samping seperti Kurama dahulu.

Yah.. takdir dan keburuntungan orang itu berbeda-beda. Termasuk Issei dan Boss-nya.

Dengan tawa halus, sang klon mengangkat Issei di pundaknya, berencana menggunakan chakra nya yang tersisa untuk membalikan Issei ke kamarnya.

"Uu...Naruto...aku akan menendang..bokongmu..."

Sosok yang diucapkan hanya tersenyum mendengar gumaman dari Issei yang sudah tertidur.

XXXXXXXX

Dua hari kemudian.

Namikaze Naruto terlihat membawa beberapa pesanan ke meja tempat ia bekerja. Suasana ramai akibat banyaknya pengunjung tidak membuat dirinya merasa terganggu sama sekali. Meskipun dalam satu menit harus kembali ke meja yang berbeda, mencatat pesanan, mengambil pesanan. Dan sebagainya, kesalahan kecil pun tidak pernah ia lakukan lagi, karena dirinya sudah mengingat betul siapa yang memesan dan siapa yang harus disediakan.

Tapi hari ini bukanlah hari yang biasa. Karena ada 3 sosok yang ia cukup kenal berada di meja luar, menunggu pesanan yang mereka pesan terlebih dahulu.

"Oi, Naruto antarkan ini ke meja 15." Sang pemilik Cafe yang memiliki wajah preman, menyodorkan Naruto beberapa farfait dengan berbeda hiasan. Salah satu Farfait yang cukup ia kenal dipesan oleh gadis kecil berambut putih. Dengan anggukan, pemuda itu menaruh makanan itu di piringan dan membawanya keluar melewati dengan mudah kerumunan orang yang memadati ruangan tersebut. Berjalan dengan tenang, pemuda itu meletakan masing-masing pesanan ke tempatnya. "Issei, Koneko... dan.." Mata Ninja itu terhenti sesaat melihat seorang pemuda dengan rambut pirang yang lebih gelap. "Genshirou Saji?"

"Uoh, aku memang tidak pernah percaya kau bisa melakukan ini, Naruto!" Issei mengambil sesendok farfait yang ia pesan. "Kau keren banget tadi. Seperti pelayan asli." Ujar pemuda berambut coklat itu dengan senyum lebar. "Pantas saja tempat ini ramai. Soalnya ada kau."

"Benar. Naruto-senpai." Angguk Koneko dengan suara kecil, sambil meneruskan apa yang berada di depannya.

Saji menatap Naruto sesaat. "Apa kau benar-benar Manusia?" Lelaki berambut pirang itu bertanya dengan nada sedikit tidak percaya. Membuat Naruto menaikkan alis matanya akan apa yang dikatakan oleh anggota OSIS Akedemi Kuoh. Ini mungkin kali pertamanya berbincang seperti ini. Dirinya tidak sempat untuk berkenalan dengan anggota OSIS yang lain karena kesibukan.

"Apa maksudmu?" Ninja itu bertanya dengan nada netral. "Meskipun aku tidak terlalu mengerti mengapa kau bertanya seperti itu; Ya, Aku seratus persen manusia." Naruto bisa melihat tatapan tidak percaya lagi dari pemuda yang duduk di depannya. "Lagipula kenapa kau bertanya seperti itu? Apakah ada masalah?"

Saji mengangguk. "Hanya saja aku tidak percaya kau bisa mengalahkan Riser phenex dengan mudahnya pada saat itu. Kau tahu? Video pertandingan satu sisimu dengan Iblis itu tersebar meluas ke seluruh penjuru Underworld?"

"Ha... masa?" Lelaki keturunan Uzumaki itu melongok tidak percaya. "Hal seperti itu disiarkan di Underworld?" Melihat anggukan dari Koneko dan Saji, Naruto hanya bisa menghela nafas. "Ha, biarlah..." ia pun menetap ketiga sosok itu dengan cermat, seperti mencari sesuatu yang terlihat disembunyikan. "Dan... kenapa kalian tumben-tumben datang ke tempatku? Bertiga lagi. Padahal seingatku, Koneko tidak suka dekat-dekat dengan Issei, dan kau, Genshirou Saji bukan sosok yang sering ikutan dengan Issei. Ada apa ini?"

"Ah... begini.." Issei memulai dengan gugup. "Kami ingin membantu Kiba.."

Naruto menggelengkan kepalanya sesaat, "Issei...Issei... kau tahu? Kau baru saja bangun dari latihan pada waktu itu. Apa kau yakin ini waktu yang tepat untuk melakukan aktivitas yang mungkin berbahaya seperti ini? tubuhmu belum kembali ke kondisi semula. Sejak Balance breaker yang baru kau buka itu."

Dan bom dijatuhkan.

"Balance Breaker!?" Saji melotot tidak percaya ke arah Issei. "Bagaimana mungkin!? Aku lebih lama menjadi Iblis daripada kau. Dan kau sudah mencapai tingkat itu!? Apalagi yang kau pegang Boosted Gear! Jangan bercanda ah!" Koneko juga terlihat tidak percaya akan apa yang dikatakan oleh Naruto. Tapi melihat wajah bangga dari Issei, dirinya tahu hal itu berarti memang benar-benar terjadi. Tapi bagaimana mungkin? Hanya dua hari, Iblis yang masih di kelas terendah ini sudah mencapai hal itu. Padahal Buchou dan yang lainnya telah membantu Issei untuk berkembang meningkatkan level Sacred gear-nya. Dan itu pun sudah memakan waktu yang cukup lama. Dan di sini, Issei sudah mencapai balance breaker yang tidak termasuk dalam perhitungan mereka dalam melatih Issei.

"Itu benar." Issei menepuk dadanya. Mencondongkan kepala ke atas seperti hidung ikut juga memanjang. "Karena latihan brutal dari Naruto, aku bisa mencapai level yang lebih tinggi." Sekaligus menghilangkan fakta alasan sebenarnya mengapa ia bisa mencapai level itu. Malu juga kalau teman satu klubnya mengetahui alasan mengapa dirinya mencapai Balance breaker gara-gara Oppai palsu jurus Naruto. Bisa bisa Koneko-chan akan semakin membencinya. Dan Issei tidak ingin menerima pukulan verbal yang diberikan gadis loli itu.

Sang Namikaze hanya mengangguk-angguk saja, ia akan membiarkan Issei dalam masa kejayaannya untuk saat ini. Bertahan hidup di dimensi dengan waktu yang berbeda memang membahayakan meskipun keuntungan yang didapatkan. Tapi, Naruto takjub di dalam hati, Issei bisa bertahan hidup dari serangan para Klon ciptaanya yang memang bertujuan untuk memberikan luka fatal kepada pemuda itu. Hari pertama hingga ke lima, Issei berhasil untuk mengalahkan Naruto-chibi, dan hari ke enam berhasil menghindari serangan-serangan mematikan dari Klon versi dua. Hari-hari berikutnya mencoba untuk menyerang klon yang tersisa dengan kecepatan yang sudah meningkat. Dan pada hari ke empat belas, berhasil memberikan luka pada klon tersebut. Dan hari terakhir, hal yang memalukan sekaligus tidak dapat dipercayai oleh mata kepala sendiri.

Pemuda berambut pirang itu berdehem sesaat, membuat iblis muda di depannya memberikan perhatian kepadanya. "Jika itu benar, apa hanya kalian saja yang ingin membantu Yuuto dan aksi bodohnya?"

"Tidak, dua kiriman Gereja itu juga ikut membantu." Koneko menjawab dengan suara kecilnya, Issei mengangguk dengan cepat, membenarkan apa yang dikatakan oleh gadis kecil itu.

"Sedangkan Kiba, mana dia?"

"Ee...dia bersembunyi. Dia takut bertemu denganmu." Issei menjawab dengan tawa gugup. "Katanya kau seperti Ibu-Ibu yang mengomeli anaknya."

"Kalau itu keluar dari mulutmu. Yuuto tidak mungkin berkata seperti itu." Naruto menjawab balik dengan tatapan lurus. Membuat Issei memalingkan pandangannya karena ketahuan. Ya.. dirinya masih benci dengan kelakukan Naruto pada saat itu.

"Yuuto-senpai sudah melakukan pencarian terlebih dahulu." Koneko menjawab pertanyaan pemuda berambut pirang itu untuk sesaat. "Kami datang minta bantuan Senpai."

"Benar." Issei mengangguk. "Meskipun aku tidak terlalu suka dengan dia, tapi tetap saja, Kiba adalah anggota peerage dari Buchou. Dan teman akan selalu membantu teman. Jika Kiba bisa menghancurkan pedang itu, dia akan kembali lagi kepada kita. Menjadi pangeran mengesalkan yang disukai oleh banyak perempuan di sekolah!"

Pikiran yang lugu. Itulah yang Naruto pikirkan, apa hanya melakukan itu akan membuat kebencian di dalam hati Kiba menghilang? Dirinya sudah pernah melihat kejadian yang sama berulang kali seperti masalah yang dihadapi oleh Yuuto. Dan semua hasilnya sama saja. Mereka menjadi bingung dengan tujuan hidup mereka. Memutuskan untuk tidak ambil pusing, Naruto menghela nafasnya lagi, biarkan generasi yang lebih muda menyelesaikan masalahnya. "Dan... apa kalian sudah mendapat ijin dari Rias? Dia tidak suka kalian mempermainkan kebaikannya seperti ini."

"Kami tahu itu. Tapi aku tetap akan membantu Kiba menyelesaikan masalahnya. Hukuman dari Buchou nantinya akan kuterima dengan lapang dada!" Issei berdiri dan memberikan Naruto tatapan yang memancarkan tekadnya sudah bulat.

"Tunggu dulu!" Saji memotong dengan cepat, "Mengapa aku harus ikut dengan masalah kalian!? Lagipula kalian tahu bukan bagaimana ketatnya Kaichou jika hal seperti ini terjadi!? Kalian enak punyai Raja yang penyayang. Sedangkan aku!? Hei..."

Issei menatap Saji dengan seketika, dan memegang kedua pundak pemuda tersebut. "Kau tidak tahu mengenai apa yang telah dihadapi olehnya... biarkan Issei-sama yang menceritakannya padamu.."

10 menit kemudian setelah Issei menjelaskan kehidupan Kiba yang menyedihkan yang ia dengarkan dari Rias.

"Huooh!" Saji mengusap air matanya yang mengalir dengan deras. "Baiklah Issei! Hatiku tergerak mendengarkannya. Aku tidak pernah tahu jika Kiba memiliki masa lalu yang pahit. Kali ini, aku akan membantah perintah Kaichou, dan membantu kalian!"

"Itu baru semangat!" Pemegang Boosted Gear itu kemudian memberikan Saji jempol dan senyum lebar, menampakkan giginya yang entah mengapa memancarkan cahaya. "Dengan begini, Tim-penyelamat-Kiba terbentuk." Issei mengelurkan tangannya ke depan. Diikuti oleh Saji yang menindih tangan tersebut. Diikuti oleh Koneko.

..

..

"Naruto? Ayo kita High-five bersamaan."

"Maaf, kali ini aku tidak bisa. Ada masalah besar lagi yang saat ini harus kuselesaikan."

Seketika itu wajah Issei terjatuh, "Hei, ini Kiba yang kita bicarakan. Dia juga temanmu bukan?" Ia bertanya dengan nada yang meyakinkan agar Naruto mau ikut membantu.

"Kau tidak mengerti, Issei. Aku sudah terlalu jauh ikut campur dengan masalah Supranatural." Kata-kata yang terucap dari mulut Naruto seperti es. Membuat mereka membeku sesaat karena nada dan ekspresi yang saat ini digunakan oleh Naruto. "Sedikit lagi aku ikut campur lebih dalam... maka ada konsekuensi yang menungguku."

"Apa itu sampai membuatmu tidak bisa membantu kawan sendiri?" Issei bertanya dengan tidak sabar. "Kita bisa menendang bokongnya terlebih dahulu. Siapapun yang membuat peraturan itu."

Naruto tertawa halus. "Jika semua segampang yang kau katakan, Issei... aku akan membantumu. Tapi ini adalah masalah antara dua fraksi. Ditambah kalian ikutan, maka akan menjadi tiga fraksi, kalian akan menjadi pemicu hal yang tidak... menyenangkan." Ia hanya memberikan senyum pahit. Meskipun tahu mereka akan kecewa tapi Naruto tidak ingin berurusan dengan Shinigami dalam waktu dekat. Peringatan sudah dilontarkan oleh makhluk astral itu. "Tapi...aku janji jika masalahnya semakin rumit, pasti aku akan ikut campur."

Meskipun tidak terlihat percaya akan apa yang dikatakan oleh Naruto. Mereka tetap saja mengangguk. Rahasia yang disimpan Naruto terkadang sudah mulai menyebalkan bagi mereka. Seperti dia masih membuat dinding penghalang untuk menjadi teman yang sebenarnya.

XXXXXXXX

Naruto menyandarkan punggungnya ke sofa yang empuk dan menghela nafas sesaat, kemudian melihat kepala yang berada di pahanya, yang menjadikan anggota tubuhnya menjadi bantal pengganti. Rambut merah yang tersebar berada di antara selah jemarinya, dan mengelusnya perlahan. "Rias... kau berat." Setidaknya pemuda itu belum mengerti topik apa yang ia bicarakan. Karena belum sampai sedetik ia mengeluarkan kata itu, Rias telah membawa kedua tangannya ke wajah Naruto dan mencubitnya. "Aw.. aw... aw... apa salahku?"

Perempuan itu memberikan Naruto pipi menggembung. "Kau bicara hal yang terlarang. Wanita akan sakit hati jika seorang Pria mengkomentari berat badan pasangannya." Rias belum selesai dengan itu, tidak puas hanya mencubit pipi sang Namikaze, ia pun memutar-mutarnya dengan tenaga yang bertambah. "Lagipula kau seharusnya senang ada wanita cantik yang mau menjadikan paha kerasmu itu menjadi bantal." Melihat bibir pemuda itu yang hendak bergerak membuat sebuah nama, ia langsung memotong. "Dan jangan mulai dengan Akeno. Aku mulai kesal dengan sifatnya yang genit ke kamu."

"...Oh...iya." Naruto menjawab singkat, padahal bukan itu yang ia ingin katakan. Tapi demi keselamatan dan untuk menjauhi hal merepotksn lainnya, Naruto memilih mengalah.

Entah berapa waktu berlalu, kedua insan yang berbeda itu hanya menghabiskan waktunya melihat mata pasangannya. Tanpa perlu ada suara yang dikeluarkan. Rias mencoba menghabiskan waktu sendiri ini dengan semaksimal mungkin, ini merupakan waktu yang jarang baginya untuk bisa bersama dengan Naruto. Biasanya ada Akeno yang sering menganggu. Tapi kali ini berbeda...

"Naruto-kun... kau tahu, Ibuku ingin bertemu denganmu."

..

..

..

"A-Apa maksudmu?" ia mengumpat di dalam hati, terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Rias. "Yang bener?"

Rias tersenyum melihat ekspresi Naruto. "Kenapa kau terkejut?" dan kemudian menarik hidung pemuda itu secara perlahan dan menggoyang-goyangnya. "Jadi maksudmu, kau akan pergi bebas begitu saja setelah mengambil keperawananku? ... kau salah besar, Namikaze... dan Ibu sudah mulai habis kesabaran karena tidak ada berita atau kabar darimu." ingatan baru pun memasuki perempuan itu, "Ayah pun begitu, katanya kau tidak menjawab-jawab telpon darinya. Sedangkan Kakak sudah mulai ngaco sendiri. Katanya: adikku tercinta sudah tidak suci lagi. Di mana laki-laki bejat yang sudah berani menodai adikku." Meskipun memalukan untuk diingat, tapi tetap Rias mengutarakannya. "Singkat kata, mereka ingin kau datang ke Underworld dalam waktu dekat. Kakak bilang pembicaraan antara Pria."

Naruto tersenyum lembut sesaat, membuat Rias yang dibawahnya memerah. Melihat dia yang jarang tersenyum, Ini merupakan momen yang ia nantikan. Apalagi jarak wajahnya hanya beberapa centimeter. "Begitu, ya..." dan Rias hanya menjawab dengan anggukan. Membawa kedua tangannya ke sisi wajah lelaki yang ia sukai, dan membawanya turun ke bawah. Menyatukan bibirnya dengan pemuda itu selama yang ia mau. Merasakan kehangatan satu sama lain... hingga waktu pun tidak tahu berapa lama mereka habiskan dalam posisi itu. Sebuah ciuman yang mewakili perasaan masing-masing.

..

..

"Naruto-kun... kau tahu keberadaan Issei dan yang lainnya, kan?"

Pemuda itu menelan ludahnya sesaat, seperti ketahuan telah menyimpan sesuatu yang berharga. "Ee... aku bisa menjelaskannya."

Satu penjelasan yang panjang tanpa henti dari Naruto.

Rias memegang dahinya dan mengusap secara perlahan. Merasakan sakit kepala yang baru datang secara tiba-tiba mendengar apa yang dilakukan oleh anggota peerage-nya. Dirinya tidak mengerti mengapa mereka merahasiakan ini darinya. Sudah memikirkan masalah tentang Excalibur, Yuuto... dan lagi... kelakuan anggotanya yang tersisa. "Aku kecewa dengan mereka, bukannya memberitahukan kepadaku terlebih dahulu tentang rencana yang mereka buat. Sekarang mereka malah melakukan aksi berbahaya... aku mengerti dengan apa yang mereka lakukan. Tapi, jika mereka mau jujur, tentu saja aku akan membantu apa yang mereka lakukan dengan sepenuh hati. Karena Yuuto juga bagian keluargaku. Itulah tugas Raja, yaitu melindungi dan membantu peerage-nya."

"Mereka hanya takut jika kau tidak mengijinkan apa yang ingin mereka lakukan." Naruto tersenyum sesaat melihat ekspresi Rias, "Dan kau sudah sering mengatakan peraturan itu. Lagipula Issei sudah berkembang pesat.."

"Dan apa itu?"

"Rahasia." Rias menghela nafasnya mendengar hal itu, tapi tidak mencari tahu lagi lebih dalam. Sekarang ia harus memikirkan rencana untuk membantu anggota Peerage-nya bersama Yuuto yang hampir menjadi Iblis terbuang. Hal itu tidak berlangsung lama ketika lingkaran sihir kembali tercipta di depan mata. "Akeno?"

"Rias, kau perlu melihat ini." Ucap gadis itu dengan serius.

Tidak berapa lama, Rias dan Akeno menggunakan sihir mereka untuk teleport ke tempat tujuan. Menemukan sesuatu yang membuat darah Rias mendidih. "Apaan ini?" mata perempuan itu langsung melihat sekitarnya. "Yuuto... Issei...Koneko... siapa yang melakukan ini pada kalian?"

Ketiga Iblis muda yang dirubah itu melihat Raja mereka dengan perlahan. Masih menunggu luka parah yang masih perlahan disembuhkan oleh Asia secara bergantian. Luka yang sulit untuk disembuhkan karena benda suci yang menyebabkan itu. Issei melihat rekannya sesaat, dan memalingkan mata ke Rajanya. "Kami disergap oleh belasan Exorcist. Dan juga seseorang yang seharusnya sudah mati..."

Suara tawa maniak memasuki telinga Rias untuk sesaat, membuatnya mengalihkan perhatiannya ke seberangnya setelah mendengar tawa gila yang seharusnya tidak pernah ia temui lagi.

"Freed...Sellzen, bagaimana mungkin?"

"Ah, kau Iblis pelacur dengan susu gede itu?" Sesosok orang kini menunjukkan dirinya dari balik pohon. "Hei, hei, hei~ kenapa raut wajah kalian seperti itu? Aku bukan hantu tauk." Dengan tawa menyeringai, ia kemudian memutar-mutar pedang yang berada di tangannya. "Oi, Yumi, kau keluar juga. Jangan tinggalkan senpai sendirian melawan Iblis bau taek ini~ "

Mata seluruh peerage Rias melebar ketika melihat sosok perempuan muncul di samping Freed. Dengan ekspresi datar tanpa emosi, mata kusam seperti tidak memiliki kehidupan di dalamnya. Tapi bukan itu yang membuat mereka terkejut, bukan karena pedang yang ia pegang, melainkan karena kemiripan wajah gadis itu terhadap salah satu anggota peerage Rias. Yuuto berusaha membuka suaranya, tapi tidak bisa. Tidak ada satu patah katapun yang keluar.. ketika melihat wajah yang ia kira sudah mati.

"HAHAHAHAHA! FANTASTIS!"

Dan langit berubah menjadi keunguan. Pertanda seseorang telah menggunakan sihir penghalang dari dunia luar. Kekuatan yang serasa membuat bulu kuduk naik terasa ke suluruh tubuh Iblis yang berada di situ. Spontan mata langsung naik ke atas, menatap sosok Pria yang melayang di udara dengan sepuluh sayap hitam yang melebar dengan arogannya. "Kau, Rias Gremory. Adik dari Maou Lucifer pada saat ini."

"Itu aku." Rias menjawab dengan nada tak gentar, dan menatap Malaikat jatuh yang berada di langit dengan tatapan serius. Meskipun tahu bahwa dirinya tidak akan mungkin bisa menang melawan malaikat jatuh setingkat itu. Tapi sebagai penguasa daerah Kuoh, ia harus bisa menahan tekanan seperti ini. dirinya tidak boleh terlihat lemah di mata calon musuh. "Jadi, kalian yang melakukan hal ini, ya? Kau tahu, bukan? Aksi yan kalian lakukan ini bisa menjadi pemicu peperangan antara fraksi malaikat jatuh dan Iblis?

"Memang aku ambil peduli?" Pria itu tersenyum sinis, membenarkan apa yang dikatakan oleh Rias. "Karena itulah rencana yang memang aku pikirkan. Untuk membuat peperangan kembali terjadi antara fraksi-fraksi. Aku tidak peduli apa yang kalian pikirkan. Tapi itulah yang kuinginkan! Aku ingin perang!" tawa gila dari malaikat jatuh itu membuat tekanan udara semakin memberat di pundak. "Aku akan menggunakan kota ini sebagai base pertama sebagai pertanda dimulainya perang baru. Kau dan juga putri Sitri itu, jika aku membunuh kalian berdua tentu saja peperangan akan terjadi dengan cepat. Lekas, dan tanpa banyak bacot seperti Azazel."

"Jadi begitu ya..."

Angin berhenti sesaat, tidak bergerak. Begitu juga dengan tubuh. Seseorang telah muncul tepat di belakang Freed dengan sebuah Kunai. Freed hanya terdiam tidak bergerak, karena terkejut tidak merasakan kehadiran Naruto pada awalnya tadi; meskipun begitu, dirinya tidak akan menunjukkan ketakutan. "Jadi, kau yang menyuruh wanita jalang itu untuk mengkhianatiku. Bagus, kali ini aku akan membalas perlakuan waktu lalu!" Dengan cepat, Freed mengeluarkan salah satu excaliburnya dan menebas ke belakang. Namun tidak berhasil, karena Naruto telah menghilang, dan muncul kembali di belakang Freed yang berputar tubuh. tidak mengambil waktu lama, Ninja itu menendang punggung lawannya, dan membuat sosok itu melayang menabrak beberapa pohon.

"Aku tidak tahu bagaimana kau bisa hidup. Padahal aku yakin Kalawarner sudah membunuhmu." Ia kemudian menatap ke gadis yang memiliki wajah yang identik dengan Kiba. Yang pada saat ini melihatnya dengan tatapan kosong tersebut. Pandangan Naruto kembali ke Freed yang sudah bangun dari tendangan itu, dan dengan santainya memberihkan debu yang berada di pakaiannya.

"Nah, aku hanya pura-pura mati. Membiarkan kalian para bajingan merayakan kemenangan. Jujur saja, aku ingin memperkosa dan membunuh Kalawarner dan Raynare itu jika aku menemuinya. Gara-gara pelacur dua itu, aku jadi harus menahan rasa sakit." Pria gila itu menutup wajahnya sesaat, dan menariknya secara perlahan, menunjukkan wajahnya yang penuh dengan keinginan membunuh. Menyeringai secara bersamaan seperti memikirkan hal yang akan ia lakukan. "Padahal aku tipe S. Lebih suka memberikan rasa sakit daripada menerimanya, tapi...yah... aku harus bersabar. Pertama aku membunuh dan menguliti wajah Gay-mu, kemudian gadis yang di sana, akan kuperkosa secara bergantian. Ha... jika selesai, aku membunuh mereka, dan...videonya aku kirim ke Internettttt, ciha~"

Iblis yang bergender perempuan hanya bisa menatap Freed dengan kemarahan. Siap-siap menggunakan kekuatan mereka untuk menghancurkan Pendeta gila tersebut.

Freed kemudian berputar di tempat, menari-nari hingga kembali ke samping gadis dengan wajah yang hampir sama dengan Kiba. "Dan kau tahu~" tangan Freed perlahan menyentuh payudara gadis itu dan meremasnya sesaat, memberikan jilatan ke wajah perempuan tanpa ekspresi tersebut. Sekaligus menatap Kiba dengan wajah memperolok. "Ha~ Kiba-kun, aku akan membalaskan dendamku padamu, dan memperkosa kembaranmu ini di depan matamu, hehehe~"

"Ku-Kurang ajar!" Yuuto dengan kecepatan Kuda-nya melesat ke Freed, berencana memenggal kepala manusia yang berani menyentuh seseorang yang mungkin merupakan keluarganya sendiri. Pedang dengan elemen api pun tercipta di tangan Kiri Kiba dan langsung menghunuskan ke kepala pendeta tersebut. Namun sebelum itu terjadi, gadis yang berada di sampingnya mengeluarkan pedang cahayanya dan menangkis serangan tersebut. "Kenapa?" tidak bertahan beberapa detik, Yuuto harus melompat ke belakang menghindari serangan dari gadis itu.

"Kekekeke, Yumi-chan yang satu ini merupakan budak yang dihadiahkan kepadaku."

Sementara malaikat jatuh yang berada di udara itu hanya memberikan senyum menyeringai, merasa apa yang terjadi di bawahnya hanyalah hiburan semata. "Bagus, bagus... aku sudah bisa merasakan tekanan di antara kita! Sebentar lagi! Kami Malaikat jatuh akan menjadi penguasa teratas!" Dengan begitu, puluhan malaikat jatuh muncul di belakang Kokabiel. Dengan jubah bertarung yang berbeda satu sama lain. "Kehancuran pertama merupakan kota ini!"

..

..

"...Apa kau bilang?"

Suara kecil itu membuat Kokabiel menaikkan alis matanya sesaat, dan menatap hama yang berani bicara padanya. "Hah? Aku bilang, kehancuran pertama merupakan kota ini begitu juga seluruh hama yang mengisinya. Dan itu adalah bendera dimulainya peperangan!" Mengeluarkan tawa sinis, ia kemudian melihat Iblis kecil yang berada di bawah pandangannya. "Kalian semua! Baik itu kau putri Gremory atau Sitri atau siapalah! Aku akan mendatangi markas kalian. Di situ aku akan memberikan kalian waktu untuk bersiap-siap melawanku. Katakanlah aku sebagai Malaikat yang murah hati... sebelum kematian kalian tentun—"

Malaikat itu merasakan sesuatu yang mengalir dari wajahnya, dan perlahan membawa tangannya ke pipinya dan menyentuh cairan yang mengalir tersebut. Melihat apa yang ia bayangkan dari awal. Senyum lebar kini berada di wajahnya, semakin melebar bahkan bisa membelah wajahnya sendiri. Darah itu ia lihat untuk terakhir kalinya, dan ia tahu siapa yang melakukannya.. ."Oh... kau ya. Namikaze Naruto... anak buahku mengatakan kau masalah yang besar."

Seluruh pandangan kini kembali ke Naruto. Mata orang yang mengenalnya langsung tahu apa yang akan terjadi. Pandangan itu, mata yang memancarkan kedinginan kutub utara. Seperti membekukan siapa saja yang melihatnya, aura biru bercampur hitam kini meledak dari tubuh pemuda tersebut. Membuat kejutan angin dan debu yang berterbangan ke mana-mana. "Kau menyentuh satu manusia di kota ini. kau...mati."

"hehehehe HAHAHAHAHA! Aku ingin kau mencobanya!"


Ya... saya melakukan beberapa perubahan. Huh... saya lihat kembali chapter sebelum-sebelumnya. Di mana pada waktu itu saya merupakan penulis pemula dengan kemampuan pas-pasan. Ingin banget jedokkan kepala melihat apa yang saya tulis itu. Aduh.. malunya. Benar sih, apa yang saya tulis ini kata orang mainstream. Tapi ingat dulu deh... saya orang kedua yang nulis fic DxD X Naruto berbahasa indonesia atau bisa disebut pertama, soalnya Ranz Kitsu(kalau nggak salah penname-nya) author pertama yang nulis DxD bahasa indonesia hanya menuliskan one-shot tentang lemon, jadi saya bisa dikatakan orang pertama lah untuk membuat cerita panjang seperti ini. Ya.. jelas cerita ini kalian anggap mainstream, orang ni cerita generasi pertama. Jadi saya maklumi aja ada orang yang sama, baik itu pairing atau alur, atau apalah. Dan saya juga maklumi juga jika ada yang sudah bosan dengan ini.

Jadi saya mohon maaf jika kalian merasa seperti itu ketika membaca cerita ini. Jika ada kesalahan nama atau apa yang saya buat pada pertama kali saya buat fic ini, saya mohon maaf. Meskipun saya tidak suka mengatakannya: Maklumi saja cerita pertama saya ini. saya bahkan bisa mengkritik kesalahan saya sendiri pada fic ini dalam 4 lembar kertas. utamanya dari chapter 1-12. Itu benar-benar kekanakan saya nulis. Sekarang sudah berkembang jauh dari tahun 2013.

Padahal banyak lagi yang saya ingin katakan mengenai keburukan penulisan saya pada cerita ini. Tapi... yah, terimakasih banyak karena kalian masih mempercayai cerita ini untuk dilanjutkan. Sekarang saya hanya mencoba memperbaikinya di setiap chapter baru. dan mudahan ketika kalian membaca, kalian sadar bahwa fic ini semakin bagus (Amin).Baik itu dari segi karakter, alur, deskripsi, EYD, tanda baca dan semacamnya...

Sekali lagi terimakasih bagi anda yang mau mereviews cerita ini. Anggaplah ini babak baru bagi saya agar memperbaiki cerita pertama saya ini. Karena saya sadar, saya masih bisa memperbaiki cerita ini. Jujur banget, saya sempat berpikir untuk menghentikan cerita ini.. .tapi saya sadar kembali... ini adalah langkah pertama saya dalam bidang menulis. Seberapa jeleknya menurut saya... tetap harus dilanjutkan ke titik darah penghabisan.

Oh ya... hari ini, karena sudah dekat dengan hari raya, saya memutuskan untuk mengupdate dua cerita sekaligus. Yang bertema DxD juga tentunya. Dan untuk penutup bulan, dua cerita yang saya update merupakan update-an terakhir saya pada bulan ini.

Dan selamat hari Raya Idul Fitri 1435 h.

Reviews~!